Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Generasi Millenial, Peduli "Ethical Fashion" hingga Nilai Keadilan

Ini ternyata amat berkaitan dengan karakter sebagian besar kaum millenial yang cinta alam dan sadar lingkungan.

"Milenial standarnya kan berubah. Mereka cenderung back to nature, wisata alam. Bukan wisata di mal dan sebagainya."

Demikian dikatakan Pakar Ekonomi Aviliani dalam Creative Biz Forum di Hotel Mahakam, Jakarta, Jumat (2/2/2018).

Menurut Aviliani, kondisi ini berimbas juga dengan kebiasaan mereka dalam membeli barang.

Aviliani mengatakan, saat ini produk yang ada justru kebanyakan kurang sadar lingkungan.

Lagi-lagi ini dipengaruhi oleh generasi. Mereka yang berperan dalam produksi barang saat ini kebanyakan adalah generasi baby boomers, yang cenderung tidak terlalu peduli dengan lingkungan.

Karakter millenial ini membuat mereka menjadi "pilih-pilih" dalam membeli barang.

Jika perusahaan asal-asalan memproduksi barangnya, dan tak memerhatikan karakter tersebut, maka akan ditinggalkan.

"Ini harus dikembangkan sampai UKM (usaha kecil menengah) bisa meraih keuntungan dari situ," tutur dia.

Hal senada diungkapkan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf. Menurut Triawan, kondisi itu terjadi juga pada ketiga anaknya.

Dua anak dari Triawan merupakan generasi millenial dan satu dari generasi Z.

Generasi millenial adalah generasi pertama yang melihat internet sebagai sebuah penemuan yang hebat dan mengubah segalanya.

Sedangkan generasi Z merupakan generasi yang terlahir ketika internet dan sosial media sudah menjadi keseharian.

Hal ini menghasilkan perbedaan karakter dan pola berpikir.

Hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai tahun lahirnya generasi Z.

Tapi, ada pakar yang menyebut generasi Z adalah mereka yang lahir setelah tahun 2002.

Nah, Triawan mengaku, dua anaknya yang merupakan generasi millenial memiliki karakter yang berbeda dalam membeli barang.

Mereka, kata Triawan, mulai peduli ada ethical fashion, yakni dampak sosial dari pembuatan sebuah produk fesyen tersebut.

Mulai dari di mana membeli bahannya, berapa bayaran yang diterima para buruh, hingga adil atau tidak.

Contohnya batik. Terkadang, pendapatan para pembatik justru lebih kecil daripada toko atau yang mengantarkan barangnya.

"Itu mereka enggak akan beli," tutur Triawan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/02/02/212243420/generasi-millenial-peduli-ethical-fashion-hingga-nilai-keadilan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke