BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kalbe Nutrition

Hati-hati, Kurang Asupan Nutrisi dan Stimulasi Bisa Hadang Mimpi Besar Si Kecil

Kompas.com - 25/10/2022, 09:57 WIB
Siti Sahana Aqesya,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sejak lahir hingga berumur dua tahun merupakan periode krusial bagi anak. Sebab, di masa ini, anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, orangtua harus memberikan asupan nutrisi dan stimulasi yang cukup. Sebab, kedua hal ini merupakan fondasi yang memengaruhi kecerdasan dan ketahanan tubuh anak hingga dewasa. Tak heran, periode tersebut disebut dengan periode emas atau golden age.

Sayangnya, masih banyak orangtua belum menyadari pentingnya asupan nutrisi dan stimulasi yang cukup. Padahal, jika kedua hal tersebut tidak terpenuhi, terutama pada periode emas, pertumbuhan anak bisa terhambat sehingga berpengaruh pada mimpi besar mereka saat dewasa nanti.

Belum lagi, periode emas anak hanya terjadi sekali dan tidak bisa diulang kembali.

Lantas, apa saja dampak kurangnya asupan nutrisi dan stimulasi bagi anak? Simak penjelasan berikut.

Mudah terserang infeksi

Asupan nutrisi pada golden age akan membangun seluruh fungsi organ yang dimiliki anak, salah satunya sistem imun. Oleh karena itu, dibutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Si Kecil.

Ketika nutrisi tidak mencukupi kebutuhan perkembangan, maka sistem imun akan lemah. Dalam kondisi seperti ini, anak akan rentan terinfeksi virus ataupun penyakit. Hal ini membuat asupan nutrisi yang diterima anak harus dialihkan untuk mengobati penyakitnya.

Belum lagi, saat terserang penyakit, anak bisa kehilangan nafsu makan. Apabila terjadi secara berkelanjutan, tumbuh kembang anak bisa terganggu. Hal ini bisa menghambat semangat Si Kecil untuk menggapai mimpi-mimpi besarnya kelak.

Sebenarnya, virus sendiri memang ditentukan oleh populasi bakteri di lingkungan. Namun, keparahan dan durasi sakit ditentukan oleh status gizi anak. Jika nutrisinya kurang lengkap, anak akan lama pulih dari penyakit.

Selain memberikan asupan nutrisi yang cukup, orangtua juga harus memberikan imunisasi dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Lambat menangkap pelajaran

Pada periode emas, pertumbuhan otak anak mengalami perkembangan yang paling pesat ketimbang di umur lainnya, yakni sebesar 70 hingga 80 persen. Hal ini mencakup kemampuan berpikir, berhitung, dan mengingat pelajaran.

Untuk menyokong pertumbuhan tersebut, anak harus mendapatkan asupan nutrisi dan stimulasi yang cukup untuk memantik perkembangannya. Dengan demikian, neuron pada otak akan terhubung dan membuat struktur kompleks. Jadi, pola pikir anak dapat berjalan dengan baik.

Sementara, jika asupan nutrisi dan stimulasi yang diberikan kurang, otak anak tidak memiliki banyak neuron yang menghasilkan struktur kompleks. Alhasil, anak akan sulit berkonsentrasi dan lebih lambat menerima pelajaran ketimbang anak lain.

Berisiko terkena gangguan pertumbuhan

Saat memberikan makanan dan minuman, orangtua harus tahu betul kandungan dan kebutuhan asupan nutrisi anak. Sebab, nutrisi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi anak belum tentu memadai.

Apabila asupan nutrisi kurang, pertumbuhan berat badan dan tinggi anak berisiko tidak optimal. Hal ini mengakibatkan anak menderita malnutrisi. Apabila malnutrisi terjadi berkepanjangan maka berisiko untuk terjadinya gagal tumbuh atau stunting.

Dilansir dari laman resmi Litbang Kemkes, dalam jangka panjang, stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan kognitif pada anak. Jika terkena stunting pada periode emas, kondisi ini sulit untuk diperbaiki dan akan berlanjut hingga dewasa.

Itulah tiga hal yang dapat terjadi apabila anak kekurangan asupan nutrisi dan stimulasi. Tentunya, ketiga faktor tersebut berpengaruh pada perjalanan anak saat menggapai mimpinya.

Untuk menghindari hal tersebut, orangtua harus melengkapi asupan nutrisi dan stimulasi dengan memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak, serta makanan bergizi seimbang sesuai anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendukung pertumbuhannya.

Orangtua juga bisa memberikan nutrisi dari susu pertumbuhan sebagai tambahan nutrisi, seperti susu Morinaga MoriCare+ Triple Bifidus. Pasalnya, susu ini memiliki kandungan sinergi prebiotik GOS dan probiotik Triple Bifidus, AA, DHA, zat besi, vitamin D, serta kalsium. Seluruh kandungan tersebut bisa membantu menjaga daya tahan tubuh dan mendukung tumbuh kembang anak.

Untuk diketahui, kandungan probiotik Triple Bifidus yang terdiri dari sinergi probiotik dengan komposisi Bifidobacterium longum BB536, Bifidobacterium breve M-16, Bifidobacterium infantis M-63, serta prebiotik GOS, bisa membantu mendukung imunitas tubuh anak.

Selain itu, susu tersebut juga memiliki kadar protein, vitamin D, dan kalsium yang tinggi. Ada pula komposisi 15 vitamin dan 9 mineral yang mampu menyokong tumbuh kembang Si Kecil. Susu ini pun tidak mengandung gula atau 0 persen sukrosa.

Morinaga Chil Kid Platinum kini hadir dalam kemasan 200 g.Dok. Morinaga Morinaga Chil Kid Platinum kini hadir dalam kemasan 200 g.

Susu Morinaga memiliki dua varian, yaitu Chil Kid Platinum yang bisa diberikan untuk anak berumur 1-3 tahun dan Chil School Platinum untuk 4 tahun ke atas. Adapun untuk Morinaga Chil Kid Platinum, kini telah hadir dengan kemasan praktis 200 gram (g) atau setara dengan Rp 12.000 per gelas untuk varian rasa vanila.

Lewat seluruh kandungan baik tersebut, susu Morinaga Platinum bisa membantu menguatkan sistem imun sekaligus membantu tumbuh kembang tubuh dan kognisi anak. Dengan pertahanan daya tubuh yang prima, anak pun bisa mencapai mimpi-mimpi besar mereka.

Yuk, berikan titian yang kokoh berupa nutrisi lengkap kepada anak agar mereka mampu menapaki setiap mimpi dengan sehat dan bahagia. Dukung mimpi besarnya karena waktu tak bisa kembali.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com