Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peran Ayah dalam Keluarga, Bukan Melulu Soal Cari Nafkah

KOMPAS.com - Potret peran ayah dan ibu dalam keluarga kini tak hanya sebatas pencari nafkah dan pengurus anak dan rumah. Semua paradigma itu semakin bergeser. Bahkan peran ayah sebagai stay-at-home dad juga kian lazim.

Di luar negeri, peran sebagai stay-at-home dads terus bertambah dalam dua dekade terakhir. Sejak tahun 1989, setidaknya 10% ayah menjadi stay-at-home dads alias ayah yang tinggal di rumah dan tidak ngantor.

Salah satunya musisi Adam Levine yang memutuskan menjadi stay-at-home dads setelah meninggalkan The Voice.

Kini, angka itu terus bertambah dan meluas hingga ke penjuru dunia. Satu dekade lalu saja, jumlah stay-at-home dads di seluruh dunia sudah lebih dari 1,75 juta orang.

Mungkin konsep stay-at-home dads masih dianggap asing, termasuk di tanah air. Stigma yang melekat masih menuntut ayah harusnya bekerja mencari nafkah, sementara ibu berada di rumah mengurus anak sekaligus rumah tangga.

Uniknya, terus meningkatnya peran stay-at-home dads ini menimbulkan perspektif baru. Para ayah yang mengurus anak di rumah mengaku mereka tak punya role model sebagai contoh bagaimana cara mengurus anak yang tepat. Semuanya dilakukan dengan insting dan kasih sayang seorang ayah kepada anak-anak.

Bukan tidak mungkin dalam beberapa waktu ke depan, peran ayah dalam keluarga juga semakin fleksibel. Tidak ada lagi istilah “pekerjaan ayah” maupun “pekerjaan ibu” ketika sudah berurusan dengan mengurus anak.

Hal terpenting saat membesarkan anak adalah ikatan dan kedekatan antara orangtua dan anak-anak. Jangan sampai stigma yang ada selama ini justru memberi tembok pembatas antara kedekatan ayah dan anak.

Beberapa fakta berikut ini menegaskan pentingnya peran ayah dalam keluarga:

1. Menekan risiko anak berulah

Kedekatan ayah dan anak rupanya berdampak signifikan secara sosial maupun akademis. Terbukti dari penelitian University of Maryland School of Medicine, anak yang dekat dengan ayahnya sejak kecil lebih jarang membuat masalah atau berulah.

Menariknya, kedekatan ini tidak melulu berarti ayah yang tinggal serumah dengan anaknya.

Pada kondisi orangtua bercerai dan anak tinggal dengan ibu pun, jika sang ayah bisa mempertahankan kedekatan dengan anak, maka manfaat secara sosial dan akademis bisa didapat.

2. Lebih berprestasi di sekolah

Tentu saja kata berprestasi dalam parameter ini tidak hanya sebatas ranking dan nilai saja. Lebih jauh lagi, anak-anak yang memiliki kedekatan dengan ayah memiliki kemampuan komunikasi dan sosial yang lebih baik di sekolah.

Mereka memiliki empati terhadap teman-teman dan tahu apa yang harus dilakukan di sekolah. Istilahnya, peran ayah dalam keluarga membuat anak tidak kebingungan dan punya pijakan.

Secara akademis, peneliti di University of Oxford menemukan fakta bahwa dari 17.000 murid di Inggris, ayah yang terus terlibat dalam aktivitas anaknya, menjadikan anak cenderung memiliki nilai baik di sekolah.

3. Menemukan identitas dan jati diri

Masih dari penelitian di University of Oxford, mereka menemukan fakta bahwa peran ayah dalam keluarga membuat seorang anak lebih mudah menemukan jati diri dan identitasnya ketika beranjak dewasa.

Seorang ayah yang bertanggung jawab dalam mengurus anak akan menjadi sosok teladan bagi anak dalam membentuk dirinya kelak saat dewasa. Tak hanya itu, peran ayah dalam keluarga juga membuat anak kian sadar akan emosi dan perasaan yang mereka miliki.

4. Menghindari masalah mental

Peran ayah dalam keluarga menjadi semakin menarik ketika melihat hasil penelitian dari Vanderbilt University. Mereka menguak fakta bahwa anak-anak perempuan yang dekat dengan ayah di 5 tahun pertama hidupnya akan lebih matang saat menghadapi fase pubertas.

Tak hanya itu, peneliti dari University of Oxford juga setuju bahwa anak-anak perempuan yang dekat dengan ayahnya lebih jarang mengalami masalah mental saat beranjak dewasa.

Koneksi dengan ayah yang kerap memberikan pujian membantu seorang anak perempuan tumbuh menjadi perempuan yang percaya diri dan mandiri.

Peran orangtua kian fleksibel

Dengan mempertimbangkan banyak kelebihan di atas, artinya peran ayah dalam keluarga menjadi semakin fleksibel.

Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak: ibu juga memiliki ruang lebih luas untuk bekerja atau beraktivitas di luar rumah, sementara ayah juga sah-sah saja mengurus anak di rumah.

Jika tidak menjadi stay-at-home dad pun, kedekatan dan koneksi dengan anak juga tetap bisa terbangun. Caranya bisa dengan melakukan aktivitas bersama yang terkesan sederhana tapi sebenarnya bermakna bagi anak, seperti:

  • Sejak anak masih bayi, kerap memberikan pelukan dan ikut mengurus kebutuhan sehari-hari buah hati
  • Menjadi telinga yang mendengarkan cerita anak saat beranjak menjadi balita
  • Mengajak anak bermain tanpa terdistraksi dengan hal-hal lain
  • Mengagendakan quality time bersama anak secara rutin, seperti membacakan cerita sebelum tidur atau pergi bersama saat akhir pekan
  • Selalu ada di momen-momen penting anak dan memberikan dukungan
  • Tidak berjarak saat anak beranjak remaja dan selalu mendengarkan cerita anak

Masih banyak lagi cara yang bisa dilakukan untuk membuktikan peran ayah dalam keluarga bukan hanya sebagai pencari nafkah.

Tentu tidak ada panduan baku apa yang harus dilakukan, semua bergantung pada tiap keluarga. Setiap kedekatan ayah dan anak pasti punya caranya sendiri.

Hal terpenting adalah selalu membangun koneksi dengan anak. Pun ketika ada masalah dengan anak, memberikan koreksi akan lebih mudah apabila koneksi telah terjalin dengan baik sebelumnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/10/161915020/peran-ayah-dalam-keluarga-bukan-melulu-soal-cari-nafkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke