Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ingin Hubungan Langgeng? Ini 13 Hal yang Merusak Pernikahan

KOMPAS.com - Banyak orang yang hanya berpikir hal-hal membahagiakan saja dalam pernikahan.

Padahal, menikah bukan perkara mudah. Butuh penyesuaian dan sikap saling mengerti antar pasangan demi kelanggengan dalam rumah tangga.

Juga diperlukan kerjasama yang kuat antar pasangan demi kebahagiaan dalam pernikahan.

Meski setiap pasangan berbeda, ada hal-hal khusus yang seringkali menimbulkan masalah dalam suatu hubungan.

Dilasir dari Reader's Diggest, berikut 13 hal yang umumnya bisa merusak rumah tangga.

1. Tidak meluangkan waktu luang bersama

Tak masalah melakukan sesuatu yang lain dengan pasangan, apalagi jika kita memiliki hobi yang berbeda dengannya.

Kita memang tak mungkin selalu bersamanya setiap detik. Namun, jangan sampai waktu berdua bersama pasangan hanya dianggap sebagai selingan.

Bagaimanapun juga, kita harus menghabiskan lebih banyak waktu luang dengan pasangan daripada orang lain.

"Menciptakan waktu reguler untuk bersama pasangan dan melakukan hal-hal yang menyenangkan sangat penting untuk pernikahan yang langgeng dan sukses,” kata Lesli MW Doares, seorang konsultan dan pelatih pernikahan.

2. Tidak saling menghormati

Menurut Doares, sikap tidak menghargai pasangan bisa bermula dari hal kecil, seperti malas mencuci piring.

Setelah itu, pasangan jadi sering mengeluhkan hal ini dengan kata-kata seperti "kamu tak pernah membantu mengerjakan tugas rumah".

Nah, hal ini kemudian berubah menjadi penilaian pribadi menjadi kata-kata seperti "kamu egois, pemalas, dan jorok".

"Hal seperti ini memang tidak terjadi dalam semalam. Tapi, kekesalan yang tumbuh sedikit demi sedikit ini lambat laun akan merusak pernikahan," kata Doares.

Jika kita dan pasangan terus-menerus saling mengkritik, hubungan kita mungkin akan bermasalah.

3. Bertengkar soal uang

Pada beberapa titik, hampir setiap pasangan akan bertengkar tentang topik sensitif keuangan.

Namun, ketika kita tidak sepakat soal cara mendapatkan, menyimpan, atau membelanjakan uang, ini akan menjadi masalah besar yang mengancam hubungan.

"Siapapun yang memiliki penghasilan tertinggi dalam hubungan tidak harus mengambil kendali penuh atas pengeluaran," kata Bonnie Winston, selaku pakar hubungan.

Menurutnya, sangat penting keputusan soal keuangan dibuat bersama, meski dalam konteks kecil seperti rencana berlibur atau berapa banyak uang yang dihabiskan untuk liburan.

Dia menyarankan masalah keuangan sebaiknya diurus oleh mereka yang lebih ahli.

Jadi, jika pasangan lebih baik dalam masalah keuangan, biarkan dia memutuskan bagaimana cara menghabiskannya. Sementara itu, kita hanya sekedar memberikan saran kepadanya.

4. Bertengkar karena hal yang sama berkali-kali

Entah karena masalah yang berat atau sepele, bertengkar karena hal yang sama berkali-kali sangat berbahaya bagi pernikahan.

Menurut The Gottman Institute, bertengkar karena hal yang sama berkali-kali menunjukan perbedaan gaya hidup dan kepribadian antara kita dan pasangan.

“Ini mungkin mengarah pada perceraian jika kamu membiarkan pertengkaran tersebut secara serius meningkat, terus berdebat, menutup diri, menolak untuk berbicara, atau menyalahkan secara berlebihan,” kata Marni Feuerman, seorang psikoterapis berlisensi.

Negativitas dapat menyebabkan keruntuhan hubungan. Menurut penasihat pernikahan bernama David Simonsen, banyak perceraian terjadi karena kekecewaan dan kritik.

Kata-kata bisa menjadi hal yang menyakitkan dan berbahaya. Terlepas dari apakah pasangan kita mengolok-olok atau tidak menghargai kita, kita dapat sangat terpengaruh oleh kata-katanya.

"Kata-kata dan nada yang kita gunakan bisa cukup kuat untuk menyebabkan seseorang menerima rasa sakit emosional dan bahkan kerusakan psikologis," kata Gary Brown, seorang terapis pasangan di Los Angeles.

Jika kita bersama seseorang yang terlalu suka mengkritik, menurut Brown, maka kemungkinan kita memiliki hubungan yang beracun.

Saat kita berada dalam situasi ini, kita perlu bertanya pada diri sendiri apa alasan yang membuat kita bertahan dengan pernikahan ini.

"Jangan menyusahkan diri sendiri jika kamu menjadi subjek kritik. Kemungkinan besar masalahnya bukan berada pada dirimu," kata Dr. Simonsen.

Menurutnya, bisa saja ini tentang pasangan kita dan sesuatu yang terjadi dengannya.

"Semakin sering kita menolerir kata-kata negatif tersebut, semakin besar kemungkinannya hubungan kita berakhir," ucapnya.

6. Antara kita atau pasangan menyimpan dendam

Marah kepada pasangan adalah hal yang normal ketika kita merasa kecewa dengannya. Namun, menyimpan amarah itu sebagai dendam adalah racun bagi hubungan.

"Masalahnya adalah bahwa perasaan dendam ini seperti karat," kata Dr. Brown.

Dendam tersebut bisa secara diam-diam mengikis kemampuan kita untuk mempercayai pasangan kita.

Brown menyarankan kita untuk mengatasi dendam dengan membiarkan pasangan tahu bagaimana perasaan kita.

Kita bisa melakukannya dengan meluangkan waktu bersama atau bersentuhan satu sama lain untuk membantu menyelesaikan apa pun dendam yang ada di hati.

"Tidak apa-apa untuk marah satu sama lain, tetapi kebencian bisa merusak. Kunci untuk hubungan yang langgeng adalah menerima dan melalui kemarahan itu daripada memendamnya sampai muncul dengan cara yang merusak," kata Paul Hokemeyer, selaku psikoterapis klinis.

7. Tidak pernah bertengkar

Hanya karena kita tidak pernah bertengkar dengan pasangan, bukan berarti kita selalu sependapat dengannya.

Itu berarti salah satu antara kita atau pasangan terlalu takut untuk membicarakan masalah ini. Cara ini tentu tak akan membuat masalah tuntas.

Kita tidak harus menyembunyikan perasaan jika berada dalam hubungan yang sehat.

"Ingatlah bahwa pasangan kita mencintai diri kita seperti apapun diri kita saat bertemu dengannya," kata Gilda Carle, pakar hubungan.

Menurutnya, pasangan tentu akan senang mendengar kita mengungkapkan sudut pandang kita.

Jika kita tiba-tiba menahan hasrat diri tentang sesuatu, tanyakan apakah kitaa telah menyerahkan kekuatan pribadi.

"Berjuanglah demi apa yang kita yakini, dan passion kita akan terus meghidupkan kekasih kita," ucapnya.

Sentuhan adalah fondasi keintiman dan perasaan terhubung dengan pasangan.

“Sentuhan memungkinkan rasa terhubung dan kesesuaian dengan pasangan,” kata Carla Marie Manly, seorang psikolog klinis.

Menurutnya, sentuhan dapat meyakinkan dan menegaskan. Seseorang mungkin merasa lebih aman ketika pasangannya menawarkan sentuhan yang penuh cinta dan dukungan.

"Tidak menyentuh dapat menunjukkan kita berusaha menangkis lawan bicara. Sentuhan membawa hubungan apa pun ke tingkat yang lebih intim," kata Lynn R. Zakeri, selaku penasihat hubungan.

Zakeri mengatakan, sentuhan menunjukkan kepercayaan, kerentanan, cinta, dan ketertarikan, serta membuat orang merasa senang.

"Sentuhan bahkan dapat digunakan untuk memperbaiki perasaan yang terluka. Usapan lembut, menyentuh lengan, atau meraih tangan pasangan dapat dengan cepat memperbaiki pertengkaran," tambahnya.

Jika kita merasa tak nyaman dengan sentuhan pasangan, Zakeri menyarankan kita untuk memikirkan kembali kondisi dan masa depan hubungan kita.

9. Tak lagi tertawa bersama

Hal yang wajar jika kita membiasakan diri membahas masalah dan rutinitas sehari-hari dalam rumah tangga, apalagi jika kita sudah dikaruniai anak.

Namun, pasangan yang sehat juga sering tertawa bersama. Menurut Dr Manly, tertawa bisa menjadi elemen ikatan yang penting.

"Ketika pasangan tertawa bersama, apakah karena lelucon atau komentar lucu, mereka berbagi rasa saling suka dan pengertian," ucapnya.

Riset yang dilakukan profesor University Kansas Jeffrey Hall juga membuktikan hal ini. Riset tersebut mengklaim, pasangan yang sering tertawa bersama biasanya akan langgeng.

“Bersenang-senang bersama mengingatkan kita mengapa kita terhubung,” kata Zakeri.

Menurutnya, kita dan pasangan dapat saling memandang saat menemukan hal yang lucu dan terhubung ke sana," katanya.

Tertawa benar-benar dapat melakukan keajaiban bagi keseluruhan hubungan kita.

"Sulit untuk menyimpan kebencian terhadap orang yang mudah membuat kita tertawa," kata Dr. Tessina, selaku psikoterapis.

10. Tak lagi saling memuji

Menurut pakar hubungan dan seksualitas bernama Jill Whitney, banyak pasangan mulai menerima begitu saja semua hal baik tentang pasangan mereka dan mengeluh tentang kelemahan dan titik pertengkaran.

Tak masalah untuk membicarakan hal-hal yang kita harap dapat meningkatkan kualitas hubungan.

Tapi, penting juga untuk memberikan perhatian pada semua hal baik tentang orang yang kita cintai. Pasangan yang bahagia tahu cara memberikan pujian yang tulus dan iklas.

Bahkan, sebuah penelitian menemukan menerima pujian memiliki efek positif yang sama dengan menerima uang tunai.

“Menjaga cinta tetap hidup dan mengalir dalam hubungan sangat penting untuk menjadi bahagia satu sama lain,” kata Tessina.

Dia menyarankan untuk memberi kejutan menyenangkan kepada pasangan seperti memberi catatan cinta di tas atau kartu tanpa harus ada alasan khusus.

"Perhatian, ucapan terima kasih, perilaku baik dan kasih sayang adalah hal yang bisa melanggengkan pernikahan kita," ucapnya.

11. Selalu merasa benar

Pasangan yang tak pernah merasa bersalah adalah "racun" bagi pernikahan.

"Kita semua membuat kesalahan," ucap Laura Berman selaku terapis seks.

Saat seseorang menolak untuk mengakui kesalahannya, kata Berman, ini akan merusak hubungan yang dimilikinya.

12. Pasangan benci keluarga kita

Kita bisa saling membenci jika pasangan membenci keluarga kita. Stacey Laura Lloyd, selaku pakar kencan, menyarankan kita untuk mengkritik keluarga pasangan dengan cara yang baik.

Karena hubungan keluarga berjalan sangat dalam, kata Stacey, pasangan kita mungkin merasa dihina atau diserang secara pribadi oleh kata-kata yang kurang baik tentang keluarganya.

Ini adalah hal-hal yang tidak boleh kita katakan kepada pasangan.

13. Memiliki gaya hidup yang benar-benar berbeda

Perbedaan gaya hidup bisa juga bisa menjadi faktor masalah dalam rumah tangga.

Misalnya, kita adalah orang yang gemar berpesta dan masih melakukannya hingga saat ini, itu bisa menjadi masalah besar jika pasangan kita adalah pribadi yang cenderung tertutup dan lebih memilih menghabiskan waktu di rumah.

"Pasangan akan merasa diabaikan dan membuat kita merasa bersalah," ucapnya.

Perbedaan gaya hidup ini membuat kita dan pasangan harus menemukan jalan tengah.

Winston menyarankan kepada orang-orang yang memiliki pasangan hobi bepergian agar membuat pasanganya bahagia berada di rumah.

Kita bisa melakukannya dengan memasak makanan kesukaanya atau mengajaknya nonton film kesukaannya lewat DVD.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/03/05/050500420/ingin-hubungan-langgeng-ini-13-hal-yang-merusak-pernikahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke