Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menakar Kesiapan Indonesia Jadi Kiblat Busana Muslim Dunia

Bahkan, Indonesia menargetkan menjadi kiblat busana muslim dunia pada 2020 mendatang.

Tahun 2019 semakin dekat. Sejauh apa kesiapan Indonesia hingga saat ini?

Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kementerian Perindustrian, E. Ratna Utarianingrum mengaku, sejumlah langkah telah dilakukan.

Mulai dari pembinaan hingga pemetaan stakeholder dan pihak-pihak terkait lainnya.

"Kami sudah komitmen mengawal Indonesia agar bisa menjadi kiblat muslim dunia," kata Ratna dalam peluncuran Muffest 2019 di CGV Pacific Place, Jakarta, Senin (26/11/2018).

Salah satunya dengan melakukan pembinaan teknis, maupun manajemen terhadap pelaku industri busana muslim.

Misalnya, menjadikan para penjahit busana muslim Indonesia mampu menghasilkan busana berdasarkan standar kompetensi nasional Indonesia.

Ada pula capacity building bagi para pelaku industri menengah.

Mereka yang sudah menguasai teknik industri, menurut dia, perlu dilengkapi dengan kemampuan manajemen bisnis, perencanaan, dan teknik pemasaran yang tepat, sehingga bisnis yang dijalankan kuat.

"Terkait dukungan Kemenperin sebagai kementerian yang mengawal produktivitas dan nilai tambah industri, kami harus mendukung kegiatan yang bisa mewujudkannya," ujar dia.

Apresiasi kualitas jadi tantangan

Potensi ekonomi sektor busana muslim bisa dibilang sangat besar.

Advisory Board IFC Taruna K Kusmayadi menjelaskan, industri busana muslim menyerap hingga 1,1 juta dari total 3,8 juta pekerja di industri mode.

Selain itu, berdasarkan data Organisasi Konferensi Islam (OKI), proyeksi ekspor industri busana muslim Indonesia menempati urutan ketiga setelah Bangladesh dan Turki.

"Jadi ini sudah dahsyat banget," kata dia.

Muslim Fashion Festival Indonesia (Muffest) menjadi salah satu upaya untuk meraih target tersebut.

Perhelatan tahunan yang dimulai sejak 2016 lalu itu mempunyai tujuan besar untuk turut mempromosikan industri busana muslim Indonesia.

Namun, perjalanan panjang harus ditempuh untuk menjadi pusat busana muslim dunia.

Menurut Taruna, tidak hanya desain yang harus diperkuat melainkan harus turut mengangkat kearifan lokal.

Selain tentunya, memperkuat inovasi dan branding agar produk menjadi lebih kompetitif.

"Harus ada traditional cultural heritage dalam sentuhan desain dan lebih modern dalam artian pertimbangan lingkungan, upah, energi, recycling," ujarnya.

Sementara itu, National Chairman IFC Ali Charisma menilai kualitas busana juga menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar.

Aktivitas belanja busana muslim di kelas menengah ke depannya juga diharapkan semakin mendominasi.

Sehingga, secara kualitas, permintaan produk dengan kualitas baik dan harga tinggi akan meningkat.

"PR-nya banyak, kualitas. Dalam artian secara teknis, dari pelaku atau pun desainer. Untuk level menengah ke atas kan biasanya kualitas diimbangi dengan itu (harga)," tutur dia.

Namun, harga tinggi di Indonesia mempunyai ukuran yang berbeda dengan sejumlah negara-negara lain.

"Kasihan juga kalau teman-teman desainer punya busana dengan kualitas bagus, tapi dijual murah. Nah ini PR yang perlu kita temukan," tutur dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/11/26/162214720/menakar-kesiapan-indonesia-jadi-kiblat-busana-muslim-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke