Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

OCD, Gangguan Mental yang Kerap Disalahartikan

Kompas.com - 07/11/2022, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Kini, isu kesehatan mental semakin ramai diperbincangkan di berbagai kalangan. Meski pandemi sudah mereda, hal ini tak menutup tingginya kasus gangguan mental di Indonesia.

Dilansir situs Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ. memaparkan ada satu dari dua orang yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya di awal tahun 2022.

Seseorang yang mengalami gangguan mental pun bisa merasakan gejala yang berbeda. Salah satu gangguan mental yang cukup mengkhawatirkan dan kerap disalahartikan adalah gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yang ditandai dengan pikiran tak masuk akal dan ketakutan yang menyebabkan perilaku kompulsif.

Penyakit ini pun juga tercermin pada tokoh Chika dalam audio drama siniar Anyaman Jiwa edisi Kisah Anya dan Adji bertajuk “Kebiasaan yang Melukai Diri” yang dapat diakses melalui dik.si/AnyJiwLukaiDiri. Dikisahkan bahwa Chika mengidap OCD yang cukup parah karena suatu peristiwa.

Apa itu Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)?

Penyakit ini adalah gangguan ketika seseorang memiliki pikiran, ide, atau obsesi yang berulang. Untuk menghilangkannya, mereka terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Perilaku berulang ini biasanya ditunjukkan dengan memeriksa sesuatu, menghitung, atau aktivitas lainnya yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, banyak orang yang salah sangka terhadap penyakit ini dan kerap melakukan diagnosis secara mandiri karena mereka senang bersih-bersih. Sebab, perilaku OCD tidak hanya sebatas pada perilaku bersih-bersih yang berulang.

Baca juga: Lakukan Hal Ini Jika Orangtua Diambang Perceraian

OCD tidak sesimpel itu karena perilaku berulang itu bukanlah kemauan mereka dan dapat berupa apa saja. Mereka pun kesulitan menghentikan tindakan kompulsif itu. Dilansir dari Psychiatry, apabila pengidap OCD tidak melakukan perilaku itu secara berulang, biasanya mereka merasa cemas dan ketakutan.

Gejala Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)

Gangguan mental ini biasanya ditunjukkan oleh dua gejala utama, yaitu obsesi yang berasal dari pikiran dan kompulsi atau perilaku berulang yang bersifat memaksa. Pikiran seorang penderita OCD berisi desakan atau gambaran yang berulang, terus-menerus dan tidak diinginkan, yang mengganggu dan menyebabkan penderitaan atau kecemasan.

Pikiran itu pun tak bisa hilang meski penderitanya mencoba untuk mengabaikannya. Sebab, obsesi ini biasanya mengganggu ketika si penderita mencoba memikirkan atau melakukan hal lain.

Dikutip dari MayoClinic, biasanya obsesi berupa takut terkontaminasi bakteri, meragukan segala hal, cemas jika hal-hal dihadapannya tak teratur dan simetris, dan pikiran agresif atau mengerikan terhadap sesuatu.

Jika dijabarkan ke dalam tindakan, pikiran obsesi dapat berupa seperti berikut.

  1. Takut terkontaminasi jika orang lain menyentuh benda-benda milik kita.
  2. Keraguan bahwa kita telah mengunci pintu atau mematikan kompor.
  3. Stres yang intens ketika objek tidak teratur atau menghadap ke arah tertentu.
  4. Pikiran mengendarai mobil ke arah kerumunan orang.
  5. Pikiran meneriakkan kata-kata kotor atau bertindak tidak pantas di depan umum.

Di samping pemikiran obsesi, OCD juga disertai oleh perilaku kompulsi. Kompulsi pada OCD adalah perilaku berulang yang membuat penderitanya merasa terdorong untuk melakukannya. Adapun tujuan perilaku berulang ini dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan pikiran obsesi atau mencegah sesuatu yang buruk terjadi.

Baca juga: Manfaat Doa Ketika Menghadapi Masalah

Setiap orang pun menyalurkannya dengan perilaku yang berbeda untuk mengendalikan kecemasan itu. Namun, sayangnya, dorongan perilaku ini sangat berlebihan dan sering kali tidak berhubungan dengan pikiran obsesi yang ingin mereka perbaiki.

Perilaku kompulsi ini biasanya berupa mencuci dan membersihkan, memeriksa, menghitung, hingga mengikuti kebiasaan yang tertata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com