Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenali Bahasa Cinta Pasangan

Kecocokan dalam sebuah hubungan, utamanya hubungan romantis, bisa ditentukan oleh berbagai hal. Tidak jarang, sepasang kekasih atau suami istri merasa tidak puas dengan pasangannya karena hal-hal yang nampak sepele, misalnya karena jarang mengucapkan kata-kata manis, tidak menawarkan bantuan sebelum diminta, lupa memberi hadiah di hari spesial, dan lain sebagainya.

Dr. Gary Chapman, pengarang buku berjudul “The 5 Love Languages: The Secret to Love That Lasts” memperkenalkan konsep 5 love languages atau 5 bahasa cinta pada dasarnya dimiliki oleh semua orang, tetapi dalam porsi yang berbeda-beda.

Kelima bahasa cinta tersebut terdiri dari:
1. Words of affirmation, yaitu kata-kata yang mendukung. Individu yang dominan pada bahasa cinta ini menyukai kata-kata ungkapan sayang dan pujian dari pasangannya.

2. Acts of service, yaitu ungkapan cinta dalam bentuk melayani. Bahasa cinta ini tidak tampil dalam bentuk untaian kata, tetapi terungkap dalam perilaku berupa bantuan-bantuan kecil sebagai bentuk perhatian.

3. Receiving gifts, di mana saling memberi dan menerima hadiah dianggap sebagai hal yang penting. Walaupun senang mendapatkan hadiah, individu yang dominan dengan bahasa cinta ini bukan berarti materialistis. Hadiah kecil sekalipun bisa dianggap bermakna karena ia menganggap pasangannya mengingat dirinya dan menunjukkan rasa cinta lewat memberi hadiah tersebut.

5. Physical touch, yaitu sentuhan fisik. Seperti namanya, bahasa cinta ini diungkapkan lewat sentuhan fisik. Genggaman tangan dan pelukan misalnya dapat diterima sebagai pesan cinta yang sangat berarti oleh mereka yang dominan pada bahasa cinta ini.

Mengenali bahasa cinta yang dominan pada diri sendiri dan diri pasangan adalah sesuatu yang penting. Coba simak contoh berikut ini untuk lebih mudah memahaminya.

Setiap orang pasti senang kalau pasangannya mengatakan “I love you”, tetapi misalnya sepasang suami istri, sang suami merasa cukup sesekali saja mengucapkan dan mendengarnya agar terasa spesial, tetapi sang istri ingin mendengar itu setiap hari untuk mengafirmasi perasaan bahwa ia dicintai.

Di sisi lain, sang suami merasa lebih senang mengungkapkan cinta lewat perilaku yang perhatian, tetapi ia merasa sang istri tidak memahami hal tersebut. Dalam kondisi seperti ini, besar potensi pasangan suami istri tersebut untuk terus merasa kecewa satu sama lain.

Tanpa memahami bahasa cinta satu sama lain, hal yang nampak kecil seperti contoh di atas bisa menjadi sumber konflik dalam hubungan. Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk memahami bahasa cinta masing-masing terlebih dahulu.

Kemudian, yang tidak kalah pentingnya dari itu tentu saja mendiskusikannya bersama-sama, hingga membicarakan harapan dan keinginan masing-masing dalam membina hubungan secara mendetil. Dengan begitu, jika memang bahasa cinta dominan yang dimiliki berbeda, porsinya bisa coba saling disesuaikan agar kualitas dan kelanggengan hubungan dapat tetap diutamakan.

Tidak hanya berlaku untuk pasangan suami istri, konsep bahasa cinta ini juga dapat mulai dipelajari dan dibicarakan sejak dini, misalnya saat masih di jenjang pacaran. Karena berkompromi dengan pasangan memang selalu menjadi cara ampuh untuk menjaga hubungan, bukan?


 

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/12/16/110057920/mengenali-bahasa-cinta-pasangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke