Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Perempuan Seniman Tato Bangkit dan Mengubah Citra Buruk...

Ketika Jessica masuk ke sanggar itu, terlihat sejumlah lelaki yang adalah para seniman tato sedang bersantai di sofa. 

Tanpa pikir panjang, Jessica "remaja" langsung mengungkapkan niatnya untuk membuat tato kucing lucu di bagian bawah tulang belakang (lower back).

Namun respons yang didapat dari para seniman itu di luar dugaan. Mereka tertawa terbahak-bahak, tanpa memedulikan permintaan Jessica sebagai pelanggan.

Akhirnya, Jessica pun pergi dengan rasa malu, tanpa bisa mewujudkan tato yang diinginkannya. 

"Itulah pengalaman pertama saya. Saya merasa tidak dianggap di sanggar itu," kata Jessica seperti dikutip laman NY Post.

"Saya hanya ingin sebuah tato kecil - tapi enggak ada yang peduli. Padahal mereka tinggal terima saja uang dari saya," ungkapnya. 

Waktu pun berlalu. Sekarang Jessica sudah berusia 33 tahun, dan menjelma menjadi seorang seniman tato.

Pada April 2017, dia dan rekan bisnisnya, Jenny Capano dan Robert Boyle membuka studio tato dengan konsep berbeda.

Studio yang diberi nama Nice Tattoo ini memiliki konsep bunga dan kenyamanan bagi para pelanggan.

Memang, studio tato ini terlihat lebih cocok untuk tempat hangout, ketimbang tempat merajah tubuh.

Meskipun banyak perempuan membuat tato, namun industri ini masih didominasi oleh pria.

Seniman tato masih identik dengan pria dan atmosfir studio tato masih terlihat seperti bengkel modifikasi, dibanding membuatnya klien nyaman.

Namun, kini konsep tersebut perlahan mulai berubah. Saat perempuan masuk ke industri tato, sanggar tato menjadi ruangan yang nyaman dan "Instagrammable".

“Aku seperti merasa sedang bermain di apartemen sohib-ku,” kata Bonnie Silva, salah satu pelanggan Nice Tattoo.

Silva sudah mempunyai 36 tato, namun dia mengaku tidak pernah merasa nyaman dengan studio tato yang pernah disambanginya, kecuali Nice Tattoo.

“Mentato tubuh bukan pengalaman yang mudah, karena akan sedikit terasa sakit. Nah akan lebih baik kalau kita bisa nyaman,” ungkap Silva.

Jika interior studio Nice Tattoo dibuat dengan  kesan rapi dan retro, seniman tato perempuan lainnya Dorothy Lyczek, membuat studi tatonya lebih terkesan romantis.

Sanggar tato yang dibangun Lyczek di Bushwick pekan lalu itu, diberi nama Lantern.

“Studio tato ini sangat cantik, dipenuhi oleh tanaman, lukisan bunga dan karya seni yang dibuat oleh perempuan,” kata Lyczek.

Lyczek juga mengatakan mayoritas kliennya adalah perempuan.

Di tempat lain, ada sanggar tato Welcome Home Studio yang memilih konsep minimalis.

Dalam situs studio tersebut disebutkan bahwa “kebencian, misogyny (kebencian lelaki terhadap perempuan), dan seksisme tak akan ditoleransi.”

Dengan menggunakan interior yang keren dan "ramah" perempuan, pelayanan di studio-studio tersebut pun dinilai sangat baik.

Di studio Nice Tattoo misalnya, pelanggan ditawari sebotol air mineral dan terkadang champagne gratis.

Lyczek juga mengatakan, dia sangat mendengarkan keinginan klien dan menghindari membuat sesuatu memalukan di tubuh kliennya.

Konsep studio-studio tato baru ini membangkitkan gerakan yang semula seperti merendahkan perempuan dalam industri tato.

Pada Desember lalu, ada seseorang membuat akun Instagram dengan mana Watchdog Tattoos.

Akun itu mengunggah perilaku buruk para seniman tato. Watchdog Tattoos sempat merepost unggahan dari Lydia Kinsey Hunt, seorang seniman tato di studio Walk the Line Tattoo Co., tentang kampanye aturan main di studio tato.

Salah satunya, baik perempuan atau pria tak perlu melepaskan pakaian lebih dari area yang ditato, demi membuat pelanggan lebih nyaman.

"Penato seharusnya tidak melakukan hal yang buruk terhadap kliennya. Mereka seharusnya tak mengirim pesan tak pantas, atau mengambil foto yang tak pantas," demikian pernyataan Lydia.

Sebab, kejadian semacam itu memang tidak jarang terjadi.

Marina Heintze, yang mengelola studio tato dan seni Nakapatchi di Bushwick, mengingat beberapa pengalaman buruknya. 

"Saya pasti pernah berada di toko dan mendengar percakapan kotor," katanya. "Tapi apa boleh buat, kita terpaksa menerima dan harus mengatasinya sendiri."

Perubahan besar dalam industri tato saat ini sedang bergulir. Apresiasi pun tak hanya datang dari kaum hawa. 

Joseph Purfield, pembuat film dokumenter yang juga pelanggan Jessica Dwyer, mengatakan, sebelum menemukan Nice, pengalamannya di studio tato di Amerika Serikat dan Inggris relatif tanpa kesan.

"Dunia tato penuh dengan maskulinitas yang beracun," kata Purfield.

Purfield sudah sempat memiliki enam tato sebelum bertemu Jessica. Dia mengaku selalu terintimidasi saat membuat keenam tato itu. 

Tentang kesan itu, Jessica berharap dia bisa menawarkan sesuatu yang lebih baik bagi para pelanggannya.

"Dengan proses yang amat akrab, maka kita bisa memastikan bahwa kita memberikan pengalaman yang baik bagi mereka."

"Apalagi, tato adalah karya yang akan selamanya ada di tubuh mereka," ungkap Jessica.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/19/090000820/ketika-perempuan-seniman-tato-bangkit-dan-mengubah-citra-buruk-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke