Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

70 Persen Lebih Orang Indonesia Tidak Mau Memaafkan Tukang Selingkuh

Kompas.com - 09/10/2022, 08:37 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dugaan perselingkuhan yang mendera Reza Arap, Rizky Billar, dan Denise Chariesta mengingatkan kita akan bahaya laten selingkuh.

Selingkuh merupakan bentuk pengingkaran komitmen kepada pasangan ketika seseorang yang sudah berhubungan pindah ke lain hati.

Ketika perselingkuhan terjadi, pasangan yang diselingkuhi dapat merasakan sakit hati, trauma, kecewa, hingga emosinya meledak-ledak.

Karena alasan itu, tak heran apabila lebih dari 70 persen orang Indonesia yang disurvei tidak mau memaafkan pasangannya yang selingkuh.

Hal tersebut terungkap setelah Cabaca bersama Jakpat melakukan survei terhadap 209 responden dengan topik perselingkuhan baru-baru ini.

Baca juga: Wanita Lebih Mudah Selingkuh Ketimbang Pria, Ini Penjelasannya...

Alasan tidak mau memaafkan orang yang berselingkuh

Hasil survei keduanya mendapati bahwa 75,60 persen responden mengaku tidak dapat memaafkan pasangannya jika ketahuan selingkuh.

Namun, sebanyak 85,17 persen responden mengaku tidak pernah terlintas di benaknya untuk berselingkuh.

Alasan mengapa 70 persen lebih responden tidak mau membuka pintu ampun bagi peselingkuh lantaran kepercayaan yang telah dirusak.

"Hal ini dapat terjadi karena kepercayaan yang telah diberikan dan dibangun nyatanya dirusak dan tidak dapat berjalan dengan baik."

Demikian penjelasan yang disampaikan platform penerbitan digital asal Yogyakarta, Cabaca, dalam keterangan resminya pada Sabtu (8/10/2022).

"Sehingga menyebabkan kepercayaan akan hilang dan memilih tidak melanjutkan sebuah hubungan," tambah Cabaca.

Lebih lanjut, Cabaca menerangkan bahwa isu perselingkuhan juga dibarengi dengan bahasan trust issue.

Trust issue yang belakangan ramai diperbincangkan warganet terjadi ketika orang sulit menaruh kepercayaan.

Hal tersebut disebabkan oleh perilaku orang lain terhadap mereka yang membuat rasa kecewa atau dikhianati.

"Melihat hal yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan, publik di dunia maya mengkhawatirkan kepercayaan mereka terhadap seseorang," jelas Cabaca.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com