Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/10/2022, 09:29 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laktosa merupakan jenis gula yang sebagian besar dapat ditemukan di dalam susu atau produk yang mengandung susu.

Untuk mencerna laktosa, tubuh perlu memecahnya menjadi dua gula tersebut, glukosa dan galaktosa, yang merupakan monosakarida.

Baru kemudian tubuh dapat menyerap gula, sehingga memungkinkannya memasuki aliran darah.

Baik bayi yang diberi ASI maupun susu formula dapat mengalami kondisi yang disebut kelebihan laktosa (lactose overload).

Baca juga: Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi, Apa Bedanya?

Gejala-gejalanya sangat mirip dengan intoleransi laktosa, tetapi cara mengelola kondisinya berbeda.

Diagnosis yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi yang berpotensi membahayakan.

Lebih lanjut, artikel ini akan mengulas tentang laktosa di dalam ASI, seperti apa intoleransi dan kelebihan laktosa, serta tips menyusui yang tepat, seperti yang dilansir dari laman Medical News Today.

Mengenal laktosa dan seberapa jumlahnya dalam ASI

Laktosa adalah jenis gula yang hanya ada dalam susu mamalia, termasuk manusia.

ASI manusia diketahui terdiri dari sekitar 7 persen laktosa. Ini sekitar 7,5 gram per 100 mililiter.

Meski begitu, jumlah laktosa dalam susu manusia sebenarnya lebih tinggi dari sekitar 5 persen dalam susu sapi.

Laktosa bukanlah gula sederhana. Sebaliknya, itu adalah disakarida atau kombinasi dari dua gula yang berbeda, yakni glukosa dan galaktosa.

Baca juga: Seberapa Penting Laktosa untuk Anak?

Untuk mencerna laktosa, tubuh perlu memecahnya menggunakan enzim yang disebut laktase.

Rata-rata bayi cukup bulan (bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu) menghasilkan laktase yang cukup untuk memproses sekitar seliter ASI per hari.

Pentingnya laktosa untuk bayi

Laktosa adalah jenis karbohidrat. Karbohidrat menyediakan energi bagi bayi, serta bagi anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.

Dalam enam bulan pertama kehidupan, asupan sekitar 60 gram karbohidrat per hari memberikan bayi sekitar 37 persen dari total energi makanan mereka.

Saat bayi mencapai usia 6-12 bulan, kebutuhan karbohidrat mereka meningkat menjadi 95 gram per hari, yang bertepatan dengan pengenalan makanan padat.

Bayi usia ini masih mendapatkan sebagian besar energi mereka dari ASI dan susu formula, tetapi sebagian lagi berasal dari makanan yang mereka makan.

Bayi intoleran terhadap laktosa dalam ASI

Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan sistemik yang diakibatkan oleh malabsorpsi laktosa.

Bayi yang mengalami intoleransi laktosa biasanya tidak menghasilkan laktase, sehingga tidak dapat memecah laktosa.

Sangat sedikit bayi yang terlahir dengan intoleransi laktosa sejati. Sebagian besar bayi dapat menghasilkan banyak laktase dan gejala-gejala mereka mungkin memiliki penjelasan lain.

Sekitar 1 dari 30.000 bayi di Amerika Serikat dilahirkan dengan galaktosemia, yaitu ketidakmampuan untuk memproses galaktosa.

Ini adalah kondisi genetik langka yang berakibat fatal tanpa pengobatan. Tetapi, semua bayi baru lahir dapat menjalani skrining untuk kondisi tersebut.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Intoleransi Laktosa Tetap Minum Susu?

Di sisi lain, beberapa bayi juga mengembangkan reaksi terhadap minum ASI, yang menyebabkan perut kembung dan tinja yang longgar dan meledak-ledak.

Gejala-gejala ini bisa menyebabkan kerewelan pada bayi.

Ada pun gejala-gejala ini bisa menyerupai gejala intoleransi laktosa, sehingga orangtua, pengasuh, dan beberapa dokter mungkin percaya bahwa bayi memiliki intoleransi laktosa.

Dalam beberapa kasus, bayi mungkin mengalami gejala-gejala ini sebagai akibat dari kelebihan laktosa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com