Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga dan Gaya, Strategi Berrybenka Saingi Raksasa Ritel Fesyen

Hal itu, salah satunya ditunjukkan dengan langkah terbaru mereka membuka flagship store di Central Park Mall, Jakarta.

CEO PT Berrybenka, Jason Lamuda mengatakan pihaknya tergugah karena melihat merek luar negeri mendominasi pusat-pusat perbelanjaan di Indonesia.

Sebut saja beberapa raksasa ritel fesyen, seperti H&M, Zara, dan Uniqlo.

"Apakah itu menunjukkan bahwa brand Indonesia kurang? Sebenarnya enggak."

"Mungkin belum ada leading player yang berani buka," kata Jason pada sesi media luncheon di Central Park Mall, Jumat (4/5/2018).

Mulai merintis jejak di ritel offline, Berrybenka kini masih fokus pada konsumen wanita berusia 25-35 tahun.Terutama pada wanita muda pekerja yang ingin tampil gaya saat kerja dan ibu muda.

Sejumlah strategi disiapkan untuk bisa bersaing dengan sejumlah raksasa ritel fesyen yang mendominasi pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Salah satunya, adalah dari harga.

Disebutkan, Berrybenka menawarkan harga yang terjangkau, mulai dari Rp 149-349ribu.

Strategi kedua, adalah gaya.

"Kalau kita lihat, brand luar seringkali melihat tren Eropa atau Amerika Serikat."

"Cara berpakaian orang di dua kontinen tersebut sangat berbeda dengan Indonesia," ujar Jason.

Meski memiliki gaya berpakaian yang berbeda, namun orang-orang di Indonesia juga tetap ingin mengikuti tren.

Misalnya, ingin mengikuti tren pakaian yang digunakan aktris Hollywood atau artis-artis barat.

Namun, dengan perbedaan kultur barat dan timur, tren tersebut kemudian disesuaikan.

"Misal, mereka ingin mengikuti Kylie Jenner tapi enggak seterbuka itu, yang mirip dengan itu," kata Jason.

Tak menutup kemungkinan, Berrybenka juga akan berkolaborasi mengeluarkan koleksi bersama merek lokal untuk semakin memperkuat posisi label lokal.

Jason mencontohkan salah satu kolaborasi Berrybenka, yakni dengan label lokal Cottonink.

Kolaborasi juga bisa dilakukan dengan influencer Tanah Air.

"Membuat koleksi khusus, misalnya jilbab khusus atau pakaian khusus. Kami coba membedakan diri seperti itu (dengan ritel luar)," kata dia.

Selain dari offline, Berrybenka juga masih mengandalkan penjualan online-nya. Offline dan online menurut Jason saling melengkapi.

Kedua kanal tersebut juga dinilai memiliki tipe konsumen yang berbeda.

Konsumen online lebih mencari produk yang tampak menarik. Sehingga, cara label memadupadankan satu produk dan produk lainnya sangat penting.

"Mungkin atasannya cuma kemeja putih biasa, tapi ketika diadukan dengan belt dan celana palazzo, orang jadi mikir bagus juga ya," kata Jason.

Sementara konsumen offline lebih mengedepankan pengalaman mencoba langsung pakaian yang akan dibelinya dan memilih pakaian sesuai selera.

Meski begitu, baik offline maupun online, menurut dia, tetap perlu mengikuti tren yang berkembang.

"Ujung-ujungnya, dunia fesyen harus ikutin yang sedang tren."

"Kayak pastel mungkin sudah lewat, influencer pun sudah enggak pakai lagi. Sekarang trennya sedang striped, misalnya," ucap dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/05/04/223442220/harga-dan-gaya-strategi-berrybenka-saingi-raksasa-ritel-fesyen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke