Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Harga Gila" yang Tak Bendung Hasrat Para Pemburu Sneaker di JSD

Sebagian dari mereka yang ada di jajaran paling depan antrean, bisa duduk di deretan kursi yang disusun memanjang dan berhadapan.

Tetapi, sebagian besar lainnya harus rela berdiri di sepanjang railing yang memagari selasar melingkar, dengan pemandangan atrium utama di lantai dasar.

Di sudut yang lain, sejumlah orang dengan seragam kaus berwarna jingga sibuk mengatur antrean itu agar tertib dan teratur.

Itulah pemandangan yang terlihat sesaat sebelum acara tahunan untuk para pecinta sneaker, Jakarta Sneaker Day (JSD) 2019 dibuka untuk umum. 

Acara yang diikuti oleh beragam merek, retailer, dan reseller sneaker serta streetwear Tanah Air itu kembali digelar di the Hall di lantai 8, Senayan City, mulai Kamis (7/2/2019) kemarin.

Ya, pengunjung reguler yang sudah membeli tiket memang harus mengantre di lantai 6. Selanjutnya, saat tiket diserahkan kepada petugas, tas mereka akan diperiksa.

Selain senjata tajam dan barang-barang berbahaya lain, air minum pun tak boleh dibawa ke dalam lokasi acara.

"Minum aja dulu mas, dihabiskan, baru botolnya bisa dibawa," begitu kata petugas keamanan kepada salah satu pengunjung yang sempat melontarkan protes.

Dari gerbang "reguler" di lantai 6, pengunjung baru akan bergerak ke lantai 8 di mana acara berlangsung.

Ajang yang digelar selama tiga hari, hingga Sabtu (9/2/2019), tentu saja menjadi kesempatan bagi pera penggila sneaker Ibu Kota untuk mendapatkan sepatu impian mereka.

"Saya cuti mas, khusus mau ke sini. Tadi sempat antre berdiri ya setengah jam-lah, emang sengaja mau liat-liat," kata Andri, salah satu pengunjung warga Kota Tangerang.

Andri dan ratusan orang yang mengular di selasar mal itu tak hanya rela berdiri menunggu, tapi juga harus membeli tiket masuk seharga Rp 80.000.

Kewajiban membayar, dan panjangnya antrean ternyata tak menyurutkan niat para penggila sneaker untuk datang.

Ini bisa menggambarkan bagaimana budaya sneaker di Indonesia mendapat atensi yang kian besar, sejalan dengan tema acara tahun ini "The Rise of Sneaker Culture".

Sederet acara ditawarkan dalam perhelatan ini. Ada ekshibisi, talkshow, sneaker custom, dan legit check (menguji keaslian sepatu).

Juga ada community gathering, mini bazzaar & garage sale, auction, trading pit & steal deal sale, red carpet, dan suguhan musik.

Tapi, di antara semua itu, tentu saja jual beli sneaker menjadi menu utama.

Salah satu brand yang paling banyak disediakan oleh puluhan gerai di acara itu adalah Air Jordan.

Sepatu yang mengunakan nama legenda NBA Michael Jordan itu sukses merebut hati pecinta sneaker.

Buktinya, hampir seluruh retailer dan reseller sepatu di ajang ini menjual sepatu itu, dan dengan harga yang beragam, bahkan kadang jauh di atas harga ritel.

"Pokoknya kalo kita ikutan di acara kayak gini, reseller lain pada ngamuk deh, saya dimusuhin om."

Begitu kata pemuda berkaus hitam yang menjaga gerai Hoops Indonesia, dengan nada bercanda.

Hoops Indonesia adalah salah satu retailer yang ambil bagian di acara ini. Gerai ini menjual seluruh sepatu-nya dengan harga resmi, tanpa "mark up". 

Lucunya, koleksi yang sama pun dimiliki para reseller yang berjualan tak jauh dari gerai Hoops. Tapi, harganya beda.

"Kami jual harga ritel, memang kami retailer kan? Kalo reseller jual lebih mahal ya memang begitu biasanya kan?" kata lelaki itu lagi.

Sebagai contoh, salah satu produk edisi terbaru Air Jordan 1 Mid SE "Orange Team",  dijual dengan harga Rp 1.799.000.

"Tinggal sedikit ini, karena waktu launching udah banyak diborong, malah yang edisi pine-green, udah sold out duluan, kita jual juga dengan harga sama," kata dia.

Nah, beberapa gerai di acara ini ternyata masih memiliki produk sejenis seperti yang dijual Hoops tadi.

"Itu, Rp 3,8 juta om," kata salah satu reseller yang membanderol sepatu Air Jordan 1 Mid pine-green.

Bahkan, di gerai lain ada yang membanderol sepatu yang sama dengan harga Rp 6 juta. "Ya, masih boleh nego-lah," kata penjualnya.

Sementara, ada pula yang menjual Air Jordan 1 Mid SE "Orange Team" dengan harga mulai Rp 2,5 juta.

Menggunakan kata "mulai", karena harga berbeda sesuai dengan nomor sepatu yang diinginkan.

Penjualan varian Air Jordan 1 mid tersebut hanya contoh kecil dari fenomena harga "gila" koleksi sneakers.

Bahkan ada koleksi yang dijual hingga harga puluhan juta rupiah, jauh melampaui harga retail-nya. Dan, fenomena ini menjadi seperti lazim terjadi.

Raymond -punggawa grup hip-hop Sweet Martabak mengaku mengamati juga fenomena itu.

"Biasanya karena limited/edisi terbatas dari releasean sneakers itu, alias gak release dalam jumlah banyak," kata Raymond.

Kendati demikian, Raymond yang kini memiliki tak kurang dari 300 pasang sepatu Air Jordan, mengaku nyaris tak pernah membeli di atas harga retail.

"Gue tim retail, ha ha ha... Alasan gue beli di atas (harga) ritel karena emang kepengen banget sama sneakers itu, dan gak release di Indonesia. Jadi mau gak mau, terpaksa harus beli dari reseller," kata dia.

Sementara, khusus untuk fenomena Air Jordan 1 di Indonesia, Raymond memiliki pandangan tersendiri. Varian ini tak bisa disebut "terbatas" karena diproduksi massal secara global.

"Enggak tahu kenapa, orang Indonesia suka banget sama Jordan 1. Release-an apa aja Jordan 1 sold out."

"Padahal, di luaran, kayak di Hongkong, Singapura, Jepang, itu masih standing on the rack Jordan 1 mid itu," cetus dia.

Dari pengamatan itu, Raymond meyakini, kuatnya kemampuan membeli -meski dengan harga yang melambung tinggi, terjadi karena faktor hype dan selera pasar di negara yang bersangkutan.

Maka tak heran, para reseller dengan percaya diri memasang harga sesuai "feeling"' mereka, karena tahu ada selera pasar yang menyambutnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/02/08/102022520/harga-gila-yang-tak-bendung-hasrat-para-pemburu-sneaker-di-jsd

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke