Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 4 Juli 2017, 10:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

KOMPAS.com -Timbulnya uban di usia muda bisa membuat orang yang mengalaminya gelisah. Bagaimana tidak, uban selama ini identik dengan orang berusia lanjut. Uban yang timbul sebelum waktunya itu dikhawatirkan akan membuat penampilan lebih tua dari usia sebenarnya.

Ada banyak mitos yang mengaitkan timbulnya uban di usia muda, misalnya saja penurunan dan kenaikan berat badan yang cepat, penggunaan shampo yang tidak cocok, atau latihan fisik yang intens.

Untuk mengetahui pemicu rambut hitam berubah jadi keperakan, Anda perlu paham lebih dahulu bahwa rambut beruban karena kerusakan sel yang disebut melanosit di dasar folikel rambut.  Penyebabnya bisa karena penyakit, paparan lingkungan atau hanya karena faktor usia.

Pakar penuaan dari Mayo Clinic, Dr James Kirkland, mengatakan setiap orang dapat memiliki uban di sepanjang hidupnya, namun keseimbangannya berkurang di usia 40 hingga 50 tahun, dengan tingkat perubahan yang bervariasi sesuai genetik, jenis kelamin dan etnis.

Misalnya orang kulit hitam cenderung lebih lama beruban dibanding orang dari ras Kaukasia. Sementara orang Asia berada di antara kedua ras tersebut. Selain itu, perempuan lebih cepat beruban dibanding pria.

Faktor seperti genetik juga tak bisa dilepaskan dari rambut beruban. Bila salah satu atau kedua orangtua Anda lebih cepat beruban, maka Anda akan cenderung beruban di usia muda.

Kebiasaan merokok juga bisa mempercepat timbulnya uban dan rambut putih yang muncul terlalu dini tersebut merupakan tanda penyakit autoimun, gangguan tiroid dan jantung.

“Jika Anda memiliki penyakit jantung dan rambut Anda beruban, itu bisa jadi tanda perburukan penyakit,” kata Kirkland.

Ahli dermatologi dari Cleveland Clinic, Dr Wilma Bergfeld mengatakan beberapa orang yang ditahan di kamp konsentrasi selama Perang Dunia ke II dan kekurangan nutrisi juga mengalami uban yang prematur.

“Semuanya ditentukan oleh kesehatan sel penghasil pigmen,” ujar Bergfeld. Menurutnya, dia tidak tahu ada orang yang beruban karena penurunan berat badan atau pun olahraga berat.

Semua aktivitas yang merusak rambut, seperti kehilangan berat badan sampai 20 kilogram atau perawatan kemoterapi, lebih berdampak pada kerontokan rambut daripada mengubah warnanya. Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat yang mampu mengembalikan warna rambut.

Selain itu, belum jelas juga apakah stres berat akan membuat rambut cepat beruban. Meskipun rambut Barrack Obama berubah saat menjadi Presiden ke-44 Amerika Serikat, namun menurut Krikland, tidak ada hubungan yang pasti antara rambut beruban dengan stres.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau