KOMPAS.com - Selama ini penyandang autisme kerap diragukan kemampuannya dalam bekerja karena gangguan perkembangan saraf yang mereka alami sejak kecil.
Hal ini terbukti dengan masih minimnya permintaan maupun penerimaan kerja yang melibatkan individu berkebutuhan khusus (IBK) tersebut.
Meski demikian, peluang kerja untuk para penyandang autisme sebenarnya kini sudah terbuka lebar.
Baca juga: Anak dengan Autisme Cenderung Miliki Gejala Eksim yang Buruk
Apalagi, dengan peraturan pemerintah yang ada, banyak perusahaan di berbagai bidang juga didorong untuk mempekerjakan karyawan dari penyandang disabilitas, termasuk autisme.
Menurut seorang terapis dan perwakilan dari Yayasan Autisma Indonesia, Taufik Hidayat, regulasi terhadap penyandang disabilitas saat ini sudah bertransformasi lebih positif untuk pemenuhan hak-hak mereka, baik itu kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
"Perlahan pemerintah sudah punya perbedaan paradigma dan perencanaan yang baik," kata dia dalam acara Autism Day at Artotel di Artotel Thamrin, Jakarta, Sabtu (13/5/2023).
"Bahkan, di Jakarta sudah ada peraturan daerah yang lebih tegas agar pemilik usaha atau perusahaan wajib memenuhi kuota dua persen untuk perekrutan kerja penyandang disabilitas," terang dia.
Namun, karena adanya hambatan bagi orang autis untuk bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, maka diperlukan pelatihan dan pendampingan khusus agar mereka bisa mengikuti pekerjaan dengan baik.
"Bagi saya, job coach ini adalah hal yang unik. Selama ini proses kerja untuk penyandang disabilitas itu seperti sedang berjalan dalam hutan," ungkap Taufik.
Baca juga: Anak dengan Autisme Cenderung Miliki Gejala Eksim yang Buruk
"Ketika survive ya akan lanjut terus, ketika tidak survive ya akan keluar atau dikeluarkan."
"Nah, job coach berada di tengah-tengah antara pemberi kerja dan yang mendapatkan kerja."
"Jadi, ketika penyandang autisme mau bekerja, job coach bisa masuk di situ, di mana ada komunikasi dengan pemberi kerja orangtua, dan penyandang autisnya," ujar dia.
Taufik pun menjelaskan bahwa job coach juga bertugas untuk melakukan assessment apa saja yang menjadi kekuatan dan kemampuan orang autis untuk bekerja.
"Peran job coach adalah menggali itu. Kami juga ada job coach training untuk mengeskalasi kemampuan yang dimiliki orang autis atau disabilitas lainnya agar menjadi lebih tajam untuk bisa bekerja," terangnya.
Baca juga: Mengenal Autisme yang Diangkat di Drakor Extraordinary Attorney Woo