Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan Sekadar Fesyen, Kenalilah Kesabaran di dalam Sehelai Kain Batik

KOMPAS.com - Dalam peringatan "Hari Batik Nasional" yang digelar di Istana Mangkunegaran, Solo, Rabu (2/10/2019), Presiden Joko Widodo hadir dengan menggunakan batik motif tambal pamiluto.

Motif lawas khas Solo tersebut merupakan jenis batik tulis yang harganya mencapai Rp 1,25 juta-1,5 juta.

Ya, kain batik memang bukan sekadar fesyen. Ada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, satu lembar kain batik juga memerlukan proses pembuatan yang rumit. Mulai dari proses desain hingga penyelesaiannya.

Widhiarso dari Forum Batik Laweyan juga menuturkan, ada sekitar sembilan tahap yang diperlukan untuk membuat satu lembar kain batik.

"Ada proses desain, pemotongan kain, nyorek atau ngeblat, nyanting klowongan, mbatik isenan, nembok, ngelir atau mewarnai, nglorod, lalu ngumbahi sekaligus mepeni," ucap dia, saat dihubungi Kompas.com.

Menurut Widi, membuat pola yang merupakan proses awal pembuatan batik perlu dilakukan dengan hati-hati.

Proses tersebut dilakukan dengan menggoreskan pensil ke atas kain. Goresan pensil ini nantinya akan ditutup dengan lelehan lilin atau malam.

Cairan lilin yang digunakan pun harus selalu panas agar lilin bisa menempel ke permukaan kain.

Selain itu, cara memegang canthing yang digunakan untuk menorehkan malam di atas goresan pensil juga harus benar-benar diperhatikan.

Proses pembuatan batik memang rumit dan butuh kesabaran. Hal itu pula yang diakui oleh Rosmiyati, perajin batik asal Imogiri, Yogyakarta.

Ia mengaku saat membatik harus benar-benar telaten dan sabar. Jika tidak, maka hasilnya akan berantakan.

"Ya, memang harus sabar dan telaten. Tapi, ini semua menyenangkan," ucapnya.

Rosmiyati mengaku kegiatan membatik yang telah dilakoninya sejak duduk di bangku sekolah dasar ini mampu membuatnya selalu bersabar dalam menghadapi segala permasalahan hidup.

"Kalau lagi emosi, misal anak nakal, saya jadi nggak gampang marah. Ingat waktu mbathik ini saja saya bisa."

"Padahal butuh ketelatenan dan waktu yang lama. Kenapa nahan marah saja kok nggak bisa?" ujar dia.

Untuk membuat satu helai kain batik ukuran standar dalam pembuatan kemeja, Rosmiyati  membutuhkan waktu sekitar satu minggu dan mendapatkan upah sebesar Rp 50.000.

Meski terbilang kecil, Rosmiyati tak pernah merasa kurang dan jemu dalam membatik.

"Kalau nggak mbathik itu justru bosen. Anggap saja ini latihan mengasah sabar untuk menghadapi cobaan dalam hidup," ucap wanita berusia 39 tahun itu sembari tersenyum.

Pemerhati batik Lintu Tulistyanto juga mengatakan, beberapa pembatik memang masih mendapatkan upah rendah.

Di beberapa daerah yang menjadi industri batik, seperti Pekalongan, para pembatik rata-rata dibayar murah untuk menekan biaya produksi.

"Sebenarnya, itu mencakup prinsip ekonomi. Jadi, kalau kebutuhan sedikit dan tenaga kerja banyak, otomatis harga sumber daya manusia-nya tidak bisa tinggi," tambah dia.

Namun, tidak semua pembatik di Indonesia mengalami nasib yang sama.

Lintu juga mengatakan, para pembatik adalah orang-orang pintar dan berlogika tinggi karena mereka harus memahami bagian-bagian mana yang harus diberi warna atau malam.

"Itu kan butuh logika. Selain sabar dan telaten, mereka itu pinter," ucapnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/02/164050020/bukan-sekadar-fesyen-kenalilah-kesabaran-di-dalam-sehelai-kain-batik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke