Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Terbangun Tengah Malam dan Tak Bisa Tidur Lagi? Coba 3 Hal Ini

Kompas.com - Diperbarui 30/01/2023, 10:04 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Self

KOMPAS.com - Sering terbangun di tengah malam dan tidak bisa tidur kembali atau middle insomnia merupakan kondisi yang membuat kualitas tidur terganggu.

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kondisi ini seperti mengonsumsi kafein, memiliki gangguan tidur, hingga kondisi medis tertentu.

Selain membuat kita merasa tidak nyaman, terbangun di tengah malam dan kesulitan untuk tidur juga bisa berdampak pada menurunnya produktivitas harian.

Baca juga: Narkolepsi, Gangguan Tidur Kronis di Siang Hari

Untungnya, kondisi ini bisa diatasi dengan berbagai cara agar kita bisa kembali tidur dengan nyenyak.

Dilansir dari laman Self, Direktur Program Kesehatan Tidur dan Sirkadian di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, Fiona Barwick, PhD, membagikan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk kita bisa tidur kembali saat terbangun di tengah malam.

1. Mengetahui bahwa otak sedang bereaksi secara berlebihan

Menurut Barwick, rata-rata orang dewasa terbangun 10-12 kali per malam.

Jika kita terbangun kurang dari tiga menit, kita mungkin tidak akan mengingatnya dan itulah sebabnya kita tidak menyadari bahwa kita sedang mengalami sebagian besar gangguan ini.

Namun terkadang, sulit untuk kembali tidur dan itu tidak apa-apa.

"Itu tidak selalu berarti tidur kita terganggu," katanya.

"Karena mudah sekali untuk terjerumus ke dalam pemikiran yang buruk, seperti, saya tidak akan pernah bisa tidur lagi dan hari saya besok akan hancur," ujar dia.

Faktanya, kita siap untuk pikiran-pikiran yang tidak baik ini.

Barwick menjelaskan, saat tertidur, otak kita mati dari depan ke belakang, dimulai dari lobus frontal, sebuah wilayah yang memengaruhi kemampuan kita untuk berpikir dan mengatur emosi.

Ketika terbangun pada tengah malam (setelah tiga sampai empat jam pertama tidur), sebagian besar sistem limbik bekerja, termasuk amigdala, area di bagian belakang otak yang terlibat dalam respons emosional seperti rasa takut dan cemas, serta hipokampus, pusat ingatan di otak.

"Akibatnya, volume emosi kita bisa meningkat sehingga kita mudah teringat akan kesalahan di masa SMA, misalnya, atau kondisi kotak masuk email, atau betapa khawatirnya kita akan menurunnya populasi ikan paus," terangnya.

"Jadi, cukup dengan mengenali apa yang sedang terjadi, maka kita bisa mencegah pikiran melenceng terlalu jauh dari alam mimpi," saran dia.

Halaman:
Sumber Self


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com