Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Arloji Karbon "Super Ringan" G-Shock, dan Cerita di Baliknya...

Dia lalu mengeluarkan sejumlah komponen jam tangan G-Shock dari dalam tas itu.

Dengan seksama, pria Jepang itu menyusun potongan-potongan arloji tadi di atas meja bertaplak putih, di sebuah restoran di kawasan Senayan, Jakarta, pada akhir pekan lalu.

Sehari sebelumnya, insinyur lulusan Universitas Iwate, yang mendalami ilmu fisika dan mekanika itu menjadi "bintang" dalam peluncuran serangkaian jam tangan G-Shock berbahan karbon.

Sebab, dialah yang ditugasi oleh Casio Computers Co, Ltd -produsen jam tangan G-Shock di Jepang, untuk "mengantar" kehadiran resmi varian G-Shock "Carbon Core Guard" di Indonesia.

Dalam acara tersebut, Izumi mempresentasikan berbagai hal mengenai penggunaan material karbon, pada sederet jam tangan G-Shock terbaru.

Di pabrik Casio di Hamura, Tokyo, Izumi adalah salah satu teknisi di bagian riset dan pengembangan G-Shock. 

Dia bertanggung jawab untuk membuat perencanaan berbagai model G-Shock, termasuk "keluarga" karbon yang baru ini.

"Ini bagian-bagian dari jam tangan G-Shock-nya, supaya lebih jelas bentuknya," kata Izumi yang berbicara dengan bantuan penerjemah, setelah rampung menyusun komponen jam di atas meja.

Izumi membenarkan, karbon memang bukan material yang teramat baru bagi G-Shock.

Galeri foto: "Pesta" Peluncuran Generasi Baru Arloji G-Shock Karbon

Sejumlah varian ikonik G-Shock -khususnya untuk kelas premium, macam Rangeman, Frogman, dan Mudman, serta Gravitymaster, ada yang menggunakan material karbon pada bagian strap-nya.

"Itu sudah dimulai lama, saya lupa, mungkin lima tahun lebih," sebutnya.

"Tapi, penggunaan itu hanya pada bagian strap, dan kami cuma melapisi bagian strap resin dengan bahan karbon fiber, tidak mencampurnya," kata Izumi.

Sementara, pada empat tipe G-Shock x Carbon, yang akan mulai tersedia di pasar Indonesia pada 27 April 2019 mendatang, komponen penyokong mesin pun memakai material karbon.

Menurut Izumi, proses riset dan pengembangan untuk penggunaan karbon pada G-Shock memakan waktu sekitar dua tahun.

Keempat tipe yang maksud Izumi adalah GA-2000, GG-B100 Mudmaster, GST-B200, dan GWR-B1000 Gravitymaster.

"Dulu, waktu memakai bahan karbon pada strap, kami belum menemukan teknologi melebur karbon dengan material resin, jadi hanya ditempel."

"Sekarang, setelah dua tahun meneliti, kami sudah menemukan cara untuk melebur kedua bahan itu, hingga menghasilkan material yang tak hanya kuat, tapi pun ringan," sebut Izumi.

Dia menyebutkan, pada keempat jam tersebut, cangkang pelindung mesin menggunakan karbon, sehingga konstruksi di dalam arloji menjadi lebih ringkas.

"Dengan cangkang yang lebih kecil itu, memungkinkan kreasi desain menjadi lebih leluasa, tanpa khawatir G-Shock kehilangan daya tahan dan kekuatan," kata Izumi.

Selain kekuatan, salah satu keunggulan material karbon adalah bobotnya yang ringan.

Pemakaian material karbon pada keempat varian G-Shock terbaru tersebut mampu memangkas bobot jam tangan hingga nyaris separuh berat G-Shock pada umumnya.

"Berat G-Shock itu rata-rata sekitar 130 gram," kata Izumi.

"Nah, yang varian G-2000 beratnya menjadi hanya 64 gram, sementara yang seri Gravitymaster beratnya hanya 72 gram. Tidak separuh, tapi nyaris separuh," kata dia.

Secara visual, desain dan dimensi keempat jam tangan itu tidak terlalu berbeda dengan jam tangan G-Shock yang sudah lama dikenal.  Diameter, maupun ketebalannya pun terlihat serupa.

Namun perbedaan baru terasa saat jam tersebut dikenakan di pergelangan tangan. Sangat ringan.

Menurut Izumi, konstruksi cangkang pelindung yang lebih kecil memungkinkan penambahan fitur dan desain pada jam tangan itu. 

Salah satunya adalah perlindungan ganda pada bagian belakang "backcase" arloji. Jika selama ini plat logam yang menutup mesin, kini dimungkinkan penyematan lapisan penutup tambahan.

"Jadi pelindung di belakang ini ganda, selain yang stainless ada pula yang resin ini," kata Izumi sambil mengangkat salah satu part arloji yang ada di atas meja.

Selain itu, rancangan tombol pun bisa dibuat lebih menonjol, karena skala perlindungan dari karbon memungkinkan hal tersebut.

Desain itu amat terlihat pada varian termahal Gravitymaster, yang sebagian besar tombolnya menonjol keluar. 

"Dengan penggunaan karbon, tombol sudah tidak perlu memakai pelindung lagi, dan tombol bisa menonjol keluar, sehingga operasinya lebih mudah, gampang pencet-nya," kata dia.

Salah satu hal yang cukup mengejutkan dalam peluncuran G-Shock x Karbon minggu lalu adalah pengumuman harga.

Varian termurah dari rangkaian jam ini adalah GA-2000 yang dijual seharga Rp 2.299.000.

Sejumlah orang di acara peluncuran itu mengaku tak menyangka bahwa jam yang hadir dalam tiga pilihan warna, kuning, biru, dan merah tersebut dijual "semurah" itu.

"Gue nyangkanya ini di kisaran Rp 3 jutaan lah," kata salah satu jurnalis yang hadir pada acara yang digelar di sebuah restoran di kawasan Senopati, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Terlebih, fitur slide lever, memungkinkan pengguna untuk mengganti strap berukuran lug 22mm, sesuai dengan selera.

"Ini yang belum pernah ada sebelumnya pada jam tangan G-Shock. Penggantian strap bisa dilakukan hanya dengan menarik tuas kecil pada pasak pengait strap," ungkap Izumi.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, jam berdiamer 49mm dan ketebalan 14mm itu memang menjadi terlihat lebih "mahal" dibanding harga yang ditawarkan.

"Kami memang ingin membalikkan persepsi pasar yang ada selama ini bahwa jam tangan karbon itu mahal," kata Izumi.

"Tidak selalu begitu, dengan GA-2000 ini kami bisa buktikan, dan membalikkan pemahaman itu untuk pelanggan," sambung dia.

Izumi pun mengaku tak khawatir kehadiran GA-2000 dengan harga "murah" ini bakal menggerus pasar G-Shock "konvensional" yang telah dikenal sebelumnya.

"Soalnya ini kita bicara soal selera, ada orang yang memang suka gaya stylist macam GA-2000, tapi banyak juga yang masih suka material resin dengan gaya yang tangguh," jawabnya.

Izumi menjamin, G-Shock berbahan resin, metal, maupun karbon -sebagai material ketiga, memiliki daya tahan yang sama.

"Semuanya menjalani pengujian yang sama, sehingga bukan berarti yang satu lebih kuat dari yang lain," ujar dia.

"Hanya saja, karbon memungkinkan G-Shock dibuat dalam desain yang lebih 'bebas', karena kekuatan yang ada pada material tersebut," kata Izumi.

Varian termahal dari koleksi karbon G-Shock adalah GWR-B1000 Gravitymaster yang dibenderol seharga Rp 16,9 juta.

Lalu, ada Mudmaster GG-B100 seharga Rp 5,7 juta, dan GST-B200 seharga Rp 4,9 juta.

Kedua varian terakhir itu harganya tak jauh berbeda dengan varian Mudmaster dan GST sejenis berbahan resin dan logam.

"Kalau Gravitymaster memang menjadi lebih mahal, karena bukan hanya cangkang yang menggunakan struktur karbon."

"Tapi, seluruh bagian jam menggunakan titanium, strap karbon fiber, dan bahkan panel di dalam jam memakai serat karbon," kata Izumi.

Kendati demikian, Izumi tetap menyebut, harga tersebut masih lebih rendah dibanding merek jam lain yang menggunakan material karbon dan titanium.

"Kami ingin membalikkan image bahwa jam karbon selalu amat mahal," tegas Izumi.

Jadi, tak cuma ringan dalam urusan bobot, tapi pun -relatif, ringan dalam urusan harga.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/04/09/113837320/arloji-karbon-super-ringan-g-shock-dan-cerita-di-baliknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke