Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisakah Mengubah Sikap Pesimis Menjadi Optimis?

Tak hanya memengaruhi identitas karakter, dampak sikap optimis dan pesimis ternyata memiliki dampak yang lebih jauh.

Sebuah studi menemukan, bahwa sikap optimis bisa membuat kemungkinan panjang umur seseorang lebih besar.

Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Boston University School of Medicine menyimpulkan, bahwa sikap optimis bahkan bisa membuat harapan hidup seseorang mencapai 85 tahun atau lebih.

Studi itu bukanlah satu-satunya. Awal Agustus ini para peneliti dari University of Illinois menemukan bahwa sikap optimis bisa membuat tidur seseorang lebih nyenyak.

Studi lainnya yang dilakukan pada 2015 juga bahwa orang-orang yang berpikiran positif memiliki jantung yang lebih sehat.

Semua orang pastinya ingin mendapatkan manfaat tersebut. Namun pertanyaannya, apakah bisa kita membangun sikap optimis? Atau kah sikap optimis adalah sesuatu yang muncul sejak kita dilahirkan?

Pelatih Program Neuro-Linguistik, Rebecca Lockwood memiliki teori mengapa beberapa orang memiliki sikap optimis yang lebih besar daripada individu lainnya sejak usia muda.

Rebecca menjelaskan, dalam periode jejak kehidupan, antara usia lahir dan usia ketujuh, kita mengambil kepercayaan dari orang-orang sekitar kita, seperti orangtua, anggota keluarga lainnya, guru di sekolah, dan orang-orang lainnya di sekitar kita.


Sikap optimis juga bisa datang dari titik rendah dalam hidup, kehilangan atau sesuatu yang mengguncang norma.

Situasi tersebut dapat membuat seseorang menjadi lebih positif dalam menghadapi hidupnya di masa depan, karena ingin hidup lebih bahagia dan ingin memiliki rasa 'cukup'.

"Sehingga mereka merasa perlu membuat perubahan untuk menjadi lebih baik," katanya.

Sikap optimis adalah bagaimana kita terus berpikir positif dan penuh harapan tentang segala sesuatu di masa depan.

Bahkan ketika menghadapi situasi yang buruk, seseorang yang optimis bisa melihat sisi positif dan percaya diri.

Menurut Rebecca, ini adalah bagaimana kita bersikap atas suatu ketidakpastian. Hal ini bisa dipelajari dan dibangun.

"Kita semua bisa menjadikan diri pribadi yang optimis," katanya.

Dengan bersikap positif terhadap masa depan dan bersyukur atas apa yang telah dimiliki dalam hidup, kita bisa merasa lebih positif dari hari ke hari, serta berharap segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik.

Namun, ketika pikiran kita negatif, segala sesuatunya akan terasa melelahkan.

Penting pula untuk diingat, bahwa kita tidak perlu setiap waktu berpikir positif tentang semua hal.

Optimisme tetap harus realistis. Normal jika kamu merasa sedih atau kecewa, bahkan jika kamu merasa sudah menjadi pribadi yang optimis.

Namun, ketika situasi yang sulit tiba, mereka yang bersikap optimis akan cenderung mampu melalui masa-masa itu dengan lebih mudah dan disertai pikiran positif.

Psikolog Hope Bastine meyakini, penting untuk menganggap optimisme tidak sebagai tipe kepribadian, melainkan sebagai cara berpikir.

Menurutnya, kita tidak bisa mengubah tipe kepribadian namun kita bisa mengubah gaya berpikir kita.

"Jadi, kamu bisa mengubah pola pikir pesimis menjadi optimis," ujarnya.

Caranya, adalah dengan mengidentifikasi pola pikir pesimis yang biasa muncul secara otomatis, menelusuri perasaan-perasaan yang terhubung dengan pikiran tersebut, menyadari alternatifnya dan mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Kemudian, cek apakah cara tersebut berhasil.

"Semakin sering kita mempraktikannya, akan semakin cepat pola pikir tersebut menjadi pola pikir alami kita," kata Bastine.

Psikolog konsultan dan Co-founder The Chelsea Psychology Clinic, Dr Elena Touroni mengatakan, menjadi seorang yang optimis adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan dan melatih dua kualitas penting, yaitu:

1. Bersyukur

Kita bisa melatih pikiran kita untuk lebih perhatian dengan hal-hal positif yang kita alami.


2. Menanamkan sikap positif

Selain bersyukur, kita juga harus memersiapkan ruang untuk mengenali pikiran-pikiran dan perasaan negatif dalam diri kita. Kita juga harus belajar merelakannya dan menggantikan dengan nilai-nilai positif.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/28/064924120/bisakah-mengubah-sikap-pesimis-menjadi-optimis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke