Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/11/2022, 09:54 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Konsultasi Tanya Pakar Nutrisi

Cari jalan keluar tentang nutrisi secara tepat?

Periksa terperinci gizi Anda, konsultasi ke Kompas.com!

Narasumber: dr. Deka Larasati, Sp.PD-KGEH
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi dan hepatologi

Pertanyaan:

Saya adalah mahasiswa semester 6 di perguruan tinggi negeri di Jakarta. Saya sejak SD punya
penyakit maag atau asam lambung. Padahal saya makan teratur, kecuali makan malam kadang saya skip karena malas.

Kalau saya baca di internet ada banyak makanan yang harus dipantang oleh penderita maag. Tapi saya bingung karena hampir semua makanan sepertinya tidak boleh, seperti roti makanan pedas, bawang, cokelat, dan banyak lagi. Padahal, jujur saja maag saya tetap kambuh walau tidak habis mengonsumsi makanan itu.

Baca juga: Kapan Penderita Maag Harus Berobat ke Dokter?

Sekarang ini saya memang sedang menyusun laporan penelitian dan sering begadang. Maag say juga sering kambuh. Saya udah coba minum berbagai obat, sudah ke dokter juga tapi tidak ada perubahan. Minta saran dokter pola makan seperti apa yang harus saya jalankan? Terima kasih bantuannya.

Dewi (nama disamarkan) 22 tahun, Jakarta

Jawaban:
Halo Dewi, terima kasih atas pertanyaannya, ya.
Saya coba jelaskan terlebih dahulu ya. Dispepsia atau yang sering disebut sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang sering ditemui di masyarakat. Penyakit ini didiagnosis jika terdapat satu dari gejala-gejala berikut ini, yaitu: nyeri ulu hati, rasa panas di ulu hati, rasa kembung setelah makan, rasa cepat kenyang. Gejala-gejala tersebut berlangsung minimal selama 8 minggu.

Baca juga: Dispepsia Fungsional: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi

Dispepsia sendiri merupakan penyakit yang kompleks yang dapat disebabkan oleh gangguan dar interaksi otak dan organ pencernaan. Oleh karena itu gangguan ini dapat timbul karena pengaruh dari perubahan diet, stres, kognitif, perilaku, respon emosional dan infeksi.

Gejala dispepsia wajib diwaspadai apabila terdapat penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab-sebab yang jelas, adanya perdarahan di saat buang air besar atau terdapat keluhan tinja hitam, adanya keluhan muntah-muntah yang hebat, adanya penurunan kadar hemoglobin tanpa sebab yang jelas.

Jika terdapat gejala-gejala tersebut, maka diperlukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna untuk mengevaluasi adanya kelainan pada saluran cerna bagian atas.

Ilustrasi sakit maagDr Oz Show Ilustrasi sakit maag

 

Oleh karena dispepsia ini merupakan penyakit yang kompleks, tatalaksana yang dilakukan adalah dengan memberikan medikasi berupa obat-obatan yang dapat menekan keasaman lambung, mengurangi peradangan di lambung atau usus dua belas jari, memperbaiki motilitas lambung, antibiotik yang dapat menghilangkan bakteri H.Pylori apabila terbukti adanya infeksi dari bakteri tersebut di lambung, bahkan dapat diberikan neuromodulator berupa obat-obat antidepresan yang mempengaruhi motilitas saluran cerna.

Baca juga: Minum Lemon untuk Asam Lambung, Boleh atau Tidak?

Selain terapi pengobatan. nutrisi menjadi hal penting dalam penyembuhan dispepsia. Makanan yang dapat memicu timbulnya dispepsia adalah makanan yang berlemak, produk-produk susu, alkohol, kopi, daging merah, minuman berkarbonasi, beberapa jenis sayuran, makanan pedas, karbohidrat, gandum, sitrun.

Penderita dispepsia sebaiknya makan menggunakan prinsip eat smaller, more frequent, jadi makan dengan porsi sedikit tetapi sering.

Olahraga aerobik yang dilakukan secara teratur juga direkomendasikan untuk penderita dispepsia. Beberapa terapi alternatif seperti akupuntur medik, dapat mengurangi gejala dispepsia. Yang paling penting adalah manajemen stres yang baik. Mengelola stres ini menjadi usaha yang sangat membantu penyembuhan penderita dispepsia.

Jadi, coba ditelaah kembali apakah hal-hal yang saya jelaskan di atas sudah diterapkan untuk mencegah kekambuhan dispepsia Dewi ya. Semoga dengan menerapkan hal-hal tersebut, keluhan dispepsia Dewi segera membaik.

Semoga jawabannya membantu. Sehat selalu. Terima kasih.

Baca juga: Cara Membedakan Gejala Serangan Jantung dan Maag

Narasumber: dr. Deka Larasati, Sp.PD-KGEH

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi dan hepatologi
RS Pondok Indah – Bintaro Jaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com