Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lima Desainer Indonesia Menuju Panggung New York Fashion Week

New York Fashion Week: First Stage sendiri merupakan bagian dari perhelatan mode terbesar di dunia mode internasional, New York Fashion Week (NYFW). Rencananya kelima desainer kenamaan Indonesia itu akan tampil pada 7 September 2017 mendatang.

Kelima fashion designer ini telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pihak International Management Group (IMG) selaku penyelenggara New York Fashion Week. IMG menilai sisi orisinalitas, kekuatan konsep, kemampuan produksi, hingga konsistensi desainer dalam berkarya.

Group Indonesia Diversity menjadi tajuk utama yang dipilih kelima desainer kebanggaan tanah air saat tampil dengan ciri khas mereka. Setiap desainer akan mengangkat tema keberagaman suku, budaya, dan agama yang melebur menjadi satu kesatuan atas nama Indonesia. Masing-masing akan membawakan 12 koleksi.

Terinspirasi dari zaman Victorian, Barli Asmara menangkat tema Canities Subita. Ia akan menggelar koleksi ready to wear deluxe dengan nuansa serba putih dan memperlihatkan kecanggihan kerajinan Indonesia. Siluet dan potongan pada lengan dan pinggang dalam rancangan Barli juga terinspirasi dari tren abad ke 18

Catherine Njoo akan memboyong batik Indonesia dan memperkenalkan budaya tari legong dari Bali. Terisnspirasi dari tarian legong yang lincah dan fleksibel, ia membuat busana batik berwarna hitam elegan  dengan sentuhan warna emas.

Catherine juga meletakkan unsur feminin melalui bordiran dan payet. Catherine berkolaborasi dengan G. Liem untuk menciptakan aksesori dengan motif bunga kamboja dari bahan logam.

Sementara itu, desainer busana muslim Dian Pelangi akan mempersembahkan koleksi hijab yang menggunakan batik dengan desain yang modern. Terisnspirasi dari sebuah buku Humans of New York, ia mengangkat alkulturasi budaya yang merepresentasikan seperti apa tingkah laku dan sifat orang New York dengan unsur budaya Indonesia. Hasilnya, muncullah desain busana batik tenun dengan banyak motif graffiti beraneka warna.

 Melia Wijaya, desainer asal Surabaya akan mengangkat tema Sawung Galing yang mentransformasikan motif batik ayam menjadi motif sulam dengan menggunakan teknik bordir hingga tampil lebih modern.

Sedangkan Vivi Zubedi menghadirkan busana muslim yang idealis, sederhana, dan simple namun berkelas. Mengangkat tema yang cukup berani dan kontroversial di New York “ Makkah Madinah Jannah” , Vivi ingin menyampaikan pola piker dalam memahami untuk siapa kita hidup dan kepada siapa kita kembali.

Vivi memadu padankan kain-kain khas berbagai daerah di Indonesia seperti sasirangan, tenun Lombok , tenun Bali, tenun Jeparam dan lainnya sebagai makna keberagaman daerah di Indonesia.  Warna yang digunakan diadopsi dari warna 80-90an, yaitu perpaduan kontras antara biru elekrik, merah, hijau, hitam, dan gold.

Doris Dorothera akan turut merancang tas yang akan menjadi pelengkap busana kelima desainer di ajang NYFS. Setiap tas yang dirancang akan disesuaikan dengan ciri khas dan busana dari masing-masing desainer.

Doris merupakan pengusaha kulit reptil di Indonesia yang telah menjadi pemasok dan distributor kulit reptil dan barang jadi ke banyak merek di seluruh dunia. Pada tahun 2013 ia memutuskan untuk meluncurkan tas kulit eksotis sendiri.

Wardah Beauty menjadi pendukung utama di event ini dan sudah tiga kali berpartisipasi dalam ajang fashion bergengsi ini. Carolina Septerina selaku Director Creative di Wardah Beauty akan memimpin 24 make-up artist yang akan merias wajah para model pada NYFS.

Keikutsertaan lima desainer ini akan berperan besar dalam memperkenalkan Industri mode Indonesia di mata dunia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/08/22/171549320/lima-desainer-indonesia-menuju-panggung-new-york-fashion-week

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke