Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bau Mulut hingga Sembelit, Ini 6 Akibat Kebanyakan Protein

KOMPAS.com - Diet rendah karbohidrat sedang populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Pola diet ini umumnya menerapkan konsep memperbanyak asupan protein untuk mengurangi berat badan.

Sayangnya, terlalu banyak mengonsumsi protein dalam jangka panjang juga menimbulkan efek berbahaya seperti, bau mulut, penambahan berat badan, sembelit, diare, dehidrasi, kehilangan kalsium, kerusakan ginjal dan bahkan penyakit jantung.

Mengonsumsi protein dalam jumlah yang tepat sangat penting untuk kesehatan. Secara umum dalam sehari dibutuhkan protein sebanyak 56-59 gram per hari untuk perempuan dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki.

Lalu, bagaimana kita mencari tahu apakah kita mengonsumsi terlalu banyak protein? Berikut tanda-tanda umumnya.

1. Nafas tak sedap

Makan protein dalam jumlah tinggi umumnya disertai dengan makan lebih sedikit karbohidrat, berpotensi membuat tubuh dalam keadaan ketosis.

Meskipun ini bagus untuk menurunkan berat badan, namun kita bisa juga dapat mengalami halitosis alias bau mulut jika tak cermat saat mengonsumsinya.

Dalam sebuah penelitian mengenai pola makan, 40 persen peserta mengalami bau nafas tak sedap yang tak bisa diatasi hanya dengan menggosok gigi.

Jika ini terjadi pada kita, periksa kembali asupan protein kita, tingkatkan asupan air, gosok gigi lebih sering, atau kunyah permen karet untuk mengatasinya.

2. Nyeri sendi

Para peneliti telah membuktikan diet tinggi protein yang kaya daging merah dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

Ini dapat membentuk penumpulan kristal yang menyebabkan rasa sakit di dalam sendi dan meningkatkan risiko asam urat.

3. Dehidrasi

Untuk memecah protein, tubuh membutuhkan air. Dengan kata lain, konsumsi protein berlebih membuat tubuh kekurangan cairan.

Ginjal yang memecah protein akan menarik air dari tempat lain di tubuh untuk mengimbangi protein tambahan.

Satu studi telah mengaitkan konsumsi protein yang berlebihan (dari daging merah) dengan penyakit ginjal.

Sementara itu, riset yang dilakukan pada atlet menunjukkan peningkatan asupan protein menyebabkan penurunan tingkat hidrasi tubuh.

Namun, kita bisa mengatasinya dengan menambah asupan air atau mengurangi asupan protein.

4. Sakit kepala

Dehidrasi dapat menyebabkan sakit kepala. Jadi, sebaiknya kita berhati-hati dalam mengonsumsi protein dan memperbanyak asupan air untuk tubuh.

5. Sembelit

Efek samping lain dari mengonsumsi protein berlebihan dan membatasi karbohidrat adalah kurangnya serat dalam tubuh.

Kekurangan serat menyebabkan masalah usus seperti sembelit, kembung dan ketidakseimbangan bakteri di usus yang mendatangkan masalah pada pencernaan.

6. Tubuh mudah lesu

Gejala ini dikenal dengan "keto flu". Saat kita mengonsumsi makanan tinggi protein, kita mungkin akan merasa lesu.

Protein memang membuat kita merasa kenyang lebih lama dari karbohidrat. Namun, terlalu banyak mengonsumsinya justru membuat berat badan meningkat.

Pada dasarnya, karbohidrat sangat mudah dicerna, menyebabkan lonjakan insulin dan penambahan berat badan.

Kelebihan protein akan memicu proses glukoneogenesis yang dilakukan tubuh untuk memecah protein, dapat menyebabkan fluktuasi kadar kortisol, membuat kita mudah merasa lelah.

Namun, gejala tersebut juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti adanya penyakit tertentu atau faktor gaya hidup yang salah.

Lemak sehat dapat menyeimbangkan gula darah dan membantu mengatasi kelelahan terkait dengan diet rendah karbohidrat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/03/08/110000420/bau-mulut-hingga-sembelit-ini-6-akibat-kebanyakan-protein

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke