Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siap-siap, Jakarta Tanpa Sedotan!

Lantaran sampah, menurut penelitian ahli lingkungan Jenna R. Jambeck pada 2015 lalu, Indonesia menduduki posisi kedua dunia sebagai negeri penghasil sampah plastik ke laut.

Catatan Jambeck, per tahun Indonesia menyumbang hingga 1,29 juta metrik ton sampah plastik yang berakhir ke lautan. Adapun peringkat pertama adalah China dengan jumlah sampah plastik di lautan mencapai 3,53 juta metrik ton per tahun.

Yang mencengangkan, berdasarkan data Divers Clean Action, sedotan menjadi penyumbang terbesar "lautan sampah" Indonesia yang setiap harinya mencapai 93.244.847 batang. Benda kecil dan ramping ini datang dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya.

"Maka, mulai sekarang masyarakat Jakarta yang doyan ngafe, ngopi atau ngeteh di kafe-kafe perlu mengubah perilaku sebab memakai sedotan itu sangat konsumtif, tidak perlu, karena berbahaya. Sudah tidak perlu minum pakai sedotan plastik atau sekali pakai," ujar Helen Dewi Kirana, fashion desainer NES, pada jumpa pers Jakarta Tanpa Sedotan atau JTS di Alun-alun Indonesia, Rabu (15/8/2018).

Menggandeng beragam komunitas, Helen mengampanyekan gerakan JTS sebagai sebuah aksi peduli yang bisa dilakukan siapa pun di Jakarta, mulai anak kecil sampai orang dewasa. Gerakan tersebut akan diawali lewat karnaval Jakarta Tanpa Sedotan di kawasan Kemang pada 16 September 2018 mendatang.  

Dr Amaranila Lalita Drijono, Pendiri Gemass Indonesia Community, mengaku mendukung gerakan tersebut untuk masa depan anak-anak Indonesia. Ancaman sampah, terutama yang disumbangkan oleh masifnya pemakaian sedotan, harus dijadikan perhatian serius masyarakat Jakarta. 

"Kenapa sedotan, karena kita tahu ini adalah soal serius. Plastik itu dari yang paling besar sampai nano plastic itu membahayakan semua mahluk. Ikan-ikan tercemar, berbahaya buat anak-anak kita yang mengonsumsinya dan ini sudah tidak bisa dibiarkan," ujar pendiri gerakan Bersih Nyok ini.

Amanila mengingatkan, berdasarkan survei Gemass Indonesia dan Bersih Nyok di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, pada Mei 2017 lalu, sampah di laut mengakibatkan jumlah stok ikan terus berkurang dan terjadi kekurangan gizi terselubung pada masyarakat di pulau tersebut.

Diah Bisono, Direktur Saji Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu perempuan Indonesia yang aktif dalam kegiatan alam bebas, mengakui bahwa peran traveller atau wisatawan saat ini sangat dibutuhkan untuk ikut mengurangi sampah.

Menurut Diah, dari dulu banyak orang senang berwisata dan saling mengajak orang lain untuk menjelajahi Indonesia. Tapi, baru sekarang orang sadar bahwa mereka tidak mengedukasi orang untuk menjadi wisatawan yang menjaga tempat mainnya dari sampah.

"Jangan heran, mulai sedotan, styrofoam, atau kantong plastik itu paling banyak ditemukan setiap kami melakukan aksi bersih-bersih pantai. Aksi tanpa sedotan kali ini bukan soal kuantitas, tapi perlahan akan merambah menjadi besar karena semua seharusnya khawatir dengan sampah-sampah ini," kata Diah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/15/193852320/siap-siap-jakarta-tanpa-sedotan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke