Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Henti Jantung dan 6 Menit yang Menentukan

BANDUNG, KOMPAS.com – Cardiac arrest atau henti jantung adalah detak jantung yang tiba-tiba berhenti. Cardiac arrest bisa terjadi pada siapapun, kapanpun dan dimanapun.

Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof A Purba mengatakan, cardiac arrest disebabkan banyak hal.

“Pertama, adanya serangan jantung mendadak yang disebut angin duduk. Setelah serangan angin duduk tiba-tiba jantung tidak berdenyut lagi,” ujar Purba kepada Kompas.com, belum lama ini.

Penyebab kedua, adanya penebalan dinding jantung yang disebut kardiomiopati. Penebalan ini berkaitan dengan penebalan pada otot jantung.

Ketiga, kelainan sistem listrik jantung. Purba mengatakan, jantung berdetak karena ada aliran listrik secara teratur dari pusatnya.

“Penyebab berikutnya adalah kelainan pembuluh darah jantung akibat pengapuran,” imbuhnya.

Penyebab selanjutnya yaitu tiba-tiba jantung berdetak dengan cepat. Normalnya antara 60-100, tapi ada yang sampai 150-200 dan itu sangat mematikan.

“Kalau jantung berdenyut cepat atau fibrilasi, tidak ada darah yang dipompa, cuma berdenyut saja,” tuturnya.

Penyebab terakhir yang paling sering adalah kelainan katup jantung. Antara bilik kiri kanan, serambi kiri kanan, otot jantung ada gangguan, sehingga aliran di sana menjadi kacau.

Purba menjelaskan, gejala cardiac arrest biasanya diawali pusing luar biasa, diikuti napas pendek tersengal-sengal.

Kemudian dada terasa sakit luar biasa, detak jantung tidak teratur dan tambah cepat. Jika sudah seperti itu, biasanya diikuti kejang-kejang. Baik di tangan, kaki, dan akhirnya pasien pingsan.

“Kalau kita temukan seperti itu, kita berlomba dengan waktu. Sebab meninggalnya seseorang karena cardiac arrest bukan karena tidak ada ahli jantung atau bukan karena fasilitas UGD, tapi ditentukan siapa yang menemukan pertama kali,” imbuhnya.

“Karena jantung tidak boleh kekurangan oksigen, kekurangan darah lebih dari 6 menit,” tuturnya.

Bila masyarakat menemukan orang dengan detak jantung tidak berdenyut, tidak bernapas, segera beri bantuan hidup dasar (CPR).

“Pompa jantungnya, beri pernapasan dengan meniup mulutnya. Sambil kita bawa ke UGD terdekat,” ungkapnya.

Pencegahan

Untuk mencegah cardiac arrest lakukanlah pola hidup sehat. Kemudian periksakan diri atau medical check up secara teratur.

Untuk orang yang kurang dari usia 40 tahun cukup setahun sekali. Namun bagi orang berusia 40 tahun ke atas, lakukan pemeriksaan dua kali setahun.

“Kalau sakit jantung terasa nyeri, bagus ada gejalanya. Yang tidak terasa, yang jadi masalah. Itu terjadi kalau kita jarang check up. Nah, biasanya ditemukan waktu medical check up,” imbuhnya.

Kemudian, olahraga yang rutin. Namun yang harus diingat, saat olahraga, banyak orang lupa kalau dia bukan atlet. Ia memacu jantungnya untuk menang, padahal tidak mampu.

Karenanya, untuk mencegah cardiac arrest, olahraga yang dilakukan sebaiknya berjenis aerobik. Seperti jalan, berenang, naik sepeda, minimal 3 kali seminggu dan maksimal 5 kali dengan durasi 30-60 menit.

“Bedakan antara olahraga kesehatan dengan olahraga prestasi,” tuturnya.

Hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah manajemen stres, yakni menghindari stres atau mengelolanya agar tidak menjadi masalah kesehatan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/09/30/090044520/mengenal-henti-jantung-dan-6-menit-yang-menentukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke