Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2022, 08:09 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jika bicara soal bahan pengawet makanan buatan, tak sedikit yang langsung memikirkan berbagai dampak negatif yang dihasilkan.

Memang, dikutip dari Live Strong, beberapa bahan pengawet makanan buatan yang terhitung “aman” di Indonesia pun memiliki dampak negatif, seperti sodium nitrit yang meningkatkan risiko kanker pankreas, atau sulfit yang dapat memicu asma.

Kendati demikian, efek tersebut biasanya hanya akan terjadi jika kita mengonsumsi bahan pengawet makanan buatan tersebut melebihi batas yang dianjurkan, yang telah diatur oleh Badan Penggawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sayangnya, terkadang kita mengonsumsi bahan pengawet buatan itu secara tidak sengaja karena kita tidak menyadari nama lain bahan pengawet itu.

Untuk itu, kita perlu memahami beberapa nama lain bahan pengawet dalam label makanan. Misalnya, bahan pengawet yang telah memiliki izin penggunaan di Indonesia oleh BPOM berikut.

Baca juga: Pentingnya Baca Label Kemasan untuk Cegah Obesitas di Tengah Pandemi

Nama lain bahan pengawet makanan di Indonesia

Peraturan Kepala BPOM No. 36 Tahun 2013 menentukan jenis-jenis bahan pengawet buatan yang aman dikonsumsi.

Berikut daftarnya, dilansir dari berbagai sumber.

  • Asam sorbat

Saat dijadikan bahan pengawet makanan, asam sorbat biasanya digunakan dalam makanan dan minuman berikut.

  • anggur
  • keju
  • makanan yang dipanggang
  • produk segar
  • daging dan kerang yang didinginkan

Lalu karena sifat antijamurnya, asam sorbat juga digunakan dalam makanan kaleng, seperti versi kaleng dari acar, plum, ceri maraschino, buah ara, dan salad siap saji.

  • Sodium Benzoat

Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang biasanya ada pada minuman berkarbonasi dan makanan asam, seperti salad dressing, acar, atau jus buah.

Namun ada yang pelu diperhatikan. Meski cukup aman menurut BPOM, konsumsi sodium benzoat berlebih memiliki efek samping.

Misalnya, sebuah studi yang dilakukan pada 2004 lalu menemukan bahwa mencampur sodium benzoat dengan pewarna makanan buatan dapat meningkatkan risiko attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), sehingga balita lebih hiperaktif.

Temuan serupa juga ditemukan pada studi lain yang menunjukan bahwa konsumsi tinggi minuman yang berisi sodium benzoat menimbulkan gejala ADHD lebih banyak pada 475 mahasiswa.

Bahkan jika dikombinasikan dengan vitamin C, sodium benzoat dapat menjadi benzene, senyawa yang dapat diasosiasikan dengan berkembangnya kanker.

Untuk itu, kurangi asupan sodium benzoat dengan cara mengecek label makanan secara lebih hati-hati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com