Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Apa love language kamu? Pertanyaan ini sedang populer di masyarakat, khususnya kalangan remaja. Nyatanya, love language atau bila dialihbahasakan berarti bahasa kasih ini berasal dari buku The Five Love Languages (1992) karya Chapman.
Dalam proses kreatifnya, Chapman menemukan sebuah pola pasangan yang berkonsultasi kepadanya bahwa mereka kerap kurang memahami kebutuhan satu sama lain.
Perihal love language ini juga menjadi topik Anya dan Banni dalam siniar Kosan HAI bertajuk “Love Language Kamu Apa?” yang bisa diakses melalui tautan berikut dik.si/KosanHAIE13.
Melansir dari verywellmind, berikut adalah lima love language atau cara seseorang mengungkapkan kasih sayangnya dalam sebuah hubungan.
Words of affirmation pada dasarnya merupakan cara untuk seseorang mengekspresikan kasih sayangnya melalui ucapan, pujian, atau penghargaan. Ketika seseorang love language-nya merupakan words of affirmation, maka mereka akan menikmati kata-kata tersebut dan mendapatkan suatu dampak positif.
Baca juga: Apa Saja Stereotip Masyarakat terhadap Mahasiswa?
Itulah mengapa, sebuah kata yang diucapkan atau diberikan kepada seseorang tidak boleh dipersepsikan sepele. Karena dapat memberikan dampak positif juga negatif. Tentunya, kita tidak ingin kata-kata yang kita ungkapkan menyakiti orang lain, khususnya pasangan, keluarga, atau sahabat.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya memberikan ucapan selamat pagi dengan senyuman atau memuji penampilan kepada seseorang. Meskipun, terkesan basa-basi. Akan tetapi, basa-basi itu dapat menaikkan kepercayaan diri seseorang dan mendorong mereka untuk menjalani hari dengan lebih positif.
Seseorang dengan love language ini akan menginginkan waktu dan perhatian yang berkualitas. Berkualitas dalam konteks ini bukan sebatas ada di hadapan, melainkan diberikan sebuah kasih sayang, seperti didengarkan ketika bercerita atau meletakkan ponsel dan melakukan kontak mata di kala berbincang.
Lebih dari itu, mendengarkan secara penuh dan berbicara dengan tidak memotong mitra tutur merupakan keterampilan komunikasi yang membutuhkan bukan sekadar hadir di hadapan atau menyimak sebuah kata. Oleh karena itu, dibutuhkan fokus dan pemahaman dalam sebuah proses komunikasi, sehingga kedua belah pihak merasa dihargai.
Pendek kata, seseorang dengan quality time sebagai love language mereka membutuhkan kehadiran dan konfirmasi kasih sayang dari perhatian yang diberikan.
Jangan salah, sentuhan fisik juga merupakan sebuah love language. Tentunya, sentuhan ini bukan sebatas seks saja.
Baca juga: Emosi Negatif dalam Keluarga, Penyebab dan Cara Mengelolanya
Dalam konteks ini, seseorang akan merasa dicintai ketika pasangannya menggenggam tangannya atau memberikan pelukan. Intinya, mereka ingin kehadiran pasangan dengan lebih dekat secara fisik.
Pelayanan dalam bahasa kasih ini bukan mengambil segala tanggung jawab seseorang dalam kehidupannya, melainkan adanya tindakan memberikan bantuan ketika dibutuhkan. Mereka yang memiliki kecenderungan love language ini akan merasa dicintai dan dihargai bila demikian.
Untuk itu, kita bisa membantu pasangan membersihkan rumah atau sekadar mengingatkan mereka terkait tugas atau pekerjaan. Akan tetapi, jangan sampai sang pasangan terlena dan melupakan tanggung jawab.