Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyembuhkan Luka dari Hubungan Toxic, Panduan Menuju Cinta yang Sehat

Kompas.com, 21 Mei 2025, 17:03 WIB
Nuril Laili Azizah

Penulis

KOMPAS.com - Setelah keluar dari hubungan yang toxic, banyak orang merasa tersesat tidak hanya kehilangan pasangan, tapi juga kehilangan arah dalam memahami apa itu cinta yang sehat.

Rasa trauma, keraguan, dan luka emosional kerap menjadi penghalang dalam membangun hubungan baru.

Namun, penyembuhan bukan hanya mungkin ini adalah proses penting yang dapat membawa kita ke versi diri yang lebih kuat dan sadar.

Simak tips menyembuhkan luka dari hubungan toxic, dikutip dari laman Psychology Today dan Byrdie.

Baca juga: 10 Tanda Perempuan Red Flag yang Bisa Jadi Toxic dalam Hubungan

1. Mengenali pola hubungan yang merusak

John Kim pada laman Psychology Today, menekankan bahwa banyak dari kita terjebak dalam pola hubungan yang berulang.

Seperti tertarik pada pasangan yang tidak tersedia secara emosional atau terburu-buru masuk ke dalam hubungan tanpa penyembuhan dari luka sebelumnya.

Pola-pola ini sering kali berakar dari pengalaman masa kecil, trauma yang belum terselesaikan, atau keyakinan keliru tentang cinta. Langkah pertama dalam penyembuhan adalah menyadari dan memahami pola-pola ini.

Baca juga: 10 Cara Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic

2. Melakukan pekerjaan internal sebelum memulai hubungan baru

Salah satu kesalahan umum adalah segera mencari hubungan baru setelah berakhirnya hubungan yang toksik, berharap bahwa pasangan baru akan berbeda.

Namun, tanpa penyembuhan internal, luka lama akan terbawa ke dalam hubungan berikutnya. Kim menyarankan untuk mengambil waktu untuk fokus pada diri sendiri melalui terapi, jurnal, meditasi, atau jeda dari dunia kencan.

Baca juga: 6 Red Flag Ini Bisa Jadi Tanda Kamu Bersikap Toxic pada Pasangan

3. Meredefinisi arti cinta yang sehat

Dani Mohrbach dalam laman Byrdie, berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana hubungan yang tenang dan stabil terasa asing setelah keluar dari hubungan yang penuh drama.

Ia menyadari bahwa ia telah mengasosiasikan konflik dengan gairah cinta. Dalam hubungan barunya, ia belajar bahwa cinta sejati didasarkan pada kepercayaan, kasih sayang, dan ketertarikan yang sehat, bukan kekacauan emosional.

Baca juga: Waspada, Hilangnya Kepercayaan Pasangan jadi Akar Hubungan yang Toxic

4. Membangun kembali harga diri dan kepercayaan diri

Hubungan toksik sering kali merusak harga diri seseorang, membuat mereka merasa tidak layak mendapatkan cinta yang sehat.

Mohrbach menekankan pentingnya dukungan dari keluarga, teman, terapis, dan pasangan dalam membangun kembali kepercayaan diri dan menyadari bahwa mereka pantas mendapatkan cinta yang sehat.

Baca juga: 5 Ciri-ciri Toxic Relationship

5. Menerima proses penyembuhan sebagai perjalanan

Penyembuhan dari hubungan toksik bukanlah proses instan. Ia memerlukan waktu, kesabaran, dan kerja keras.

Dengan dukungan yang tepat dan komitmen untuk pertumbuhan pribadi, seseorang dapat keluar dari pola hubungan yang merusak dan membangun hubungan lebih sehat dan memuaskan di masa depan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau