Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali, Bermacam Aroma Vagina dan Arti di Baliknya...

Meski tidak konstan, perubahan aroma pada vagina cenderung tipis akibat fluktuasi kadar pH.

Kendati demikian, ada aroma-aroma tertentu dari vagina yang bisa menandakan kondisi khusus, atau pun keadaan kesehatan tubuh.

Jika sudah demikian, maka menjadi penting untuk kaum perempuan mencermati aroma yang ada demi memantau kondisi mereka.

Penyebab utama perubahan aroma pada vagina adalah perubahan tingkat pH di sekitar area genital.

Perubahan pH pun merupakan gejala normal yang bisa dipengaruhi oleh sejumlah hal.

Misalnya, perubahan dalam fase siklus menstruasi, hingga perubahan kebiasaan dalam membersihkannya.

Hal pertama yang harus dipahami adalah, bau pada vagina adalah hal yang wajar.

Sebab, organ vital ini tak mungkin akan berbau seperti bunga.

Pasalnya, ada miliaran bakteri di sekitar area genital, yang justru bertugas membantu vagina berfungsi dengan baik.

Kehadiran bakteri inilah yang membuat vagina tak terhindar dari bau.

Nah, terlepas dari itu, ada bau-bau tertentu yang menandakan adanya masalah dalam tubuh.

Perubahan bau inilah yang perlu dimengerti oleh setiap perempuan.

1. Bau besi

Sebagian besar vagina mengeluarkan bau beraroma besi. Hal itu merupakan kondisi yang normal.

Aroma itu bisa muncul akibat proses menstruasi, di mana darah mengandung zat besi.

Selain itu, bau logam pun secara alami menyertai keluarnya cairan.

Kendati demikian, bau semacam ini bisa menandakan adanya pendarahan minor -misalnya akibat gesekan saat berhubungan intim.

Hal semacam itu terjadi ketika terjadi hubungan seks vaginal yang kasar atau ketika vagina kering.

Salah satu pemicunya adalah karena air seni memang mengandung urea, yang pada dasarnya merupakan turunan dari amonia.

Akumulasi urin itulah yang dapat menyebabkan bau kimia.

Namun, jika bau amonia itu terasa terlalu kuat, maka itu adalah tanda-tanda dehidrasi.

Alasan lain, bisa karena pelumas atau kondom yang digunakan.

Jika demikian, mereka yang mengalami dapat mengubah pilihan pelumas atau kondom tanpa pewangi.

Sementara, jika bau kimia ini cenderung mengandung aroma agak amis, maka bisa jadi itu mengindikasikan adanya vaginosis bakteri, yakni penyakit pada vagina akibat bakteri.

3. Bau yang kuat

Bau semacam ini tak mengkhawatirkan dan tak menandakan hal yang serius.

Bahkan kadang muncul aroma manis, seperti sirup.

Diduga, kondisi ini terjadi karena reaksi bakteri atau pun fluktuasi kadar pH pada vagina.

4. Bau asam

Bau tajam atau asam di sekitar vagina sebenarnya juga sangat umum.

Bau ini muncul tak ubahnya seperti yang terjadi pada makanan dengan fermentasi.

Vagina sehat sangat didominasi oleh lactobacillus, jenis bakteri yang juga ditemukan dalam sayuran dan yogurt yang difermentasi.

Kehadiran lactobacilli di vagina membantu menjaga keseimbangan pH antara 3,8 dan 4,5.

Keseimbangan ini yang memastikan tingkat keasaman ringan untuk membatasi pertumbuhan berlebih dari bakteri yang tidak sehat.

Bau semacam ini biasanya merupakan indikasi vaginosis bakteri, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri tak sehat.

Kondisi ini mendorong terjadinya ketidakseimbangan dalam tingkat pH vagina.

Alasan lain munculnya bau amis adalah trikomoniasis. Ini adalah infeksi menular seksual yang paling umum, dan dapat disembuhkan.

Biasanya, pengidap masalah ini memiliki vagina dengan bau yang lebih kuat daripada vaginosis bakteri.

Kondisi ini sering disertai dengan keluarnya cairan berwarna hijau, gatal, dan nyeri saat buang air kecil.

Bau yang muncul adalah dari trimethylamine -senyawa organik berbau amis, pada vagina, yang juga merupakan penyebab bau pada ikan yang membusuk.

Biasanya, penggunaan antibiotik cukup untuk mengobati infeksi semacam ini.

6. Bau "sigung" atau menyengat

Jika aroma vagina menyengat mirip dengan semburan khas berbau menyengat dari binatang sigung, sebenarnya bukan tanda masalah serius.

Vagina mengeluarkan bau semacam ini mungkin karena keringat dan stres emosional.

Ini karena keringat keluar melalui kelenjar apokrin yang ada di ketiak dan pangkal paha, kerap bereaksi saat merespons tekanan emosional.

Jika stres atau kecemasan sedang hinggap, kelenjar apokrin bahkan dapat menghasilkan cairan seperti susu, yang berbau tajam.

Ini karena bakteri vagina pada vulva bergerak dengan cairan yang sebelumnya tidak berbau untuk membuatnya menjadi beraroma menyengat.

7. Bau busuk

Bau busuk mungkin bukan menandakan masalah pada vagina, tapi ada sesuatu di dalamnya.

Jika bau yang busuk muncul seperti organisme mati, mungkin itu adalah tampon yang tertinggal di dalam liang vagina.

Ketika aliran menstruasi sudah mereda, sangat mungkin mereka yang menggunakan pembalut model ini lupa menariknya keluar.

Keteledoran ini dapat menyebabkan kondisi langka yang disebut Toxic Shock Syndrome (TTS).

Gejala-gejala TTS lainnya termasuk pusing, mual atau diare bersama dengan bau busuk yang kuat muncul dari vagina.

Tampon yang terlupakan menyebabkan penumpukan bakteri, yang mengeluarkan bau busuk.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/02/210000020/kenali-bermacam-aroma-vagina-dan-arti-di-baliknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke