KOMPAS.com - Paru-paru memiliki mekanisme perlindungan diri untuk menangkap bakteri atau virus yang berasal dari udara luar dengan membuat lendir atau mukus.
Ketika bakteri dan virus melewati mekanisme tersebut, sistem kekebalan bekerja untuk menghentikan penyebaran infeksi dengan mengirimkan sel darah putih ke area infeksi.
Sel-sel darah putih ini kemudian melepaskan bahan kimia untuk melawan infeksi, yang dapat menyebabkan jaringan di sekitarnya meradang.
Baca juga: Kaitan antara Stres dan Masalah Paru-paru
Bagi kebanyakan orang, peradangan ini akan berlalu tanpa menimbulkan masalah lebih lanjut.
Jika proses ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, akan terjadi peradangan permanen yang menghancurkan jaringan dan otot elastis yang mengelilingi bronkus (saluran udara), sehingga jaringan dan otot tersebut melebar.
Dalam dunia medis, kondisi tersebut dinamakan bronkiektasis.
Bronkus yang dipenuhi lendir dapat memicu batuk terus-menerus, dan membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.
Jika paru-paru kembali terkena infeksi, bronkiektasis menyebabkan peradangan lebih lanjut. Pengulangan siklus membuat kerusakan paru-paru semakin parah.
Dilansir laman NHS, dari setengah kasus bronkiektasis, belum diketahui penyebab pastinya.
Namun, ada beberapa masalah umum yang diketahui bisa memicu penyakit itu.
Baca juga: Masalah Paru-paru Bisa Dilihat dari Kondisi Kulit, Apa Tandanya?
Sekitar 1 dari 3 kasus bronkiektasis pada orang dewasa dikaitkan dengan infeksi paru-paru yang parah di masa kanak-kanak, seperti:
Beberapa kasus bronkiektasis terjadi karena sistem kekebalan yang lemah, menyebabkan paru-paru lebih rentan terhadap kerusakan jaringan.
Di dunia medis, melemahnya sistem imun dikenal dengan sebutan imunodefisiensi.
Beberapa orang memiliki imunodefisiensi karena masalah dengan gen yang diwariskan dari orangtua, atau setelah mengalami infeksi seperti HIV.
Baca juga: 7 Makanan Baik untuk Kesehatan Paru-paru
Beberapa orang mengembangkan bronkiektasis sebagai komplikasi dari alergi yang dikenal sebagai aspergilosis bronkopulmonal alergi atau allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA).