Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar Pahami Problem Kecemasan dari Kasus Selena Gomez

KOMPAS.com - Baru-baru ini, pesohor dari Amerika Serikat, Selena Gomez dilaporkan menjalani perawatan kesehatan mental di US Facility, karenamengalami gangguan emosional.

Tercatat, Selena dua kali dirawat di rumah sakit, hanya dalam beberapa minggu terakhir. Salah satu pemicunya adalah sel darah putih yang rendah.

Wanita 26 tahun itu juga menderita lupus, penyakit autoimun kronis.

Menurut Dr Belmont, Profesor Kedokteran di NYU Langone Health, penyakit tersebut menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi hiperaktif, dan menyerang jaringan tubuh lainnya.

Orang dengan penyakit kronis seperti lupus, memang lalu cenderung mengalami depresi dan persoalan kecemasan. 

Bahkan, The John Hopkins Lupus Center menemukan data, sepertiga pasien dengan lupus menunjukkan gejala depresi dan kecemasan.

Selama dirawat di RS untuk kedua kalinya, Selena mengalami serangan panik yang disebabkan oleh kecemasan dan depresi.

Berita itu muncul hanya beberapa minggu setelah penyanyi "wolves" itu mengumumkan pengunduran diri dari akun media sosialnya.

Kabar vakumnya Selena dari media sosial ia unggah lewat akun Instagram pada tanggal 24 September lalu.

"Saya kembali istirahat dari media sosial. Saya bersyukur atas semua hal yang terjadi di media sosial, saya juga bersyukur bisa menjalani hidupku hingga saat ini," tulisnya.

Menurut dia, hanya sedikit kenaikan dan semangat yang didapat dari media sosial.

Ia juga memperingatkan kepada siapa pun yang gemar berkomentar negatif, karena hal itu bisa melukai sesama.

Selain mengambil langkah mundur dari sorotan media, Selena juga menjalani perawatan perilaku dialektik di the mental facility, Arizona.

Perawatan yang dilakukannya menggabungkan mindfuless, komunikasi dan sejenisnya, untuk membantu mengatasi problemnya tadi. 

Tentu, bukan hanya Selena yang memiliki masalah dengan kesehatan mental. Jutaan orang di seluruh dunia juga mengalami hal yang sama.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang di dunia terkena depresi.

Bahkan, di tahun 2020 diprediksikan angka penderita depresi akan menjadi beban kesehatan nomor dua setelah kardiovaskular.

Langkah Selena yang berbicara terus terang tentang kegelisahannya, merupakan hal yang tepat.

Pasalnya, hal tersebut sangat penting karena akan membantu menormalkan kesehatan mental dan mematahkan stigma negatif.

Stigma macam itu kerap mengaburkan perjuangan orang dengan masalah kesehatan mental.

Mantan bintang Disney itu berkata, kecemasan dapat mempengaruhi siapa saja dan semua orang

Untuk itu, tidak perlu malu untuk mengakuinya, dan yang terpenting mencari bantuan untuk mengatasinya.

Lebih peka terhadap masalah kesehatan mental, berikut ini adalah hal-hal yang harus dipahami tentang problem kecemasan.

1. Ketakutan berlebihan

Hal yang normal jika kita mengalami emosi seperti kecemasan dan ketakutan ketika menghadapi tekanan atau masalah.

Namun, ketika emosi tersebut menjadi persisten, berlebihan, dan tidak rasional, maka itu dapat mengganggu cara seseorang menjalani hidupnya, hingga kemampuan untuk bekerja.

Hal ini juga mengganggu kemampuan untuk mengatasi tuntutan kehidupan atau aspek relasi dengan sesama manusia.

Ketika ini terjadi, kecemasan telah menjadi masalah kesehatan mental.

2. Kecemasan bisa datang dalam berbagai bentuk

Jika seorang individu memiliki kecemasan, dia dapat mengalami generalized anxiety disorder (GAD), atau pun obsesif-compulsive disorder (OCD).

Ada pula gangguan panik dengan agoraphobia, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), phobia sosial atau gangguan kecemasan sosial.

Penderita GAD cenderung merasa khawatir berlebihan tentang kesehatan, uang, keluarga atau pekerjaan, bahkan ketika tidak ada alasan untuk mencemaskannya.

Sementara itu, OCD adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif.

Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi).

Misalnya, orang yang merasa harus memeriksa pintu dan jendela lebih dari tiga kali sebelum keluar rumah.

Lalu, gangguan panik dengan agoraphobia ditandai dengan serangan rasa takut yang tiba-tiba, sesak napas, sensasi tercekik, sesak napas, jantung berdebar, dan takut kehilangan kendali atau menjadi gila.

Gejala ini dapat terjadi kapan saja dan berlangsung sekitar 10-20 menit setiap kali kambuh.

Untuk PTSD, seringkali mempengaruhi mereka yang telah melalui trauma ekstrim yang disebabkan oleh perang, bencana alam, dan penyerangan.

Sedangkan phobia sosial merupakan kecemasan ekstrem dan kesadaran diri dalam situasi sosial sehari-hari.

3. Wanita berisiko dua kali lebih besar menderita kecemasan

Periset dari University of Cambridge menemukan wanita lebih rentan terhadap kecemasan. Belum diketahui mengapa wanita lebih berisiko mengalai kecemasan.

Tapi, periset menunjukkan itu mungkin terjadi karena perbedaan kimia otak antara pria dan wanita.

Faktor risiko lain yang menyebabkan kecemasan adalah faktor sosial-ekonomi yang rendah, usia tua, peristiwa kehidupan negatif seperti kegagalan hubungan, kehilangan pekerjaan atau penyakit dan bencana alam.

4. Gejalanya tidak terlihat jelas

Pada tahap awal kecemasan, itu tidak akan mempengaruhi kehidupan normal.

Menurut situs Singhealth, seorang karyawan yang memiliki kecemasan, misalnya, mungkin masih bisa bekerja.

Tapi, produktivitas mereka terganggu. Hanya bentuk gangguan kecemasan yang parah yang benar-benar dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

5. Jangan takut mencari bantuan

Jika kecemasan mengganggu, segera temui dokter. Dokter akan mengambil serangkaian tes darah untuk memeriksa masalah fisik seperti hipertiroidisme.

Mereka juga menggunakan alat diagnostik seperti elektrokardiogram untuk mengetahui kondisi jantung.

Dokter mungkin meresepkan berbagai kelas obat seperti anti-depresan sesuai tingkat keparahan kecemasan yang dialami pasien.

Psikoterapi juga sangat membantu bagi penderita kecemasan. Cara ini mungkin termasuk terapi perilaku kognitif yang membantu mengenali dan mengendalikan ketakutan.

Langkah ini juga bisa memodifikasi pola pikir atau mengurangi kepekaan pada pemicu kecemasan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/10/23/141344920/belajar-pahami-problem-kecemasan-dari-kasus-selena-gomez

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke