Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2023, 19:09 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski mungkin tidak disadari, sebenarnya gaya parenting setiap orangtua selalu berbeda-beda.

Perbedaan gaya parenting ini pun tentu akan memberi dampak berbeda pada anak.

Mulai dari cara anak menghargai diri, hingga cara anak berhubungan dan bersosialisasi dengan orangtuanya maupun orang lain.

Untuk itu, ada baiknya orangtua mengetahui berbagai jenis gaya parenting yang dianutnya serta memahami dampaknya pada anak ke depannya.

Baca juga: Uninvolved Parenting, Ketika Orangtua Lalai Mengasuh Anak

Ada pun gaya parenting utama yang telah dikonfirmasi oleh para peneliti adalah berikut ini:

  • Otoriter
  • Otoritatif
  • Permisif
  • Tidak terlibat

Untuk lebih jelasnya, simak perbedaan keempat gaya parenting utama di atas berikut ini.

Gaya parenting otoriter

Jika merasa bahwa selama ini kita meyakini bahwa anak tidak perlu didengar dan tidak mempertimbangkan perasaan anak dalam memutuskan sesuatu, ada kemungkinan kita termasuk ke dalam orangtua yang otoriter.

Artinya, kita hanya percaya bahwa anak-anak harus mengikuti aturan yang kita buat, tanpa kecuali.

Orangtua yang menganut gaya parenting ini akan mengatakan, “karena ibu/ayah bilang begitu,” pada anak menanyakan alasan di balik suatu peraturan.

Orangtua macam ini tidak tertarik untuk bernegosiasi.

Baca juga: Gaya Parenting Orangtua Tak Disetujui Kakek Nenek? Ini Solusinya

Mereka juga tidak akan mengizinkan anak-anaknya untuk terlibat dalam tantangan dan memecahkan masalah.

Sebaliknya, orangtua seperti ini akan membuat peraturan dan lebih mengutamakan hukuman, bukan kedispilinan.

Jadi, alih-alih mengajari anak cara membuat pilihan yang lebih baik, orangtua seperti ini memilih untuk membuat anak-anak merasa menyesal atas kesalahannya.

Anak-anak yang tumbuh dengan orangtua otoriter biasanya akan taat pada aturan, namun berisiko lebih tinggi mengalami masalah harga diri karena merasa pendapat mereka tidak akan dihargai.

Tak jarang, anak dengan orangtua otoriter juga menjadi agresif dan terlalu fokus untuk marah dirinya sendiri karena menganggap dirinya tidak mampu memenuhi harapan orangtua.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com