Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Mitos tentang Bir yang Ternyata Keliru

Bahkan, ada pula yang menyebut bahwa bir merupakan minuman beralkohol tertua di dunia.

Sejalan dengan masyurnya bir, ternyata banyak pemahaman atau bahkan mitos tentang minuman ini yang ternyata keliru.

Berikut ini adalah sejumlah mitos tentang bir yang harus diluruskan, berdasarkan versi laman 360nobs.com.

1. Bir berbahaya bagi kesehatan

Kalimat ini merupakan mitos yang paling sering didengar. Satu hal yang harus dipahami adalah, segala sesuatu yang berlebihan selalu berpengaruh buruk bagi kesehatan.

Pengaturan dalam urusan makan dan minum merupakan kunci yang harus kita perhatikan demi kondisi kesehatan.

Selain itu, telah banyak riset di bidang kesehatan yang menunjukkan bahwa ketika bir dikonsumsi, hal itu dapat memberi efek positif pada tubuh.

Bir juga diketahui mengandung protein dan vitamin penting yang kebanyakan datang dari bahan alami.

2. Bir nikmat dalam keadaan dingin

Bir es dingin memang menyegarkan, apalagi kalau cuaca panas. Tapi, jika bir terlalu dingin, kemungkinan akan mempengaruhi kekayaan cita rasa yang seharusnya bisa lebih Kamu rasakan.

Sebab, banyak bir yang dibuat dengan cita rasa yang kaya, dan semakin dingin bir disajikan maka semakin kecil kemungkinan Kamu mengecapnya.

Dengan demikian, yang terbaik adalah menikmati bir dalam keadaan cukup dingin, dan cita rasa kaya tadi akan muncul sepenuhnya. 

3. Bir di botol lebih baik daripada di kaleng

Ingat, bir di botol tak menjadi jaminan sebagai bir yang lebih enak daripada yang dikemas dalam kaleng.

Bahkan, sebenarnya kaleng menjanjikan kualitas bir yang akan lebih baik, karena bir terlindung dari cahaya langsung, sehingga cita rasanya lebih terjaga.

4. Bir tak harus berbusa

Udara memengaruhi kuantitas busa saat bir dituangkan. Sehingga, minimnya kontaminasi udara pada bir akan memicu munculnya banyak gelembung busa.

Segel bir yang rapat membantu menjaga bir dari pengaruh udara luar. Jadi, makin banyak gelembung busa yang muncul makin mengindikasikan kesegaran bir.

5. Ragi bahan utama bir

Topik ini telah lama menjadi perdebatan. Namun perlu ditegaskan, ragi bukanlah bahan utama pembuat bir. Ragi hanya digunakan sebagai katalis dalam proses pembuatan bir.

Tak bisa dibantah, ragi memang merupakan bagian penting dari proses pembuatan bir.

Ragi membantu mengonversi gula menjadi alkohol, dan juga memunculkan cita rasa buah, dan warna keemasan khas bir.

Tetapi, ragi disaring keluar setelah proses fermentasi, dan karena alasan inilah ragi tidak dapat dianggap sebagai bahan utama bir.

Kebanyakan bir terbuat dari biji gandum dan hop. Biji gandum ini yang membentuk gula dan enzim yang memecah protein dengan bantuan ragi. 

Sementa hop, yang juga dikenal dengan nama humulus lupulus, digunakan bahan pemberi rasa dan yang menjaga cita rasa bir, untuk menambah rasa pahit dan asam.

6. Bikin anggur jauh lebih rumit

Jangan salah. Pembuatan bir ternyata rumit dan tidak sesederhana campuran kandungan biji gandum, hop, dan air saja.

Sama seperti anggur, ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi rasa para bir.

Mulai dari sumber air, tanah, dan iklim di lokasi produksi bir, semuanya memengaruhi rasa dan aroma dari produk bir.

Jadi yakinlah, proses yang diperlukan untuk menciptakan sebuah bir bercita rasa tinggi terbilang rumit dan dapat dibilang setara dengan rumitnya pembuatan anggur. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/11/085601420/6-mitos-tentang-bir-yang-ternyata-keliru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke