Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengisap Shisha Lebih Berbahaya dari Rokok?

KOMPAS.com - Selain merokok tembakau yang umum kita jumpai, shisha juga populer di kalangan pecinta gaya hidup "menghisap".

Shisha merupakan alternatif merokok dengan menggunakan tembakau yang dicampur gula buah atau tetes tebu dan dihirup melalui selang atau tabung.

Namun, riset menemukan satu sesi hisapan shisha ternyata memilik efek negatif yang serupa dengan menghisap satu bungkus rokok.

Periset juga menemukan, mengonsumsi shisha secara signifikan meningkatkan risiko seseorang terhadap diabetes dan obesitas.

Riset ini dilakukan oleh peneliti dari Brighton and Sussex Medical School untuk menyelidiki efek buruk penggunaan shisha.

Hasil riset menunjukkan, menghisap shisha ternyata lebih berisiko pada kenaikan berat badan dan diabetes tipe dua daripada mereka yang sama sekali tak merokok.

Riset dilakukan dengan meneliti peserta dari Iran. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner guna menganalisis gaya hidup merokok yang mereka miliki, faktor risiko kardiovaskular, kecemasan, dan depresi.

Periset juga mengukur biokimia peserta yang dianalisis dengan mengambil tes darah.

Dari 9.840 peserta yang terlibat, peneliti menemukan 6.742 orang bukan perokok, 976 orang merupakan mantan perokok, 864 orang adalah perokok, 1.067 perokok shisha dan 41 orang mengonsumsi rokok dan shisha.

Hasil penelitian itu mengaitkan obesitas, sindrom metabolik, diabetes dan dislipidemia terkait dengan kebiasaan menghisap shisha.

Namun, semua risiko tersebut tak berkaitan dengan merokok menggunakan tembakau biasa.

Temuan ini tentu mempertanyakan anggapan populer yang selama ini menilai shisha lebih aman daripada merokok.

Faktanya, dalam riset ini peneliti menemukan jika shisha lebih merusak kesehatan manusia.

Profesor Gordon Ferns, selaku peneliti, mengatakan satu sesi merokok shisha setara dengan lebih dari sebungkus rokok. Bahkan, senyawa beracun yang dihirup mungkin lebih besar.

Periset belum menemukan mengapa menghisap shisha lebih berbahaya dibandingkan merokok jika dikaitkan dengan obesitas dan diabetes.

"Ada kemungkinan racun dalam asap merangsang respons peradangan yang menyebabkan jaringan menjadi resisten terhadap efek hormon insulin, yang mengatur glukosa dalam darah," tambahnya.

Tapi, Fern juga memprediksi adanya perilaku sosial lain yang bisa menyebabkan adanya kenaikan berat badan di kalangan para pecinta shisha ini.

Karena efeknya yag begitu buruk bagi kesehatan, peneliti menegaskan pentingnya generasi muda untuk mengurangi konsumsi shisha, khususnya di kalangan muda.

Menurut analisis 2018 dari University of Pittsburgh School of Medicine, menghisap shisha menyumbang lebih dari setengah volume asap tembakau yang dikonsumsi oleh perokok muda di AS.

“Sekarang ada bukti bahwa menghisap shisha sangat berbahaya," ucap Fern.

Ferns mengatakan, menghisap shisha berisiko pada beberapa jenis kanker dan semua penyakit

"Dari perspektif kebijakan kesehatan, penting bagi publik untuk mengenali risiko menghisap shisha," ucapnya.

British Heart Foundation mengklaim paparan zat beracun karena menghisap shisha sama halnya dengan kita menghisap 100 batang rokok.

Tembakau dalam shisha juga mengandung rokok, nikotin, tar, karbon monoksida dan logam berat seperti arsenik dan timah.

Kandungan tersebut sama halya dengan tembakau yang ada pada rokok biasanya.

Tentunya, ini berisiko pada jenis penyakit yang sama dengan perokok, seperti penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan, dan gangguan kehamilan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/01/05/131300620/mengisap-shisha-lebih-berbahaya-dari-rokok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke