Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inilah yang Terjadi pada Orang Sakit Hati dan Cara Menghadapinya

Wisnu, nama pria itu, didugamenusuk anjing milik mantan kekasihnya itu karena cemburu. Kasus ini pun berlanjut ke jalur hukum.

Apa yang terjadi pada orang yang tengah sakit hati dan bagaimana menghadapinya?

Manusia memiliki emosi yang dinamis, tergantung suasana dan kondisi hatinya.

Seseorang bisa terlihat memiliki sifat dan sikap berkebalikan jika berada pada dua keadaan emosi yang berbeda.

Saat emosi stabil, seseorang bisa tenang dan mudah tersenyum.

Demikian pula sebaliknya. Ketika emosi memuncak, seseorang bisa lepas kendali dan melakukan hal-hal di luar kesadarannya.

Hal ini pula yang terjadi pada mereka yang mengalami sakit hati.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sakit hati dapat dipahami sebagai sebuah keadaan di mana seseorang merasa tidak senang karena dilukai hatinya (dihina, dikhianati, ditipu, dan sebagainya).

Secara psikologis, sakit hati merupakan tumpukan emosi yang terakumulasi dan melibatkan perubahan perilaku dan keadaan fisiologis.

Sakit hati tergolong emosi negatif yang dapat berpengaruh terhadap perilaku individu dan proses pengambilan keputusan.

Hal ini dijelaskan oleh psikolog, Laelatus Syifa, M.Psi., saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/6/2018) sore.

Dampak sakit hati

Orang yang tengah dikuasai oleh emosi negatif akan terpengaruh secara fisiologis dan tindakan.

Sementara, secara perilaku, emosi negatif dapat mewujud menjadi tindakan-tindakan seperti berteriak, mengumpat, dan membanting.

Lebih lanjut, emosi bisa berujung pada tindak kekerasan yang merugikan orang lain.

Efek lain yang dapat timbul adalah dalam bentuk pikiran (kognitif) buruk yang mengarah baik ke dalam, maupun ke luar diri.

Misalnya, berpikiran buruk tentang orang lain dan diri sendiri, merasa tidak berharga, stress, bahkan depresi.

Tips menghadapi orang sakit hati

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika kita menghadapi orang sakit hati.

Jika sakit hati timbul karena hal lain di luar diri kita, maka berempatilah, pahami apa yang sebenarnya menjadi permasalahannya.

Pertama, jika ia menunjukkan agresivitas karena emosinya, jangan berikan respons yang sama.

“Jika kita membalas dengan cara yang sama, itu hanya menambah masalah baru,” kata Latus.

Empati yang kita berikan dapat memberikan pemakluman terhadap kondisi yang ia rasakan.

Kedua, pahamilah apa yang tengah ia rasakan, posisikan diri kita pada posisinya.

Terakhir, berurusan secukupnya. Jangan terlalu dekat dengan orang tersebut, namun bukan berarti Anda menjauhinya.

Sementara, jika emosi itu disebabkan oleh kita, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami latar belakang permasalahan yang tengah dihadapi.

Lalu, lihatlah situasi, apakah tepat jika digunakan untuk membicarakan permasalahan yang ada.

Setelah itu, berempatilah. Pahami apa yang ia inginkan, jika perlu tanyakan kepadanya tentang apa yang harus Anda lakukan.

“Mungkin dia ingin Anda tinggalkan, Anda peluk, Anda meminta maaf, atau yang lainnya,” kata Latus.

Selanjutnya, meminta maaf.

Permohonan maaf harus dilakukan tanpa menyebutkan kesalahan yang ia perbuat sebagai alasan mengapa kamu melakukan tindakan yang berakhir menyakiti hatinya.

“Maafkan saya karena telah melakukan ini padamu, itu karena kamu berbuat demikian dan demikian,” Latus mencontohkan permohonan yang salah.

Latus memberikan contoh bagaimana cara mengungkapan maaf yang baik sehingga emosi yang ada bisa mereda.

“Maafkan saya karena saya telah menyakitimu, kamu pasti marah padaku,” kata Latus.

Terakhir, yang perlu dilakukan adalah berubah. Permintaan maaf tanpa disertai perubahan sikap tidak akan berarti apapun.

Kapan sakit hati mereda?

Pahamilah bahwa konflik biasanya datang dari kedua belah pihak, bukan hanya salah satunya.

“Jika kedua belah pihak menyadari kekeliruan masing-masing dan saling meminta maaf, maka proses penyembuhan emosi relatif lebih cepat, pun sebaliknya,” kata Latus.

Proses penyembuhan ini juga sangat bergantung pada kemampuan resiliensi (beradaptasi dan bertahan )masing-masing individu, sehingga tidak dapat dipastikan waktunya.

Bagaimana cara mengatasi sakit hati?

Sebelum mengelola emosi yang dimiliki, seseorang harus bisa mengenali emosi yang ia alami dengan spesifik, kemudian melabelinya sebagai bentuk emosi tertentu (cemburu, dendam, atau yang lainnya). 

Seseorang bisa saja gagal maupun berhasil dalam mengelola emosi.

Jika ia gagal, biasanya berdampak pada pengambilan keputusan yang salah atau kurang efektif.

Sebaliknya, dalam keadaan ‘dingin', keputusan diambil dengan berbagai pertimbangan.

“Cara seperti ini tidak pasti berhasil, tapi kemungkinan besar dapat menghasilkan keputusan yang bijak,” kata Latus.

Jika seseorang memiliki emosi negatif, maka tenangkanlah dengan cara intervensi secara fisik. Misalnya, tarik nafas dalam-dalam, duduk, meditasi, olahraga, dan sebagainya.

Selain itu, fokuslah pada masalah yang dihadapi.

Hal ini penting agar permasalahan tidak merambat ke segala arah yang akan memecah konsentrasi.

Terakhir, salurkan emosi itu baik secara struktural (langsung ke yang bersangkutan) atau dengan media seperti melukis, berteriak di pantai, menulis puisi, dan sebagainya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/06/20/210932720/inilah-yang-terjadi-pada-orang-sakit-hati-dan-cara-menghadapinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke