"Ini bukan tes acak (untuk Jolie)," kata Snyderman.
Berpijak dari hasil tes genetika tersebut, Jolie memilih tindakan mastektomi untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara.
Kanker memang menjadi salah satu masalah kesehatan dunia yang menyebabkan kematian cukup tinggi. Para peneliti kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis, ada sekitar 18 juta kasus kanker baru di dunia pada 2018. Jumlah kematian akibat kanker melampaui 9 juta jiwa.
Time.com pada Jumat (14/9/2018) melansir, hampir 10 juta orang di seluruh dunia akan meninggal karena kanker tahun ini. Laporan itu berdasarkan perkiraan baru dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC).
Laporan IARC yang diterbitkan Rabu (12/9/2018) dalam jurnal A Cancer Journal for Clinicians, didasarkan pada data insiden kanker dari 185 negara di seluruh dunia.
Para peneliti memperkirakan bahwa akan ada 18,1 juta diagnosis baru kanker dan 9,6 juta kematian akibat kanker pada 2018. Angka tersebut meningkat dibanding enam tahun lalu, ketika diagnosis kanker diperkirakan mencapai 14,1 juta dan kematian 8,2 juta.
SADANIS meliputi mamografi, ultrasonografi (USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), serta biopsi apabila terdapat kecurigaan adanya kanker ganas.
Tes genetika kanker
Beberapa waktu belakangan, teknologi baru di bidang kedokteran dapat mendeteksi risiko terkena kanker payudara pada seseorang melalui pemeriksaan Breast Cancer Susceptibility Gene (BRCA) atau tes genetika untuk kanker payudara.
“Salah satu faktor risiko seseorang terkena kanker payudara adalah faktor herediter yang sering disebut genetik atau keturunan dari keluarga. Meski demikian, angka kejadian ini kecil yaitu sekitar 5-10 persen,” ungkap Samuel.
Apabila hasil tes genetika menyatakan hasil positif untuk gen BRCA 1, maka risiko meningkat secara kumulatif hingga usia 70 tahun untuk mengalami kanker payudara atau kanker ovarium, yakni mencapai 55-80 persen, atau sekitar 10 kali lipat lebih besar dari populasi umum.
Lewat pemeriksaan gen BRCA, seseorang dapat semakin dini mengantisipasi dan proaktif melakukan persiapan. Misalnya dengan menerapkan pola reproduktif optimal lebih awal dan pemantauan diagnosis dini kanker dan pertanda tumor secara rutin.
Dengan mengetahui hasil pemeriksaan BRCA tersebut, dokter dapat menganalisa lebih lanjut dan mengambil tindakan pencegahan, misalnya dengan melakukan terapi pengangkatan kedua payudara profilaktik lebih awal, dengan tingkat keberhasilan mencapai lebih dari 90 persen.
Bahkan, tingkat keberhasilan pencegahannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan obat-obatan (personalized medicine) yang hanya dapat menangani perkembangan kanker dalam kurun waktu singkat.
“Pemeriksaan dan pemetaan gen merupakan suatu kemajuan besar dalam era genomik di dunia. Pemeriksaan ini merupakan salah satu alternatif dalam melakukan screening atau penapisan, deteksi dini, utamanya bagi seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara, kanker ovarium, maupun kanker lainnya,” imbuh Samuel.
Tahapan kanker payudara
Dalam pengkategorian kanker, tenaga medis mengelompokkannya berdasarkan stadium yang dijabarkan dengan huruf T, N, dan M. Masing-masing kategori menginformasikan tentang kondisi kanker.
T berarti tumor atau benjolan kanker yang ditemukan di payudara. Semakin besar ukuran semakin besar pula angka (T1, T2, T3)
N singkatan dari node seperti di kelenjar getah bening. Filter kecil ini ditemukan di seluruh tubuh dan pada ketiak. Node dimaksudkan untuk menangkap sel-sel kanker sebelum menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Pada kategori M, angka 0 dan I mengindikasikan apakah kanker sudah menyebar jauh ke paru-paru, hati, dan tulang.
Laman WebMD.com pada (9/2/2017) melansir, tahapan kanker disimbolkan dengan angka nol dan angka Romawi I, II, III, dan IV.
Pada stadium 0, kanker telah didiagnosa sejak dini. Tahapan kanker tersebut dimulai di saluran payudara atau kelenjar susu dan telah ada di sana.
Stadium I yakni ketika kanker payudara disebut invasif atau telah menyerang jaringan sehat. Sementara, pada stadium IA, kanker telah menyebar ke jaringan payudara lemak. Tumor berukuran tidak lebih besar dari kacang tanah yang dikupas atau bahkan mungkin tidak ada tumor pada Tis (insitu).
Selanjutnya, pada stadium IB, beberapa sel kanker dalam jumlah kecil ditemukan di beberapa kelenjar getah bening.
Tumor payudara stadium IIB lebih besar. Bila tumor diukur, mungkin sebesar jeruk nipis. Pada stadium ini, tumor bisa saja berada di kelenjar getah bening.
“Kalau berdasarkan ukuran, T1 nol hingga dua sentimenter, sedangkan T2 dua hingga lima sentimeter,” ujar dia.
Selanjutnya, kanker lebih sulit untuk diperangi meski belum menyebar ke tulang atau organ lainnya pada stadium III.
Pada stadium IIIA, telah ditemukan kanker dengan ukuran lebih dari 5 cm dan kelenjar getah bening membentuk rantai dari ketiak. Sedangkan, pada stadium IIIB, tumor telah tumbuh ke dinding dada atau kulit di sekitar payudara atau disebut juga dengan stadium lanjut lokal.
Sementara pada stadium IIIC kanker telah ditemukan di kelenjar getah bening, atau telah menyebar sampai ke bagian atas atau bawah tulang selangka.
Pada stadium IV, sel kanker payudara telah menyebar jauh ke dalam payudara dan kelenjar getah bening. Umumnya, kanker menyebar ke tulang, paru-paru, hati, dan otak. Tahap ini digambarkan sebagai metastasis yang berarti telah menyebar ke luar wilayah tubuh, tempat pertama kali kanker ditemukan.
“Itulah yang disebut stadium lanjut atau stadium terminal,” kata dokter Samuel.
Penanganan kanker payudara
Melihat risiko penyakit kanker payudara yang tinggi, masyarakat Indonesia terutama para perempuan, perlu menyadari pentingnya melakukan deteksi dini maupun pengobatan kanker hingga tuntas.
Salah satu rumah sakit swasta yang fokus pada pengobatan penyakit kanker di Indonesia adalah Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi.
Rumah sakit ini dilengkapi dengan peralatan mutakhir dan fasilitas lengkap di Asia Tenggara untuk penanganan kanker, termasuk untuk pemeriksaan dan pengobatan kanker payudara.
Tak hanya itu, rumah sakit ini juga memiliki laboratorium patologi dan Molecular Diagnosis Center untuk mendiagnosa lebih lanjut dan menentukan langkah pengobatan yang tepat.
Pengobatan kanker payudara di rumah sakit ini dapat dilakukan melalui pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, terapi biologi, terapi hormon, dan targeted therapy lainnya.
Uniknya, rumah sakit ini menyediakan layanan khusus bagi pasien kemoterapi, baik yang rawat inap maupun tidak. Untuk pasien kemoterapi yang tidak perlu menjalani rawat inap, tersedia unit one day care oncology. Selain itu, klinik onkologi berbasis riset direncanakan akan dikembangkan di rumah sakit ini.
Berbagai fasilitas dan proses tersebut tentu saja didukung oleh tenaga medis yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya, serta tim peneliti kanker terpadu yang dipimpin oleh DR. dr. Samuel Johny Haryono, Sp.B (K) Onk. dengan didukung para klinikus akademi dan scientist/ biologist kanker.
Ingat pepatah mencegah lebih baik daripada mengobati? Nah, jangan tunda lagi untuk melakukan deteksi dini kanker payudara. Apalagi, kalau Anda telah terdiagnosa kanker, tak perlu tunda untuk jalani pengobatan optimal di pusat kesehatan terpercaya.
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/18/194533520/mengenal-tahapan-kanker-payudara