KOMPAS.com - Pasien serangan jantung atau mereka yang didiagnosis menderita penyakit jantung akan menghadapi banyak perubahan dalam hidup.
Misalnya saja pola diet dan rutinitas olahraga yang berbeda, atau mengalami beberapa efek samping dari obat-obatan untuk mengelola penyakit jantung.
Tetapi jangan lupa, menjaga kesehatan mental juga tidak kalah pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Pasalnya, penderita penyakit jantung berisiko tinggi mengalami depresi. Hal itu dapat semakin memperburuk kondisi jantung.
Psikiater Leopoldo Pozuelo, MD menjelaskan kaitan antara penyakit jantung dan depresi, serta bagaimana cara menjaga kesehatan mental jika sudah memiliki penyakit jantung.
Baca juga: 7 Perubahan Gaya Hidup untuk Jaga Kesehatan Jantung
"Serangan jantung adalah peristiwa besar dalam hidup," kata Pozuelo.
"Ketika hidup kita terganggu secara menyeluruh, itu dapat dimengerti dan diperkirakan kita akan mengalami beberapa emosi yang kuat."
Kesedihan, kelelahan, dan kekhawatiran adalah hal yang wajar setelah melewati serangan jantung.
Namun fase itu hanya berlangsung sementara. Setelah kembali ke rutinitas sehari-hari, suasana hati perlu diperbaiki.
Jika tidak, Pozuelo menyarankan untuk pergi ke dokter. Depresi terkait erat dengan penyakit jantung, dan bisa membahayakan proses pemulihan.
Studi menunjukkan, individu dengan masalah jantung --termasuk mereka yang pulih dari serangan jantung atau gagal jantung-- berisiko lebih tinggi mengalami depresi.
"Depresi dan kecemasan dapat secara signifikan merusak kualitas hidup kita," catat Pozuelo.
"Kami mengetahui, kondisi ini dapat menimbulkan efek berbahaya pada jantung."
Hidup dengan tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah dan membuat seseorang berisiko mengalami aritmia (gangguan irama jantung) dan sistem kekebalan yang melemah.
Depresi juga dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung lanjutan atau mengembangkan pembekuan darah.