Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2016, 15:03 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Munculnya masalah resistensi antimikroba atau antibiotik membuat para dokter harus menekan penggunaan antibiotik pada pasien. Sebab, pemakaian antibiotik yang berlebihan bisa menimbulkan resistensi antibiotik atau bakteri penyebab penyakit tak lagi mempan dibasmi dengan antibiotik. Begitu pula pasien, tidak boleh sembarangan dalam menggunakan antibiotik.

Dokter spesialis paru Arifin Nawas menjelaskan, antibiotik digunakan untuk mengobati kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri, bukan oleh virus. Bahkan, untuk menekan penggunaan antibiotik yang berlebihan, infeksi bakteri yang bisa sembuh dengan sendirinya juga tidak perlu antibiotik.

"Tidak semua penyakit perlu antibiotik. Infeksi virus tidak perlu gunakan antibiotik. Banyak infeksi bakteri yang dapat sembuh sendiri juga tidak perlu antibiotik," kata Arifin dalam acara Pfizer Press Circle di Jakarta, Kamis (21/1/2016).

Beberapa infeksi bakteri yang tidak perlu antibiotik adalah penyakit ringan seperti infeksi telinga, faringitis, ISPA non spesifik, hingga bronkitis tanpa komplikasi. Peresepan antibiotik harus oleh dokter dan dalam pengawasan.

Pasien tidak boleh membeli antibiotik tanpa resep dokter. Antibiotik pun harusnya tidak dijual bebas. Untuk meresepkan antibiotik, dokter harus memastikan penyakit yang diderita disebabkan oleh bakteri.

Ada tiga gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yaitu sakit disertai demam, perubahan warna dahak, dan sel darah putih atau leukosit di atas 10000. Namun, tak semua demam menjadi tanda infeksi bakteri.

Untuk memastikan adanya bakteri atau tidak, bisa dilakukan pemeriksaan pada sampel dahak, urin, tinja, hingga darah. "Jadi kapan diberikan antibiotik? Misalnya, kalau dahak sudah berwarna kuning kehijauan baru diberikan antibiotik," jelas Arifin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com