Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burnout Tak Selalu Salah Kantor, Studi Ini Buktinya

Kompas.com, 2 Juli 2025, 19:35 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Ketika mendengar istilah burnout atau kelelahan fisik dan mental, kebanyakan dari kita langsung membayangkan stres karena kerja lembur, atasan yang menekan, atau lingkungan kantor yang toksik. 

Tapi, sebuah studi baru dari Universitas Sains dan Teknologi Norwegia (NTNU) mengungkapkan hal yang mengejutkan: hanya sebagian kecil orang yang merasa burnout menyalahkan pekerjaan sebagai penyebab utamanya.

Dalam survei tersebut, kurang dari 30 persen responden menyebut pekerjaan sebagai pemicu utama burnout. Sisanya justru mengaitkan rasa lelah emosional dan mental yang mereka alami dengan tekanan hidup di luar pekerjaan.

Menurut psikolog Renzo Bianchi dari NTNU, stres harian dalam kehidupan pribadi sering kali menjadi akar kelelahan, bukan hanya urusan kantor. 

Baca juga: Kata-kata Motivasi untuk Teman yang Sedang Burnout

“Mereka menggambarkan tekanan hidup yang berkepanjangan hingga mengarah ke gejala mirip depresi. Bisa dibilang ini semacam stres depresif yang muncul dalam kehidupan sehari-hari,” kata Bianchi.

Temuan ini menantang pandangan lama bahwa burnout semata-mata soal pekerjaan. Artinya, untuk benar-benar menjaga kesehatan mental, kita juga perlu memperhatikan beban emosi di luar ruang kerja.

Penyebab kelelahan

Penelitian ini melibatkan 813 karyawan di Norwegia, beberapa di antaranya melaporkan perasaan kelelahan. Kemudian dibandingkan dengan apa yang dianggap peserta sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan, kelelahan total, dan tekanan psikologis yang tidak spesifik.

Kelelahan cenderung memiliki hubungan terkuat dengan variabel pekerjaan, tetapi beberapa faktor terkait pekerjaan seperti keamanan kerja dan dukungan rekan kerja lebih erat kaitannya dengan stres psikologis umum daripada dengan burnout.

Baca juga: Pelukan Sebelum Tidur Bikin Sehat dan Bebas Stres

Menariknya, hanya 27,7 persen peserta dengan gejala burnout yang mengatakan bahwa mereka menganggap pekerjaan sebagai alasan utama mereka merasa kelelahan.

Ini bukan satu-satunya penelitian di mana mayoritas orang dengan burnout mengatakan bahwa pekerjaan bukanlah penyebab utamanya. Para peneliti mencatat bahwa kelelahan dan pemicunya dapat bekerja secara berbeda pada setiap orang.

"Bagi orang dengan kepribadian mudah cemas, kekhawatiran dan stres dapat menguras banyak energi, tanpa harus selalu berkaitan dengan pekerjaan mereka," kata Bianchi.

Gejala burnout

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan burnout sebagai “stres kronis di tempat kerja” yang ditandai oleh tiga hal: rasa lelah yang terus-menerus, sikap negatif atau menjauh dari pekerjaan, dan menurunnya profesionalisme.

Konsep ini sebenarnya sudah ada sejak psikolog asal AS, Herbert Freudenberger, memperkenalkan istilah “burnout” pada 1970-an. Awalnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mental para pekerja di bidang pelayanan seperti tenaga medis, lalu diperluas ke semua profesi.

Baca juga: Burnout Bikin Gen Z Hilang Semangat Kerja dan Selalu Memikirkan Pekerjaan

Namun, para peneliti dari studi terbaru menilai definisi itu mungkin sudah waktunya diperluas. Pasalnya, tidak semua kelelahan emosional berasal dari pekerjaan.

Jika burnout hanya dikaitkan dengan kantor, kita bisa jadi melewatkan penyebab utamanya — dan solusi terbaiknya.

Dalam banyak kasus, kelelahan parah bisa dipicu oleh tekanan di luar pekerjaan, seperti masalah keluarga, kesehatan, atau keuangan. Dan meski pekerjaan memang bisa menjadi pemicunya, peneliti menegaskan bahwa fokus pada lingkungan kerja saja tidak cukup jika sumber stres sebenarnya datang dari kehidupan pribadi.

Para peneliti menyebutkan keamanan kerja, dukungan rekan kerja, dan tekad diri sebagai cara meminimalkan risiko kelelahan di tempat kerja. Tak kalah penting adalah menemukan karier yang disukai.

"Tidak semua orang seberuntung itu mencintai pekerjaan mereka, dan sebagai hasilnya, memiliki kapasitas untuk menoleransi lebih banyak stres di tempat kerja," kata Bianchi.

"Namun, penting untuk menemukan pekerjaan yang bermakna dan kemudian melakukan pekerjaan yang dibutuhkan untuk berhasil."

Baca juga: 4 Zodiak yang Rentan Burnout Kerja, Ada Virgo

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau