Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tipe-Tipe Anak yang Rentan Mengalami Bullying di Sekolah

KOMPAS.com - Kasus bullying di sekolah mungkin sering kita dengar dari pemberitaan media. Bahkan, perundungan mungkin juga menimpa anak-anak di sekitar kita.

Mungkin kita bertanya-tanya, apa saja faktor pada anak yang menyebabkan mereka menjadi korban bullying di sekolah?

Bullying, perisakan, atau perundungan, merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara verbal maupun fisik, yang sifatnya menganggu, merusak, maupun melukai orang lain.

Perundungan dapat berbentuk ejekan, cemoohan, ancaman, meminta barang atau uang dengan paksa, maupun kekerasan fisik. Korban bullying yang tidak dibantu dapat menderita kondisi depresi, gangguan kecemasan, bahkan mungkin berkeinginan untuk bunuh diri.

Tipe anak yang rentan menjadi korban bullying di sekolah

Anak yang menjadi korban penindasan di sekolah, akan menunjukkan tanda-tanda mengalami bullying yang bisa diamati. Misalnya, Si Kecil akan sangat ketakutan untuk kembali ke sekolah dan mengalami separation anxiety.

Selain itu, anak mungkin akan sering mengalami mimpi buruk, perubahan perilaku, nafsu makan yang turun, bahkan mungkin mengompol di rumah.

Beberapa tipe anak mungkin akan di-bully jika memiliki kondisi fisik tertentu. Jika anak menunjukkan tanda di atas, apalagi jika masuk kelompok di bawah ini, ia akan rentan mengalami bullying di sekolah.

Anak yang pintar

Siswa yang menjadi korban bullying biasanya termasuk anak yang pintar dan cerdas, atau mungkin memiliki keahlian yang membuatnya sering dipuji. Pelaku perisakan bisa merasa minder atau iri dengan keahlian anak tersebut.

Siswa yang tidak memiliki teman

Anak yang menjadi korban bullying cenderung tidak memiliki teman. Kalaupun punya teman, jumlahnya sedikit. Akibatnya, korban akan menjadi sasaran untuk di-bully, dikucilkan dari acara-acara sekolah, dan sering menghabiskan waktu sendirian.

Murid yang disukai di sekolah

Anak yang disukai oleh siswa-siswi lain, juga kerap menjadi sasaran bully di sekolah. Pelaku perisakan kerap merasa terancam, dengan popularitas yang dimiliki oleh korban.

Jenis bullying ini disebut dengan agresi relasional, yang cenderung sering dilakukan ‘geng murid perempuan’ popular, terhadap anak perempuan lain.

Contoh perilaku bullying agresi relasional yakni menyebarkan rumor, memengaruhi orang lain untuk membenci korban, atau merusak kepercayaan diri seseorang.

Fenomena agresi relasional ini, mungkin juga mengingatkan cerita Mean Girls, film terkenal adaptasi novel, yang dibintangi oleh Lindsay Lohan dan Rachel McAdams.

Anak dengan kebutuhan khusus

Mungkin kita sudah sering melihat film dengan plot cerita ini. Namun dalam kenyataannya, anak yang berkebutuhan khusus, atau memiliki penyakit tertentu, rentan mengalami bullying di sekolah.

Korban bullying dalam kelompok ini, misalnya anak dengan gangguan spektrum autisme, penderita ADHD, down syndrome, atau gangguan disleksia.

Murid dengan keunikan fisik

Anak yang memiliki ciri fisik unik dan berbeda dari siswa kebanyakan, juga rentan menjadi korban perundungan. Misalnya, anak dengan mata sipit, postur tubuh yang dianggap terlalu pendek, kelewat tinggi, gemuk, dan ciri fisik lainnya.

Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang Januari-April 2019, setidaknya ada 20 kasus bullying, yang melibatkan kekerasan fisik dan psikis. Perundungan tersebut pun berupa saling ejek di dunia maya, yang berlanjut ke dunia nyata.

Siswa yang berasal dari suku, etnis, ras, dan agama tertentu

Kasus bullying yang melibatkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sudah sangat sering terjadi. Pada akhir tahun 2019, seorang anak di Alabama, Amerika Serikat, dilaporkan bunuh diri.

Disebutkan oleh keluarganya, ia melakukan bunuh diri sebagai akibat bullying rasisme karena korban berasal dari keluarga kulit hitam.

Pada 2017, seorang murid SD dengan ciri fisik menyerupai mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menjadi korban bullying.

Akibatnya, ia enggan masuk sekolah cukup lama, dan mengalami ketertinggalan dalam pelajaran. Akhirnya, ia harus pindah ke sekolah lain.

Membantu anak yang mengalami bullying di sekolah

Bullying di sekolah merupakan hal yang nyata, dan mungkin dapat terjadi pada anak kita. Apabila anak menjadi korban perisakan, ada beberapa langkah membantu korban bullying, yang bisa dilakukan.

  • Mengeskpresikan kepedulian kita
  • Menyampaikan bahwa menjadi korban bullying di sekolah bukan kesalahan anak
  • Mencari bantuan dari pihak sekolah
  • Menemui anak yang menjadi pelaku bullying
  • Mencari bantuan psikolog atau psikiater, jika kondisi mental anak sangat parah karena mengalami bullying

Perisakan atau bullying di sekolah merupakan keadaan serius, yang harus kita tangani. Apabila dibiarkan, anak akan tidak bersemangat untuk belajar sehingga membuat performa akademiknya menurun.

Membiarkan anak terus di-bully juga akan membuat ia rentan untuk menderita gangguan mental, seiring tumbuh kembangnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/15/081119720/tipe-tipe-anak-yang-rentan-mengalami-bullying-di-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke