Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Renav Goods Co, Boots Lokal yang Diminati Pasar Internasional

TANGERANG, KOMPAS.com - Bukan perkara mudah bagi Naviri Ray (25) untuk memulai bisnis sepatu boots di Indonesia.

Sejak merilis 101, koleksi pertama Renav Goods Company, ia harus menunggu hingga dua tahun untuk menjual satu dari 20 boots yang dibuat.

Selama dua tahun, 2014 - 2016, boots yang dibuat Ray teronggok begitu saja. Padahal, secara kualitas, boots Ray terbilang ciamik. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi goodyear, kulit sapi premium, termasuk sol yang tak kalah kuat.

Harga jual yang dipatok Ray saat itu Rp 1,6 juta, itu pun karena harga produksi yang tinggi. Ray terus memutar otak, dan mencari celah menjual boots pertamanya.

"Teman-teman bilang bagus, tapi mereka bilang terlalu mahal untuk harga segitu," cerita Ray kepada Kompas.com di warehouse Renav, Tangerang Selatan, Rabu (13/2/2019).

Ray tak putus asa. Keburuntungan ia dapat saat mulai ikut dalam forum di situs hiburan Reddit pada 2016.

Di sana, Ray mulai kenal beberapa influencer kenamaan luar negeri. Ia memperkenalkan boots produksinya, dan tak disangka langsung mendapatkan pujian.

Dari beberapa influencer tersebut, Ray mendapat kesempatan untuk kenal dengan sejumlah orang yang bisa menjual sepatunya di luar negeri, tepatnya Amerika Serikat.

"Setelah itu, banyak yang pesan, dan 20 sepatu abis (dipesan). Semua dibeli orang luar (negeri)," ujar Ray yang juga mengelola akun @renavgoodsco.

Bagi Ray, persoalan tak sampai di situ. Meski ia menjual habis boots seri 101, justru masalah baru muncul setelahnya. 

Bengkel tempat ia membuat sepatu memberikan aturan baru, yang mengharuskan pemesanan minimal 30 pasang.

Mau tak mau Ray angkat kaki dari bengkel tersebut, dan mencari pengrajin baru. Ia akhirnya menemukan tempat produksi anyar, namun dengan catatan harus punya shoe last (cetakan sepatu) sendiri.

Meski harga membuat shoe last tak murah, namun Ray harus rela untuk bisa melanjutkan bisnis yang sudah diidamkan sejak lama.

Setelah berulang kali membuat shoe last, Ray akhirnya mendapatkan bentuk shoe last yang diinginkan, bentuk seperti sepatu idaman--Viberg.

"Dari segi body mirip, meski tak plek-plekan seperti Viberg," ujar Ray.

Hingga saat ini, Renav sudah memiliki lima shoe last yang kini dipakai untuk produksi sepatu boots premium.

Material dan konstruksi kelas wahid

Ray terus mengembangkan material, dan mempertahankan yang sudah bagus. Soal material, misalnya, ia berani mengambil kulit impor Horween. 

Kendati demikian Ray tak menihilkan peran serta tannery lokal yang dianggap tak kalah ciamik. Untuk lokal, Ray mengambil dari tannery asal Bandung yang juga menjadi eksportir kulit ke Jepang.

Menurut Ray, kendati ada perbedaan dari proses tanning, kulit lokal tetap memiliki daya tarik sendiri. 

Pembeli dari luar negeri, misalnya, menurut Ray lebih suka dengan hasil dari kulit lokal, salah satunya yang diaplikasikan dalam koleksi TNK - 501 Redbrown Cowhide.

"Saya berani bersaing (dengan sepatu luar negeri) karena orang luar (negeri) paling senang warna Red Brown (kulit lokal) ini. Bagi orang luar (negeri), mereka tanya, 'Ini produksi Indonesia? Ini bagus banget, lo harus kembangin terus'," kata Ray.

"Makanya saya tekanin ke supplier (kulit lokal), lo harus pertahankan, kalau bisa kembangin."

Selain bahan upper yang ciamik, sol yang dipakai Renav pun tak kalah menarik. Ray memilih Dr Sole untuk memberikan konsumen kepuasan.

Pemilihan ini, selain karena ingin beda dengan brand lain yang memilih Vibram, juga dianggap memiliki kelebihan, seperti ice dan oil resistant.

"Untuk oil resistant lebih tahan dari pesaingnya," ujar Ray

Selain material, yang tak kalah penting adalah konstruksi. Ray sejak awal memilih terbaik, seperti goodyear untuk memberikan ketahanan, kokoh, termasuk estetika.

Baginya, ketahanan adalah penting, sehingga konsumen puas dan tak merasa dikecewakan dengan kualitas sepatu yang tak memiliki umur panjang. 

"Jadi kita ngebuat sepatu mahal, tapi berkualitas. Bikin konsumen itu cinta banget sama sepatunya dan mau pake terus," katanya.

Pasar luar negeri

Saat ini Ray mengakui jika lebih banyak menjual sepatu tersebut ke luar negeri. Dari sekitar 18 sepatu, yang terjual untuk pasar luar negeri bisa mencapai 12 per bulan.

Ada pun beberapa negara yang menjadi langganan Renav Goods Company yakni Belanda, Amerika Serikat, Italia, Inggris, Jepang dan Australia.

Konsumen di negara-negara tersebut disebut dianggap rutin membeli boot Renav yang dianggap memiliki konstruksi ciamik, namun dengan harga terjangkau.

Untuk pasar luar negeri, Renav menjual 200 dollar AS. Sementara di dalam negeri, Ray mematok harga Rp 1,5 juta - Rp 2 juta. Ia tak menampik bisa lebih, tergantung pemilihan kulit plus sol.

"Kalau kulit dari Horween dan sol Dr Sole, mungkin bisa lebih dari Rp 2 juta," katanya.

Soal pasar dalam negeri yang kurang, menurut Ray, karena persoalan edukasi soal sepatu secara keseluruhan, yang akhirnya menganggap harga tersebut masih mahal.

Padahal, dibanding label lain, harga Renav masih bisa bersaing. 

"Bagi orang luar negeri, (harga) ini sangat murah. Mereka kadang enggak percaya--ini handmade, (konstruksi) goodyear, tapi lu jual segitu, enggak salah lu," kata Ray.

"Nah, mungkin di sini karena edukasi (sepatu) kurang ya. Terus orang lebih suka, kalau (barang) lu udah masuk mal, itu (dianggap) bagus. Padahal enggak juga." 

Lebih terjangkau

Ray paham jika selama ini pasar dalam negeri juga besar, namun memilih dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, Ray membuat lini baru, Renav Leather, bisa diakses di @renavleather.

Lini tersebut digarap bersama teman saat di bangku SMA, Abi Fadlan (26).

Kendati harga terjangkau, Rp 300.000 - Rp 600.000, Ray tak mau asal soal kulit. Ia tetap memakai kulit lokal yang terjamin dan sol lokal nyaman.

Perbedaan lain yakni dari segi konstruksi, di mana sepatu tersebut memakai cementing atau stitchdown. 

Selain sepatu, Ray juga melebarkan sayap membuat tas dan gantungan kuci berbahan kulit. Jenis yang dipakai adalah Italian leather.

"Tas ini juga diminati di pasar luar negeri seperti konsumen di Kanada, dan kami sedang mikir untuk penyesuaian harganya," tutup Ray.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/02/14/070537620/cerita-renav-goods-co-boots-lokal-yang-diminati-pasar-internasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke