Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bermodal Rp 200.000, Indra Bawa Sepatu Koku Tembus Pasar Dunia

Tanpa banyak berkata, Indra yang tak punya cukup uang lalu pergi meninggalkan sepatu dambaannya tersebut.

Buat mahasiswa seperti dia, harga Rp 1 juta tergolong terlalu mahal, apalagi di masa itu, sekitar tahun 2009.

“Dulu pas kuliah pengin beli sepatu kulit tapi tidak bisa, karena harganya mahal,” ujar Indra mengawali kisahnya kepada Kompas.com di Bandung, belum lama ini.

Pemuda 33 tahun itu kemudian pergi ke sentra sepatu Cibaduyut. Lama mencari, tak ada satu pun sepatu yang menarik hatinya.

Namun, ketika ia berselancar di dunia maya, ia kerap menemukan sepatu mahal yang menarik hatinya.

Dari sana muncul ide untuk mencoba "jalan tengah", yakni memesan sepatu dengan model yang diinginkannya.

“Teman saya punya teman perajin di Cibaduyut. Lalu saya buat untuk dikenakan sendiri."

"Awalnya tidak sesuai keinginan, tapi setelah beberapa kali mencoba sesuai keinginan,” ucap dia.

Seiring berjalannya waktu, di periode yang sama, Indra pun membulatkan tekad untuk menjual sepatu yang diproduksinya itu.

Awalnya, dia hanya bisa mengumpulkan sisa uang saku, sebesar Rp 200.000.

“Modal pertama saya Rp 200.000,” cetus dia.

Namun, meski satu tahun berlalu, sepatu yang coba dibuatnya tidak laku, karena belum menemukan pasar.

Tak ingin menyerah, ia lalu berusaha membuat sepatu hingga tercipta 10 sampel sepatu, demi mengisi katalog pre order-nya.

Baru saat menginjak tahun kedua, sepatunya mulai ada yang membeli dengan sistem PO tadi.

Saat itu, ia banyak memanfaatkan layanan jual-beli di situs Kaskus sebagai media penjualan.

“Untuk membangun kepercayaan di Kaskus lewat obrolan di Kaskus dan komentar-komentar para pembeli,” ungkap dia.

Setelah berhasil menjual sepatu, Indra kembali mengeksplor dan berinovasi. Ia belajar banyak hal tentang kulit, pembuatan sepatu, dan lainnya.

“Saya lulusan bahasa Inggris, jadi memudahkan untuk belajar dari e-book atau buku luar negeri.”

Begitu ucap pria lulusan Magister Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini.

Indra pun belajar teknis pembuatan sepatu. Jika ditanya apakah Indra bisa membuat sepatu, ia akan menjawab, "bisa, hanya saja tidak rapi".

“Saya suka sepatu dress shoe, karena terlihat simpel padahal rumit banyak detailnya."

"Misal sepatu oxford di sini ada detail kecil, yang mungkin di tempat lain terlewat,” ucap dia.

Begitu pun dalam sisi jahitan, sepatu dijahit tiga baris. Kemudian pengecatan dengan cara manual menggunakan tangan.

Lalu, ide sayatan kecil pada hak sepatu, agar celana tidak menyangkut di sepatu saat berjalan.

“Saya banyak menggunakan kulit sapi nabati yang tidak melewati proses kimia. Jadi pengecatan menggunakan cara manual,” imbuh dia.

Selain dress shoe, Indra memproduksi beberapa jenis sepatu bot. Ia terinspirasi dari sepatu work boots Amerika.

Pasar internasional

Untuk menembus banyak kalangan, Indra membuat beberapa jenis sepatu dengan range harga Rp 600.000-Rp 2,5 juta.

Mahalnya harga disesuaikan dengan material dan tingkat kerumitan sepatu.

“Saya menggunakan kulit bagus kualitas ekspor. Pengerjaannya menggunakan tangan,” ungkap suami dari Prati Citra Indrani Badri ini.

Selain produk dengan merek Koku ini, Indra juga memiliki produk premium yang diberi nama SAE.

Saat ini, produksinya masih kecil, hanya 10 pasang per bulan. Sedangkan produksi Koku setiap bulannya mencapai 75-100 pasang.

Koku ada yang bisa diproduksi cepat, hingga sehari 20 pasang. Ada pula yang diproduksi lama sekitar 3-5 hari untuk satu pasang.

Semua beban itu dikerjakan oleh pagawai yang berjumlah delapan orang. 

“Untuk yang middle pembuatannya banyak menggunakan tangan, pengerjaannya jadi lama karena dua kali kerja, seperti sepatu bot atau dress shoe yang dicat manual,” ungkap dia.

Namun sepatu handmade itulah yang biasanya diekspor. Hingga kini sepatunya kerap dikirim ke Singapura, Amerika Serikat, hingga Kanada.

“Yang paling banyak diekspor yang bot,” ucap dia.

Pemasarannya, kata Indra, saat ini memanfaatkan media sosial. Ada kalanya, ia pun beriklan di Instagram, Facebook, ataupun Google.

Ke depan, Indra mengaku ingin fokus meningkatkan ekspor. Apalagi setelah jembatan untuk ekspor terbuka lebar, setelah workshop Alibaba.

“Untuk wholesale bisa ikut di Alibaba, minimum kuota bisa kita yang tentukan,” tutup dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/02/22/181955420/bermodal-rp-200000-indra-bawa-sepatu-koku-tembus-pasar-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke