Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2022, 05:25 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber CNN Health

KOMPAS.com - Memelihara anjing ternyata tidak hanya membantu mengurangi stres, tetapi juga dapat meningkatkan kesehatan otak.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Plos One pun menemukan bahwa duduk sambil mengelus anjing dapat membuat korteks frontal kita semakin berfugsi dengan baik.

"Kami memilih untuk menyelidiki korteks frontal karena area otak ini terlibat dalam beberapa fungsi eksekutif seperti perhatian, memori kerja, dan pemecahan masalah, serta keterlibatannya dalam proses sosial dan emosional."

Demikian penuturan dari penulis utama studi ini yang merupakan seorang mahasiswa doktoral di divisi psikologi klinis dan intervensi bantuan hewan di University of Basel di Swiss, Rahel Marti, seperti dikutip dari CNN Health.

Menurut Marti, temuan ini penting untuk memberikan bukti tambahan bahwa interaksi terapi manusia-hewan secara langsung dapat meningkatkan aktivitas kognitif dan emosional di otak.

"Jika pasien dengan defisit dalam motivasi, perhatian, dan fungsi sosio-emosional menunjukkan keterlibatan emosional yang lebih tinggi saat mengelus anjing, maka kegiatan semacam itu dapat meningkatkan kesempatan belajar dan mencapai tujuan terapeutik," katanya.

Di sisi lain, studi ini juga menambah penelitian yang sudah ada tentang manfaat terapi bantuan hewan dalam rehabilitasi saraf yang diawasi secara medis untuk kondisi sistem saraf seperti stroke, gangguan kejang, trauma otak, dan infeksi.

"Ini adalah penelitian yang menarik dan dilakukan secara ketat yang memberikan wawasan baru tentang hubungan antara interaksi manusia-hewan dan aktivitas otak prefrontal regional pada orang dewasa yang sehat," kata Dr Tiffany Braley, seorang profesor neurologi di University of Michigan di Ann Arbor, yang telah menerbitkan penelitian tentang hubungan antara kepemilikan hewan peliharaan dan kesehatan kognitif.

Baca juga: Studi Menemukan Anjing bisa Mengurangi Rasa Sakit dan Kecemasan

"Meskipun pekerjaan lebih lanjut dalam sampel yang lebih besar dari orang-orang dengan kondisi neurologis tertentu diperlukan, studi ini dapat menginformasikan penelitian di masa depan tentang intervensi yang dibantu hewan untuk neurorehabilitasi dengan memberikan data baru mengenai jenis, intensitas, dan frekuensi interaksi hewan yang diperlukan untuk mencapai manfaat fisiologis atau klinis yang diinginkan," jelas dia.

Dalam studi terbaru ini, para peneliti menggunakan spektroskopi inframerah-dekat fungsional (fNIRS), yang merupakan pemindai otak portabel untuk memberikan fleksibilitas karena berfungsi dalam pengaturan alami dan tidak terbatas pada ruang tertutup di laboratorium.
Teknik ini kemudian mengukur aktivitas otak melalui saturasi oksigen darah di otak.

Lebih dekat lebih baik

Tim peneliti memasang masing-masing dari 19 peserta dengan pemindai dan meminta mereka untuk mengamati, serta berinteraksi dengan salah satu dari tiga jenis anjing, yakni terrier Jack Russell, goldendoodle, dan golden retriever.

Pertama, peserta studi mengamati anjing dari seberang ruangan. Kemudian anjing itu duduk di samping mereka. Akhirnya, setiap orang diizinkan untuk mengelus anjing tersebut. Proses ini terjadi dua kali lagi di kemudian hari.

Dalam sesi lain, setiap orang mengulangi urutan yang sama dengan boneka yang berisi botol air panas untuk mensimulasikan suhu tubuh anjing hidup. Dalam setiap skenario, rangsangan otak meningkat saat anjing atau boneka binatang bergerak mendekat.

"Kami menemukan bahwa aktivitas otak meningkat ketika kontak dengan anjing atau boneka binatang menjadi lebih dekat. Hal ini menegaskan penelitian sebelumnya yang menghubungkan kontak yang lebih dekat dengan hewan atau rangsangan kontrol dengan peningkatan aktivasi otak," ujar Marti.

Namun, studi ini menemukan peningkatan aktivitas otak yang lebih kuat ketika orang tersebut mengelus bulu anjing asli dibandingkan boneka binatang.

"Kami pikir keterlibatan emosional mungkin menjadi mekanisme utama yang mendasari aktivasi otak dalam interaksi manusia-hewan," tambahnya.

Hasilnya mencerminkan temuan oleh peneliti lain, yang menemukan lebih banyak aktivitas otak ketika peserta berinteraksi dengan hewan hidup lainnya seperti marmut, kucing, anjing, dan bahkan kuda.

"Isyarat nonverbal positif dan interaksi timbal balik yang diberikan oleh hewan hidup sebagian dapat menjelaskan perbedaan ini," terang Braley.

Baca juga: Tips Mengelus Anjing dengan Tepat, Cara dan Titik yang Paling Disukai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber CNN Health
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com