Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resep Manjur agar Kerja Lebih Produktif

Menurut laporan Glassdoor, dua per tiga karyawan di Amerika Serikat mengatakan, mereka akan merasa lebih baik bila mendapatkan cukup tidur, khususnya mereka yang berusia 19 dan 44 (73 persen).

Dalam laporan itu, disimpulkan juga bahwa tiga dari empat karyawan tidur kurang dari yang direkomendasikan, yakni 7-9 jam per malam. Mereka rata-rata hanya beristirahat 6,9 jam.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan karyawan kehilangan produktivitas yang akhirnya membuat perekonomian AS rugi sekitar 411 juta dollar AS.

Pembenahan jam tidur membantu mencegah kondisi kronis seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, stroke dan stres, yang menyebabkan pengeluaran biaya kesehatan.

Pada 2016, University of California di San Diego melakukan studi dan menemukan bahwa orang yang waktu tidurnya meningkat, bahkan hanya satu jam per malam, mendongkrak lima persen gaji mereka.

Karyawan dari generasi Z dan milenial sadar bagaimana pentingnya istirahat, di mana waktu tidur mereka paling lama, yakni 7,4 jam dibanding generasi lain. Mereka yang berusia antara 45 dan 54 tahun hanya punya  waktu tidur sekitar 6,5 jam per malam.

Survei ini juga memperlihatkan bahwa pria lebih banyak tidur (7,1 jam) dibandingkan perempuan (6,8 jam). Adapun karyawan yang sudah menikah lebih banyak tidur (7,1 jam) dibandingkan yang lajang ( 6,7 jam).

Bagian dari masalah ini muncul ketika waktu bangun dan tidur kita berantakan.

"Teknologi membuat karyawan bisa bekerja dari jarak jauh dan jadwal kerja yang fleksibel, para karyawan diberi keleluasaan untuk masuk dan pulang kerja sefleksibel mungkin agar mengakomodasi kehidupan pribadi dan keluarga mereka," kata Carmel Galvin, Glasdoor Chief Human Resources Officer.

Namun, kata Galvin, kemajuan teknologi itu membuat batas antara mulai dan akhir kerja menjadi samar. Akibatnya, sebagian karyawan bekerja selama sepekan agar menjadi yang terbaik bagi mereka.

Time Off melaporkan bahwa 662 juta hari libur tidak digunakan setiap tahun. Banyak pekerja berpendapat bahwa mereka tak bisa pergi ke mana-mana atau khawatir kehilangan waktu kerja.

Glassdoor juga menemukan, tiga dari lima (61 persen) karyawan merasa lebih baik bekerja meski merasa sakit dibandingkan harus menggunakan jatah cuti—terutama para pekerja berusia antara 18–44 tahun (70 persen).

Kabar baiknya, para karyawan lebih mendukung untuk membiarkan karyawan lain mendapatkan waktu istirahat.

Glassdoor juga melaporkan bahwa tiga dari empat (74 persen) karyawan mengatakan bahwa manajer mereka mendorong agar mengambil waktu istirahat untuk mengurus kesehatan karyawannya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/10/28/120243720/resep-manjur-agar-kerja-lebih-produktif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke