Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Yang Harus Dilakukan Orangtua saat Anak Alami "Cyber Bullying"

Bayi yang belum genap berusia dua tahun itu memang memiliki banyak penggemar hingga kerap disebut sebagai keponakan "online" oleh netizen Indonesia.

Sayangnya, ada segelintir oleh yang justru melakukan cyberbullying pada buah hati wanita 23 tahun itu.

Ya, ini memang bukan kasus pertama cyber bullying menimpa selebritas Tanah Air.

Beberapa waktu lalu, aktris Ussy Sulistiawaty juga sempat melapor polisi terkait cyber bullying yang menimpa anak-anak gadisnya.

Setiap orangtua tentu tak ingin hal buruk menimpa kepada anak-anak mereka.

Orangtua pun merasa sakit hati jika buah hati yang dirawatnya penuh kasih sayang dihina oleh orang lain, meski di media sosial sekali pun.

Lantas, apa yang seharusnya dilakukan oleh orangtua saat sang anak dihina atau mengalami cyber bullying?

Meski dilakukan di dunia maya, cyberbullying sangat menyakitkan dan dapat memiliki konsekuensi kesehatan mental jangka panjang yang serius.

Menurut dokter anak sekaligus psikiatris Larissa Hirsch, orangtua harus menawarkan kenyamanan, serta dukungan ketika sang anak mengalami cyberbullying.

Bicarakan tentang pengalaman bullying yang pernah kita alami di masa kecil agar sang anak tak merasa sendirian.

Yakinkan sang anak, apa yang terjadi murni kesalahan sang pelaku bully bukan kesalahan si anak.

Lalu, pujilah anak karena telah melakukan hal yang tepat dengan membicarkaan pengalaman pahit itu pada orangtua.

Ingatkan buah hati, dia tak sendirian dan banyak orang mengalami hal yang sama dengannya.

Yakinkan, sebagai orangtua, kita akan membantunya untuk menemukan jalan keluar.

Lalu, biarkan seseorang di sekolah -entah itu kepala sekolah, atau guru, tahu situasi yang sebenarnya.

Sebelum melaporkannya, beri tahu sang anak agar kita bisa menyusun rencana yang membuat dia merasa nyaman.

Dorong buah hati agar tidak menanggapi apa yang terjadi, sebab hal itu hanya membuat dendam dan memperburuk situasi.

Tetapi simpan pesan, gambar, dan teks yang berisi bullying tersebut. Materi itu dapat digunakan sebagai bukti untuk melapor ke pihak yang berwenang, saat situasi tak terkendali.

Dr Hirsch, juga menawarkan cara berikut untuk mengatasi bullying yang terjadi pada buah hati kita:

1. Blokade pelaku intimidasi

Sebagian besar perangkat memiliki pengaturan yang memungkinkan untuk memblokade email, Instagram, atau pun kontak seseorang.

2. Batasi akses ke teknologi

Meskipun menyakitkan, banyak anak yang mengalami bullying tidak dapat menahan godaan untuk memeriksa situs web atau telepon hanya demi melihat apakah ada pesan baru.

Simpan komputer atau gawai di tempat umum di rumah - misalnya, tidak ada laptop di kamar tidur anak-anak - dan batasi penggunaan ponsel dan gim.

Beberapa perusahaan memungkinkan kita mematikan layanan pesan teks selama jam-jam tertentu.

Dan, sebagian besar situs dan telepon pintar menyertakan opsi kontrol untuk memberikan orangtua akses menuju pesan dan kehidupan online anak-anak mereka.

3. Kenali dunia online anak-anak kita

Ikuti atau "follow" media sosial anak kita, tetapi jangan menyalahgunakan hak istimewa ini dengan berkomentar atau mengunggah apa pun ke profil anak kita.

Periksa unggahan dan situs yang dikunjungi anak-anak, serta perhatikan cara mereka menghabiskan waktu di dunia maya.

Bicaralah dengan mereka tentang pentingnya privasi dan efek buruk berbagi informasi pribadi secara online, bahkan dengan teman-teman.

Buatlah "kontrak" tentang penggunaan gadget dengan sang anak.

Dorong mereka untuk menjaga kata sandi, dan untuk tidak pernah mengunggah alamat atau informasi ke mana mereka bepergian.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/12/113150120/yang-harus-dilakukan-orangtua-saat-anak-alami-cyber-bullying

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke