Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspada, Gejala Gangguan Pendengaran Bisa Muncul di Usia Muda

KOMPAS.com - Selama ini mungkin kita beranggapan bahwa gangguan pendengaran adalah masalah yang banyak dialami oleh lansia. Namun, tahukah kamu bahwa masalah gangguan pendengaran ini bisa dialami oleh siapa saja dari segala usia, bahkan di usia remaja?

Pusat Alat Bantu Dengar Melawai mencatat, hingga pertengahan 2019, 1 dari 10 lansia dan 1 dari 3 orang berusia di atas 65 tahun di Indonesia merupakan pengguna baru alat bantu dengar.

Sementara jumlah pengguna baru di usia remaja mencapai 7 persen.

Gangguan pendengaran disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa di antaranya mendengar suara bising di atas 85 Desibel selama terus menerus lebih dari empat jam sehari, infeksi telinga dan faktor usia atau penuaan.

Lalu, apa saja gejala yang perlu diwaspadai?

Gejala gangguan pendengaran ternyata cukup mudah untuk diidentifikasi.

"Gangguan pendengaran memiliki beberapa gejala yang dapat dikenali dengan mudah," kata Sales & Marketing Manager Pusat Alat Bantu Dengar Melawai, Andreas Tanujaya dalam siaran pers yang diterima Kompas Lifestyle.

Beberapa gejala gangguan pendengaran, di antaranya:

  • Diawali dengan sering meminta orang lain mengulang apa yang diucapkan.
  • Ketika mengikuti rapat atau pertemuan sering mengalami kesulitan memahami percakapan.
  • Penderita gangguan pendengaran terkadang merasa masih bisa mendengar orang berbicara namun tidak jelas.
  • Sering menaikkan volume televisi atau radio, dan lainnya.

Jika merasa mengalami tanda-tanda tersebut, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter atau pusat alat bantu dengar. Ada beberapa langkah pemeriksaan yang akan ditempuh.

Seperti di Pusat Alat Bantu Dengar Melawai, misalnya, penderita gangguan pendengaran bisa menjalani serangkaian pemeriksaan secara gratis. Pertama, otoscopy atau video otoscopy.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi telinga luar yang meliputi daun telinga, liang telinga, gendang telinga, dan belakang daun telinga.

Kedua, audiometry terkomputerisasi, yang dilakukan untuk mengetahui ambang dengar seseorang, jenis gangguan pendengaran, derajat ketulian, dan batas daya tahan pendengaran seseorang jika mendengar suara keras.

Ketiga, Tympanometry. Pemeriksaan ini akan disesuaikan dengan kondisi penderita dan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau fungsi telinga tengah yang meliputi gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, kondisi Tuba Esutachius, tekanan kavum timpani, dan otot-otot tulang-tulang pendengaran.

Sementara untuk mengetahui perbandingan kondisi ambang dengar pasien sebelum dan sesudah menggunakan alat bantu dengar dilakukan pemeriksaan Free Field Test.

Setelah rangkaian pemeriksaan dilakukan, penderita akan mendapatkan saran penanganan yang dibutuhkan. Termasuk pemilihan alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi pendengaran penderita.

Andreas menyebutkan, salah satu alat bantu dengar yang bisa digunakan adalah merek Widex yang berasal dari Denmark.

Alat bantu dengar yang tersedia dalam berbagai model tersebut bisa digunakan di belakang maupun dalam telinga.

"Pengguna dapat memilih sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup mereka," ujarnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/18/091537820/waspada-gejala-gangguan-pendengaran-bisa-muncul-di-usia-muda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke