KOMPAS.com - Banyak yang berpendapat jika celana jeans tidak perlu dicuci terlalu sering untuk menjaga kualitas tekstilnya.
CEO Levi Strauss sendiri, Chip Bergh sendiri pernah memberikan ide kontroversial untuk tidak pernah mencuci celana berbahan denim.
Saran ini mungkin terasa agak jorok jika kita mempertimbangkan debu dan kotoran yang menempel serta efek buruknya pada kulit.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Levi Strauss, Pencetus Lahirnya Blue Jeans
Jadi, apa solusi terbaiknya?
"Jeans harus benar-benar dicuci sesedikit mungkin, jika sama sekali," terang atelier denim Benjamin Talley Smith, dikutip dari Today.
Sementara itu, Patric Richardson, pakar binatu asal Amerika Serikat berpendapat jeans bisa dicuci setelah sembilan atau 10 kali pemakaian.
"Itulah yang ideal. Pada saat itu, mungkin sudah ada beberapa noda dan sedikit berkeringat pada saat itu, jadi Anda perlu mencucinya," katanya.
Baca juga: Merawat Raw Denim Kesayangan agar Tahan Lama
Saat tiba saatnya untuk mencucinya, Richardson merekomendasikan untuk menggunakan air hangat dalam siklus pendek di mesin cuci.
"Hangat akan mengaktifkan deterjen Anda, itu akan membuat semuanya bekerja dengan sangat baik, tetapi siklus pendek itu membuat mereka tidak meresap terlalu banyak, karena sifat abrasif adalah yang terburuk," terangnya.
Jeans dengan warna yang lebih gelap akan kehilangan warna paling banyak karena warna indigo "supersaturated".
Sedangkan jeans dengan warna yang lebih terang memiliki peluang memudar yang lebih kecil.
Baca juga: Ketahui Jenis Celana Jeans dari Proses Produksi, Warna, dan Bentuknya
Smith merekomendasikan untuk mencuci jeans dengan air dingin dan menggantungnya di luar agar kering, atau membiarkannya mengering dengan pengaturan suhu rendah.
Tidak terlalu sering mencuci celana jeans memang baik untuk ketahanan bahan maupun warnanya.
Akan tetapi, kebiasaan tersebut kurang baik jika dipandang dari alasan sanitasi.