Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anak yang Pintar Hanya Dilahirkan dari Rahim Perempuan yang Pintar"

Kompas.com, 21 Mei 2017, 12:10 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Pertemuan sore menjelang magrib terasa hangat, meski ruang lobi Hotel Aston Kupang terasa dingin akibat embusan udara dari pendingan ruangan Air Condisioner (AC).

Pertemuan antara 11 orang anak remaja perempuan dan laki-laki dari sejumlah Kabupaten di Nusa tenggara Timur (NTT) itu dengan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)Linda Amalia Sari (Linda Gumelar) bergulir membicarakan dan berdiskusi mengenai kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki.

Suasana yang sempat kaku diawal pertemuan tersebut mulai mencair tatkala Linda Gumelar mengajak para remaja untuk santai dan mengungkapkan semua hal yang diketahui para remaja, khususnya kesetaraan gender di wilayah NTT.

Para remaja yang tergabung dalam koalisi anak muda untuk perempuan atau Youth Coalition for Girl (YCG) secara bergantian menyampaikan persoalan kesetaraan gender di provinsi yang berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Australia tersebut.

Pertemuan para remaja yang berusia antara 15-19 tahun dengan Linda Gumelar difasilitasi oleh Plan International Indonesia Area Timor Tiga orang perwakilan remaja masing- masing Koordinator YCG for Girl Kota Kupang, Rema Dubu, Priscilla Mariana dan Franklin Pito Jella, yang secara bergantian menjelaskan kondisi di NTT terutama soal pemahaman keluarga terkait persamaan hak soal pendidikan antara laki-laki dan perempuan, pernikahan di usia anak serta perdagangan manusia.

Koordinator YCG for Girl Kota Kupang Rema Dubu mengatakan, mereka sebagai relawan berkomitmen menerapkan nilai-nilai kesetaraan gender ke dalam kehidupan pribadi, lingkungan, dan organisasinya masing-masing.

Selain itu lanjut Rema, relawan ini juga secara aktif berjejaring satu sama lain dalam rangka mempromosikan hak anak perempuan melalui berbagai bentuk kontribusi, diantaranya ikut menulis cerita anak perempuan yang bisa langsung disampaikan melalui www.becauseiamagirl-indonesia.org dan terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan hak anak baik secara online maupun offline.

“Kita juga membantu kaum muda atau anak perempuan yang mengalami kekerasan seksual, dikasari, ditindas dan dibuli serta kekerasan dalam pacaran. Karena kesetaran laki laki dan perempuan, posisi perempuan masih di bawah maka kita anak muda sangat gencar untuk publikasi dan perkenalkan soal kesetaraan gender ini,”kata Rema yang diamini dua rekannya yang lain, Franklin Pito Jella dan Priscilla Mariana, Jumat (19/5/2017) malam. 

Dia berharap, anak anak seusianya di NTT, bisa segera bergabung dengan mereka di YCG sehingga bisa membangun NTT menjadi lebih baik. YCG sendiri dibentuk oleh Plan International Indonesia.

”Perempuan itu adalah mahkluk yang harus dilindungi dan kita harus ingat bahwa anak-anak yang pintar itu hanya dilahirkan dari rahim perempuan-perempuan yang pintar,”ujarnya.

Keinginan remaja asal NTT untuk memerjuangkan kesetaraan gender membuat Linda Gumelar mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh para remaja di NTT dan dia mengakui bahwa indeks pembangunan dan pemberdayaan gender masih harus ditingkatkan lagi karena masih ada jurang pemisah antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Linda, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan itu sudah jelas di dalam Undang- Undang bahwa harus diberikan hak yang sama.

“Tadi kami sementara ngobrol dengan para remaja ini dan banyak masukan dari mereka masih perlu didorong pola berpikir perempuan di NTT untuk bisa sejajar dengan laki-laki dan yang lainnya yakni masalah trafficking yang banyak terjadi di NTT yang terus dilakukan koordinasi untuk menguranginya,”kata Linda.

Linda pun berharap, para remaja di NTT yang tergabung di dalam YCG ini bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air dan jangan berhenti belajar karena pendidikan yang baik bisa menghasilkan manusia yang baik. 

Linda yakin dengan adanya kelompok YCG, maka bisa menghasilkan anak-anak NTT lebih baik.

Sementara itu, ditempat yang sama, Communication Specialist Plan International Indonesia Area Timor, Agus Haru, menjelaskan, dukungan koalisi anak muda ini sejalan dengan tujuan Plan International Indonesia yaitu memperjuangkan sebuah dunia yang adil untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan yang terus dilaksanakan melalui gerakan BIAAG atau Because I Am A Girl secara global.

Agus menambahkan, pada 11 Oktober 2016 yang merupakan hari anak perempuan international, mereka sukses melaksanakan event Sehari menjadi Menteri, Sehari menjadi Gubernur dan Sehari menjadi Bupati.

YCG, kata Agus, yang telah dibentuk oleh Plan International Indonesia ini menjangkau kaum muda tidak hanya di daerah Plan International tetapi juga di daerah non-Plan International seperti Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Papua. Di daerah NTT sendiri menjangkau di Kabupaten Sikka, Lembata, Nagekeo, TTS, TTU dan juga Kota Kupang.

“YCG atau koalisi anak muda untuk perempuan ini dibentuk dengan harapan bisa terus mempromosikan kesetaraan bagi anak-anak perempuan di Indonesia. Anak perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk belajar, menjadi pemimpin, mengambil keputusan dan juga berkembang,”ucapnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau