Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berjemur Tak Masalah, Asal Waspadai Radiasi Sinar Ultraviolet

KOMPAS.com - Paparan sinar ultraviolet (UV) di kulit kita bisa mengakibatkan kerusakan pada kulit. Biasanya, kerusakan kulit ini akan mulai muncul dan menyebabkan masalah pada usia 40 tahun ke atas, setelah bertahun-tahun kulit terkena paparan sinar UV.

Nah, mereka yang suka berjemur untuk mendapatkan warna kulit tan, atau mereka yang bekerja di luar ruangan sehingga lebih sering terpapar matahari, sebaiknya memahami dampak sinar ultraviolet terhadap kesehatan. Apa yang perlu diketahui?

Radiasi sinar ultraviolet

Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik yang berasal dari matahari. Ada tiga jenis sinar UV berdasarkan energi yang dihasilkan. Berikut penjelasannya:

  • Sinar ultraviolet A (UVA)

Sinar ultraviolet A memiliki energi paling rendah. Jenis sinar ini mampu menyebabkan sel-sel kulit cepat menua dan membuat kerusakan tidak langsung pada sel-sel DNA.

Sinar UVA umumnya dikaitkan dengan kerusakan kulit jangka panjang, seperti timbulnya keriput.

  • Sinar ultraviolet B (UVB)

Sinar UVB memiliki energi sedikit lebih besar dibanding sinar UVA. Sinar ini mampu secara langsung menimbulkan kerusakan DNA pada sel-sel kulit.

Sinar ultraviolet B termasuk jenis sinar UV yang dapat memicu kulit terbakar (sunburn) dan kanker kulit.

  • Sinar ultraviolet C (UVC)

Sinar ultraviolet C adalah jenis sinar UV yang energinya paling besar. Untungnya, pancaran sinar tidak mencapai tanah dan tidak akan menyebabkan gangguan pada kulit manusia.

Kekuatan sinar ultraviolet pada kulit tergantung dari berbagai faktor di bawah ini:

  • Waktu. Radiasi sinar ultraviolet paling kuat terjadi antara pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore.
  • Ketinggian lokasi. Lokasi di dataran tinggi dan pegunungan akan mendapat radiasi sinar ultraviolet yang lebih kuat.
  • Jarak dari garis ekuator. Semakin menjauhi ekuator, kekuatan paparan sinar ultraviolet akan makin lemah.
  • Kandungan udara. Kandungan udara, seperti ozon di atmosfer, bisa membantu dalam menyaring radiasi sinar ultraviolet ke bumi.
  • Pantulan sinar ultraviolet. Pantulan sinar UV di permukaan air, pasir, salju, aspal, bahkan rumput bisa memperluas paparan sinar ultraviolet.
  • Faktor lainnya. Besarnya paparan sinar ultraviolet yang terjadi pada kulit juga tergantung pada kekuatan sinar UV, seberapa lama kita berada di bawah sinar matahari, dan apakah kulit terlindungi pakaian serta tabir surya.

Dampak sinar ultraviolet terhadap kulit

Paparan sinar ultraviolet pada kulit bisa menimbulkan masalah-masalah kesehatan sebagai berikut:

Warna kulit menjadi lebih gelap

Kondisi ini terjadi karena kulit memproduksi pigmen berwarna gelap. Pigmen ini berfungsi melindungi kulit dari kerusakan lebih lanjut akibat paparan sinar ultraviolet.

Meski begitu, dalam jangka waktu lama, produksi pigmen gelap tersebut tak akan mampu mencegah kerusakan kulit yang berujung pada kanker.

Kulit terbakar (sunburn)

Radiasi sinar ultraviolet dosis tinggi akan membunuh sel-sel kulit, sementara sel-sel yang sehat pun akan rusak.

Pada tingkat paling ringan, kulit terbakar akibat sinar ultraviolet hanya menimbulkan keluhan kemerahan pada kulit. Gejala ini umumnya akan hilang dalam waktu beberapa hari.

Sedangan sunburn yang parah akan menyebabkan kulit melepuh atau mengelupas, dan menimbulkan rasa perih.

Kulit keriput

Paparan sinar matahari akan mempercepat proses penuaan pada kulit. Pasalnya, sinar ultraviolet mempercepat pembelahan sel pada lapisan kulit terluar, sehingga kulit jadi lebih tebal.

Jaringan ikat di bawah kulit juga rusak. Akibatnya, kulit akan kehilangan kelenturannya. Semua dampak ini akan berujung pada kulit yang keriput dan menggelambir.

Actinic keratosis

Actinic keratosis adalah gangguan kulit berupa bercak dengan permukaan kasar, kering, dan bersisik. Gejala ini biasa timbul di wajah, bibir, telinga, punggung tangan, lengan bawah, serta leher.

Bercak-bercak tersebut sering juga disebut solar keratosis. Ukurannya bisa bertambah besar secara perlahan.

Bercak actinic keratosis umumnya muncul pada usia di atas 40 tahun. Selain berupa bercak di kulit, penyakit ini tidak menimbulkan gejala atau keluhan lain.

Penyebab timbulnya bercak solar keratosis adalah paparan sinar ultraviolet yang intens dan sering. Sebagian kecil dari bercak actinic keratosis bisa berkembang menjadi kanker kulit.

Mereka yang memiliki faktor risiko cukup tinggi meliputi usia 40 tahun ke atas, tinggal di daerah dengan banyak sinar matahari, sering beraktivitas di bawah sinar matahari, ras kaukasia, dan cenderung mengalami bintik-bintik (freckles) akibat paparan sinar matahari.

Kanker kulit

Beberapa jenis kanker kulit yang bisa muncul akibat paparan sinar ultraviolet adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma.

Karsinoma sel basal umumnya tidak menyebar ke bagian tubuh lain serta bisa diangkat lewat tindakan operasi. Sementara karsinoma sel skuamosa dan melanoma tergolong kanker kulit yang lebih ganas karena bisa menyebar ke bagian tubuh lain.

Paparan sinar ultraviolet memang sangat sulit dihindari, terutama bagi penduduk negara tropis seperti Indonesia. Namun kita bisa menurunkan paparan ini sebisa mungkin dengan cara mudah.

Langkah tersebut bisa berupa mengenakan pakaian tertutup, topi bertepi lebar, dan celana panjang, mengoleskan tabir surya dengan setidaknya SPF 30 tiap dua jam sekali (khususnya ketika berada di luar ruangan), serta tidak menghitamkan kulit dengan proses tanning.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/09/10/060600620/berjemur-tak-masalah-asal-waspadai-radiasi-sinar-ultraviolet

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke