Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2017, 15:11 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Fatherly

 

Anak memperhatikan bagaimana kita memperlakukan ibunya

Bagaimana kita memperlakukan pasangan akan membentuk sikap anak terhadap perempuan dalam hidupnya termasuk terhadap pasangannya kelak. “Salah satu hal terbaik yang bisa kita berikan untuk anak-anak kita adalah dengan mencintai ibu mereka,” ujar Ryan.

Anak yang melihat ibunya disayang dan diperlakukan dengan baik oleh ayahnya, akan belajar menyayangi pasangannya kelak. Begitu pula sebaliknya.

Memperlihatkan emosi bukan hal yang tabu

Kita seringkali melarang anak kita menangis. “Laki-laki tidak boleh menangis,” itu kata yang sering kita dengar. Namun mengungkapkan emosi sebenarnya lebih sehat daripada memendamnya dan menjadikannya penyakit.

Masih banyak orang menganggap tangisan laki-laki adalah bentuk kelemahan. Padahal tidak selamanya seperti itu. Bila anak lelaki Anda menangis karena sebuah alasan yang kuat, biarkan dia menangis. Karena menangis bukanlah tanda dia lemah, melainkan menunjukkan bahwa kita juga manusia dan kita peduli.

Ajarkan untuk berani membela kebenaran

Anak-anak sebaiknya diajarkan untuk memiliki rasa percaya diri saat dia membela kebenaran. Biarkan mereka juga tahu bahwa ayahnya mendukung sikap itu.

Kadang-kadang anak kita terpaksa menerima apa yang dia anggap sebagai ketidakadilan. Misalnya dia dihukum di sekolah padahal bukan dia yang melakukan kesalahan, atau dia dipaksa menerima sebuah pelajaran tanpa ada kesempatan bertanya atau berdiskusi. Untuk itu, biarkan dia membela hak-haknya. Anak-anak perlu diajarkan bahwa ada hal-hal tertentu di dunia ini yang harus ditegakkan.

Buatlah banyak kenangan untuk diingat saat anak Anda dewasa kelak

Sedih rasanya bila kita tidak punya kenangan indah bersama ayah kita. Lebih sedih lagi bila anak anda tidak punya kenangan indah bersama Anda. Maka jadikanlah momen-momen dengan anak sebagai sesuatu yang istimewa, sesuatu yang indah, yang akan diceritakan anak-anak kita pada orang-orang lain kelak.

Dengan menghadirkan momen-momen yang istimewa, anak akan belajar menghargai waktu dan menciptakan quality time bersama orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, karena sebenarnya anak tidak menuntut banyak.

Misalnya, alih-alih bermain handphone sendiri, coba ajaklah anak Anda bertanding main game. Atau cobalah memasak bersama anak Anda untuk ibunya. Walau rasanya mungkin berantakan di lidah, namun rasa di hati sungguh enak.

Pastikan anak menyadari bahwa ada hal lain di luar dirinya

Saat kita menyadari bahwa bumi bukanlah pusat semesta, ada pelajaran yang membuat kita menjadi lebih bijaksana. Begitu pula jika anak menyadari bahwa dia bukanlah satu-satunya yang harus diperhatikan, maka anak akan belajar untuk berempati, toleran, dan lebih bisa menerima.

Ketika anak saya menangis karena tidak menjuarai suatu lomba, saya sampaikan bahwa hal terpenting bukanlah menjadi juara, tapi ikut bergembira, ikut serta dalam acara itu.

Anak yang merasa dirinya adalah pusat segalanya justru berpotensi menjadi pribadi yang kurang bahagia karena semua beban seolah ada di pundaknya. Sebaliknya anak yang menganggap dirinya bagian dari hal-hal lain, akan lebih bisa menikmati hidupnya. Mereka juga akan belajar menolong orang lain dan tidak terlalu terbebani saat mengalami kegagalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com