Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Harus Tetap Aktif Setelah Terkena Serangan Jantung?

KOMPAS.com - Setelah berhasil berjuang dari serangan jantung, banyak orang melakukan segala cara agar penyakit mematikan itu tak datang kembali.

Namun, banyak dari mereka yang salah kaprah dengan menghindari olahraga. Padahal, olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan jantung.

"Kami memiliki bukti kuat bahwa melakukan olahraga aerobik secara teratur setelah serangan jantung mengurangi risiko kematian," kata Erik Van Iterson, Direktur pusat rehabilitasi jantung.

Menurutnya, banyak orang mengira menghindari olahraga dapat mencegah stres pada jantung.

Sebaliknya, jantung yang telah mengalami kerusakan perlu diperkuat, bukan dimanjakan.

“Jika kita tidak rajin olahraga sebelum menderita serangan jantung, penting bagi kita untuk menjadikan olahraga sebagai prioritas," ucapnya.

Jika kita aktif berolahraga sebelum terkena serangan jantung, Dr. Van Iterson menyarankan kita agar tak takut melanjutkan kegiatan yang sama, saat mendapat izin dari dokter.

Ia menambahkan, cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan mendaftar dalam program rehabilitasi jantung.

"Faktanya, kami merekomendasikan rehabilitasi jantung untuk semua pasien setelah serangan jantung,” tambahnya.

Setelah mengalami serangan jantung, kita perlu melakukan latihan aerobik, yang menggerakkan kaki untuk mendorong seluruh tubuh.

Kegiatan-kegiatan ini membantu jantung berkontraksi lebih kuat untuk memompa lebih banyak darah beroksigen.

“Saya tidak melebih-lebihkan pentingnya menggunakan otot-otot besar kaki dengan berjalan, bersepeda, berenang, atau jogging," ucap Van Iterson.

Latihan berbasis kursi atau duduk di atas mesin di gym, kata Van Iterson, tidak akan berjalan maksimal.

Olahraga sebagai rutinitas

Rencana optimal untuk menguatkan jantung membutuhkan latihan aerobik selama setidaknya 30 menit sehari minimal tiga kali seminggu.

Namun, kita tidak dapat menganggap ini cukup untuk melindungi diri terhadap serangan jantung kembali.

Dr. Van Iterson menyarankan para penyintas serangan jantung untuk memikirkan kembali komitmen mereka terhadap gaya hidup sehat dengan memprioritaskan olahraga.

“Jangan puas dengan melakukan hal minimum. Kita benar-benar harus aktif tujuh hari seminggu,” katanya.

Ada banyak pilihan olahraga yang bisa kita lakoni, mulai dari jalan-jalan di mal hingga terlibat dalam pekerjaan rumah atau berkebun.

“Pilates, yoga, dan menari adalah pelengkap yang bagus untuk latihan kardiovaskular tradisional," ucapnya.

Meski aktivitas ini tidak cukup untuk melindungi dari serangan jantung, Van Iterson mengatakan jika latihan ini bisa dimasukkan menjadi rencana latihan yang komprehensif.

Oleh karena itu, Dr. Van Iterson menyarankan agar kita berkonsultasi dengan spesialis rehabilitasi jantung untuk mendapatkan saran terbaik. Jangan takut berolahraga karena olahraga tak selamanya menyiksa.

Van Interson mengatakan, mereka tidak akan disuruh berlari di lintasan seperti masa SMA dulu, karena ini tak cocok untuk pasien serangan jantung atau menjalani pencangkokan bypass arteri koroner atau intervensi koroner perkutan.

Menurutnya, para ahli bisa membantu setiap individu untuk mengetahui olahraga terbaik dan intensitas olahraga yang perlu dilakukan untuk mendapatkan manfaat kesehatan.

Oleh karena itu, kemampuan setiap penyintas perlu dipertimbangkan. Selain itu, para ahli juga bisa membantu menyusun program latihan yang dapat dilakukan rumah, di pusat rekreasi atau gym.

Manfaat yang tinggi

Selain menjaga kondisi jantung, ada sejuta manfaat dari olahraga. Serangan jantung cenderung terjadi pada masa dewasa, ketika banyak orang kehilangan pasangannya dan saat hidup sendiri.

Dengan berolahraga di pusat rehabilitasi jantung, kita bisa membuka interaksi sosial.

"Datang ke rehabilitasi jantung beberapa hari seminggu dapat membantu mengisi kekosongan kehilangan pasangan," kata Dr. Van Iterson.

Mereka yang menginvestasikan waktu dalam rehabilitasi jantung sering menemukan harapan untuk bersama orang lain yang telah mengalami pengalaman yang sama.

Dr Van Iterson mengatakan, berolahraga di pusat rehabilitasi jantung yang didesain secara berkelompok inilah yang memberi manfaat ini.

"Program latihan kelompok cenderung lebih efektif daripada olahraga individu. Kita pasti lebih bersemangat olahraga saat tahu seseorang sedang menunggu,” katanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/01/07/125049620/mengapa-harus-tetap-aktif-setelah-terkena-serangan-jantung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke