Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Bocah Perempuan Buruk Rupa, Berjuang dalam Perbedaan...

Dengan bekal pemahaman itu, Destiny ingin mendorong semua orang terutama yang merasa berbeda dengan orang kebanyakan, untuk tampil dan tidak menyembunyikan perbedaan yang dimiliki.

Kalimat ini terdengar normatif jika saja diucapkan oleh orang kebanyakan. Tapi kali ini pandangan tersebut diungkapkan oleh seorang bocah yang mengidap kelainan fisik.

Destiny adalah anak perempuan berusia 11 tahun yang dilahirkan dengan amiotic band syndrome.

Amiotic band syndrome adalah komplikasi kehamilan yang terjadi ketika jumlah cairan ketuban dalam rahim terlalu sedikit.

Akibatnya, air ketuban tidak sepenuhnya membungkus badan janin. Kurangnya cairan ketuban bisa terjadi akibat selaput ketuban yang rusak atau sobek sebagian.

Hal ini dapat menyebabkan jaringan tubuh bayi yang tidak tertutupi cairan ketuban menjadi gagal berkembang

Dalam kasus Destiny, mengakibatkan sumbing wajah bilateral yang parah, bibir sumbing bilateral, langit-langit mulut sumbing, tidak adanya mata kiri, dan beberapa kelainan lain.

Hingga saat ini, Destiny telah menjalani 31 operasi. Operasi rekonstruktif pertamanya terjadi ketika dia baru berusia empat bulan.

"Masalah ini pun bergabung dengan pertumbuhan, dan tidak sulit untuk memahami jumlah dan variasi operasi yang diperlukan," kata Dr. Joseph Williams, kepala bedah plastik di Children's Healthcare of Atlanta, Amerika Serikat.

Sindrom semacam ini terjadi 1:1.200-15.000 kelahiran hidup. Demikian data Johns Hopkins Medicine.

Dengan kondisi seperti itu, tak ayal nenek dan wali hukum Destiny, Lisa Brown, ingin melindungi cucunya itu dari reaksi yang tidak diinginkan di tengah masyarakat.

Di masa pertumbuhannya, Brown amat membatasi waktu Destiny berada di depan umum. Dia  takut dengan komentar orang atas penampakan Destiny yang buruk rupa.

"Reaksi yang pernah saya dapat dari beberapa orang, bahkan orang dewasa, itu sangat menghancurkan hati," kata Brown.

"Aku ingin melindunginya dari itu. Kalau saja aku bisa membawanya ke pulau dan menjauhkannya dari semua itu, aku akan melakukannya," ungkap dia.

Namun ternyata, seiring bertambahnya usia, Destiny memiliki sikap lain. Dia tidak ingin bersembunyi dari dunia.

Pada hari pertama taman kanak-kanak, dia berjalan ke kelasnya dengan percaya diri, dan siap untuk mendapatkan teman baru.

Dari sana, Brown menyadari bahwa bukan Destiny yang takut kepada pandangan publik.

Dan, selanjutnya Destiny mampu memiliki banyak teman yang menunggu untuk bertemu dengannya di sekolah.

Para guru dan penasihat di sekolah Destiny telah berbicara kepada seluruh siswa di setiap kelas tentang penting memahami perbedaan yang ada pada setiap orang.

Murid pun diajar tentang bagaimana seharusnya mereka berinteraksi, dan hal apa yang harus dihindari dalam berteman. 

"Pada hari pertama sekolah, dia mendapati mejanya dipenuhi dengan kartu ucapan dari murid-murid TK hingga kelas V, yang menyambut kedatangannya."

"Ada ucapan, 'aku ingin menjadi temanmu'. Itu sangat mengagumkan," kata Brown.

Tak berhenti sampai di situ, Destiny kemudian mengambil langkah lebih jauh untuk menginspirasi lebih banyak orang.

Dia dan neneknya memulai kampanye yang disebut "Different is Beautiful", dan membuka saluran YouTube untuk memberi tahu orang bahwa penampilan seseorang hanya satu sisi hal dalam kehidupan.

"Bukan masalah seperti apa penampilan luar seseorang. Sebab, yang terpenting adalah apa yang ada di dalam, karena mereka bisa menjadi orang yang benar-benar baik." kata Destiny kepada laman GoodMorningAmerica.

Destiny mengaku sebagai penggemar berat Dove Cameron, bintang Disney's "The Descendants".

Dia terinspirasi oleh YouTuber favoritnya, Jojo Siwa, untuk memulai saluran YouTube sendiri.\

Destiny membagikan kisahnya dalam video pertamanya, dan berharap orang-orang dapat fokus pada sisi lain dari dirinya, ketimbang penampakannya.

"Sangat jelas bahwa operasi yang kami lakukan hanyalah pelengkap kecil untuk perjalanan hidup dia," kata Williams.

"Sungguh luar biasa melihat seseorang yang mengakui keunikannya sebagai sumber kekuatan."

"Takdir yang kita lihat sangat berbeda dari takdir yang bisa kita ketahui ketika sudah mengenal gadis muda yang menyenangkan ini," sambung dia.

Brown lalu berharap kisah Destiny dapat menjadi pelajaran tentang penerimaan yang tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga orangtua mereka.

"Sebab, siapa pun tidak bisa berasumsi bahwa anak-anak bakal langsung mengerti perbedaan."

"Orangtua tidak bisa berasumsi bahwa anak-anak mereka paham, dan lalu menawarkan diri untuk menjadi teman."

"Mereka pun tidak bisa berasumsi bahwa anak-anak tidak takut pada orang yang berbeda," kata Brown.

"Orangtua-lah yang benar-benar harus mengajarkan itu," tegas dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/09/11/210000320/cerita-bocah-perempuan-buruk-rupa-berjuang-dalam-perbedaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke